Anda di halaman 1dari 35

Disusun oleh : kelompok12

Anggota :

Syifa Shafira MR 4111161006 Aulia Fatihatur R 4111161118


Ken Dwi P 4111161049 Rachmaditya P 4111161134
Siti Maemunah 4111161053 Alfian Ramadhan 4111161137
Mohammad Reza A 4111161055 Desy Shafira 4111161146
Elisa Hasanah 4111161065 Fadilla Alifvia C 4111161151
Farras Eka N 4111161092 Kirey Ullimaz S 4111161161
Ratu Biru N 4111161114 Alfia Mufliha G 4111161177
Data Keterangan
Wanita, 48 tahun Identitas, insidensi

KU : sulit tidur sejak 6 bulan yang lalu DD: - Insomnia


- Gangguan Cemas
- Gangguan Depresi Ringan

Pasien adalah seorang janda anak 1, bekerja Status pasien + status pekerjaan
disebuah bank swasta sebagai kepala bagian
kredit

Sebelumnya pasien merasa senang pada jabatan


tersebut.
1 tahun yang lalu, pembayaran kredit mulai tidak Faktor risiko dan etiologi = stress
lancar. Banyak yang menunggak

Tanpa disadari olehnya muncul keluhan fisik yang Gejala dari anxietas
sebelumnya tidak pernah dirasakan seperti
gelisan, sakit kepala, mual, dan pegal - pegal
Tidak ada cedera kepala, kejang – kejang, Menyingkirkan insomnia organik
menderita penyakit menahun, demam tinggi,
minum alkohol, dan obat – obatan terlarang.
Tidak minum kopi dan merokok

Pasien adalah seorang janda yang suaminya Tidak ada masalah pada kematian suami dan
meninggal 5 tahun yang lalu. Tidak sedih sosial ekonomi
berkepanjangan tetapi bekerja. Ekonomi baik

Pemfis:
TD :120/80
N : 88x/menit DBN
S :36,5 C
R : 14X/menit

Pemeriksaan Umum : DBN


Pemeriksaan Neurologi : DBN
Pemeriksaan Penunjang: DBN
6 bulan terakhir keluhan makin sering muncul. Gejala insomnia
Mulai sulit masuk tidur

Pasien berobat ke dr.umum setempat dan Gejala somatisasi


diberi obat. Membaik beberapa hari, tetapi
gejala muncul kembali semakin berat.
Pasien merasa berdebar dan engap
Foto thorax dan EKG DBN

9 bulan terakhir ini pasien merasakan Gejala insomnia


keluhan sulit tidur yang sangat mengganggu

Hanya tidur 3 – 4 jam dan dalam 1 minggu Gejala insomnia


merasakan keluhan ini sebanyak 3 –
4x/minggu, bahkan pernah merasakan tiap
malam
Kesan
- Roman muka biasa, tampak kesan penat Gejala Insomnia
- Decorum tampak berpakaian cukup rapih,
sopan santun, kebersihan diri cukup baik
- Kontak (+), raport adekuat, sikap
kooperatif

Status psikikus :
- Cara bicara : koheren, sedikit lambat,
biasa
- Perilaku : normoaktif
- Emosi / afek : appropriate, sesuai DBN
rangsang yang ada terkesan sedikit
- Persepsi : halusinasi dan ilusi (-)
- Pikiran :
Bentuk : realistik
Jalan : koheren, sedikit lambat
isi : tidak ada delusi, obsesif, fobia
Fungsi Kognitif : Tidak ada gangguan psikotik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Orientasi : tidak terganggu
- Atensi : tidak terganggu
- Memori : tidak terganggu
- Intelegensi : tidak terganggu
- Kalkulasi : tidak terganggu
- Abstrak : tidak terganggu
• Adanya kesulitan masuk tidur, mempertahankan tidur
atau kualitas tidur buruk
• Gangguan terjadi minimal 3 – 4x setiap minggu,
selama minimal 1 bulan
• Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan
peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada
malam hari dan sepanjang hari
• Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan kualitas tidur
• DSM-IV, insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mepertahankan tidur atau tidur non-
restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan
menyebabkan gangguan dalam fungsi individu.

• The International Classification of Disease, insomnia didefinisikan


sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi
minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan.

• The International Classification of Sleep Disorders, insomnia


adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai
rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut
• Insomnia non organik :
- Etiologi : gangguan mental lain, idiopatik
- Depresi insomnia termial
• Insomnia organik :
- Gangguan fisik, penyebab diketahui
-Apnea tidur, parkinson, sindrom nyeri/zat psikoaktif
• Insomni primer :
-Etiologi : Faktor organik/khawatir berlebihan
• Insomnia sekunder :
- Etiologi akibat kondisi psikiatrik
Reticular Formatio
• Kumpulan dari neuron yang saling berhubungan dan
membentuk sistem
• Sistem ini terletak di Brain stem
• Terdapat 2 komponen dari Reticular Formatio, yaitu:
1. Ascending Reticular Activating System (ARAS)
2. Descending Reticular Activating System
ARAS
• ARAS bertanggungjawab mengurus/pusat kesadaran
dan bangun.
• Jika aktivitas ARAS meningkat maka orang tersebut
dalam sadar. Dan ketika
aktivitas ARAS menurun, maka orang tersebut
menjadi tertidur.
• Aktivitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
neurotransmitter seperti:
1. Sistem Serotoninergik
2. Sistem Adrenergik
3. Sistem Kolinergik
Lokasi terbanyak sistem serotoninergik ini pada nukleus
raphe dorsalis di reticularis formatio, yang mana
terdapat hubungan aktivitas serotonin di nukleus raphe
dorsalis dengan tidur REM.
• Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepinefrin terletak di badan sel nukleus cereleus di
batang
otak
• Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur
• Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan
aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan
peningkatan keadaan jaga.
• Stimulasi jalur kolinergik mengakibatkan aktifitas
gambaran EEG seperti keadaan jaga
• Gangguan aktifitas kolinergik sentral yg berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang
depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur
REM
• Pada obat antikolinergik yang menghambat
pengeluaran kolinergik dari lokus cereleus maka
tampak gangguan pada fase awal dan penurunan
REM.
• Nucleus raphe
- Berada di perbatasan pons dan medulla
oblongata
- Mengubah triptophan menjadi serotonin
Pada saat tidur, BSR melepaskan serotonin.
• Stadium satu • Stadium tiga
Pada tahap ini seseorang akan Pada tahap ini individu sulit untuk
mengalami tidur yang dangkal dan dibangunkan, dan jika terbangun,
dapat terbangun dengan mudah oleh individu tersebut tidak dapat segera
karena suara atau gangguan lain. menyesuaikan diri dan sering merasa
Terdapat gerakan bola mata. bingung selama beberapa menit.
• Stadium dua • Stadium empat
Biasanya berlangsung selama 10 Tahap ini merupakan tahap tidur
hingga 25 menit. Denyut jantung yang paling dalam. Gelombang otak
melambat dan suhu tubuh menurun sangat lambat. Aliran darah
(Smith & Segal, 2010). Pada tahap diarahkan jauh dari otak dan menuju
ini didapatkan gerakan bola mata otot, untuk memulihkan energi fisik
berhenti (Patlak, 2005). (Smith & Segal, 2010).
• SISTEM SERATONEGIK
- Di sintesis oleh nucleus raphe (serotonin)
- Di pengaruhi oleh L-trytophan sebagai prekursor
- ↑ serotonin = ↓ aktivitas ARAS = mudah untuk tidur
• SISTEM ADRENERGIK
- Di sintesis oleh nucleus caerelus (nor adrenalin)
- ↑ nonadrenalin = ↓ ARAS = mudah untuk tidur
• SISTEM KOLINERGIK
- Di tegmentum mesenchepalon (Asetilkolin)
- Mempengaruhi pada tidur REM
• SISTEM DOPAMINERGIK
- Di sintesis di substansi nigra mesenchepalon (dopamin)
- ↑ dopamin di celah sinaps = ↑ ARAS = keadaan terbangun

• MELATONIN
- Di sintesis di Kelenjar pineal
- Mempengaruhin ritme tidur sirkardian
Etiologi f.Risiko
Insomnia Insomnia

• Stress • Usia >50 thn


• Kecemasan • Jenis kelamin
• Depresi (wanita>laki2)
• Obat – obatan • Penyakit kronis
• Kafein • Episode insomnia
sebelumnya
• Nikotin
• Alkohol
• Perubahan lingkungan
atau jadwal kerja
Gangguan biologis :
Faktor resiko psikologis
 Pencegahan sintesis serotonin
 Destruksi nukleus raphe dorsalis
 Lesi di nukleus ceruleus

Peningkatan Pelepasan neuron nonadrenergik Penurunan pelepasan neuron serotoninergik


di lobus ceruleus di raphe

Peningkatan norepinefrin dan epinefrin Penurunan serotonin dan melatonin

Pelepasan sinyal (feedback Cortex cerebri dan sistem ARAS Gangguan irama sirkadian
+) saraf perifer

Geniculatum laterale

hipothalamus
Cortex occipital

Basal gaglia

Sadar dan kesadaran terjaga


Penurunan durasi REM

Mulai timbul gejala psikiatri

Tegang, cemas, depresi,


preokupasi

Gangguan aktivitas
1. Sleep history
2. Polysomnography
3. Sleep diary
4. Multiple sleep latency test (MSLT)
A. Terapi non farmakologi
 Konseling dan psikoterapi
 Terapi tingkah laku  Edukasi tentang kebisaan tidur yang baik,
teknik relaksasi, terapi kognitif
 Sleep hygiene  Hindari faktor risiko (cemas, stress)
 Hindari tidur siang
 Tidur dan bangun secera teratur
 Jangan mengkonsumsi kafein dan alkohol
 Jangan menggunakan obat-obatan (decongestan)
 Olahraga ringan sebelum tidur
 Hindari makan pada saat mau tidur, tetapi jangan biarkan perut
kosong
 Buat suasana ruangan tidur yang sejuk, sepi, nyaman, bersih
B. Farmakologi
 Terapi insomnia tergantung apa yang di dasarinya.
 Gangguan depresi  diberikan antidepresan ,
contohnya amitriptiline 25 mg.
 Gangguan cemas  diberikan anticemas ,
contohnya golongan benzodiazepine : diazepam
2mg/5mg, Lorazepam 0,5-1 mg.
 Gangguan psikotik  neuroleptika, contohnya
haloperidol 0,5 – 1 mg.
 Karena perilaku  terapi perilaku
 GOLONGAN BENZODIAZEPINE (DIAZEPAM)
MOA : meningkatkan aktvitas GABA pada subunit reseptor GABA
di membran post sinaps
Dosis : 5-15 mg/hari
Efek samping : sedatif, antianxietas, pusing, lemas, nyeri kepala,
penglihatan kabur, sensasi berputar
Metabolisme : Hepar
Ekresi : Urin
Komplikasi Insomnia sapat memberikan efek pada
kehidupan seseorang, antara lain:
• Efek Fisiologis : peningkatan noradrenalin serum,
peningkatan ACTH dan kortisol, penurunan produksi
melantonin
• Efek Psikologis : gangguan memori, gangguan
konsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi,
dan sebagainya
• Efek Fisik/ Somatik : kelelahan, nyeri otot, dan
hipertensi
• Efek Sosial : kualitas hidup yang terganggu
• Kematian
• Prognosis dari Insomnia sangat tergantung dari penyebab
primernya, disamping tergantung pada tat acara
penatalaksanaannya.

 Quo Ad Vitam : Ad Bonam


 Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Epidemiologi
• Wanita > laki-laki
• Cederung pada warga dengan sosial ekonomi rendah
• Di Amerika tercatat 60-70 kasus dewasa
• Indonesia sekitar 10% dari penduduk menderita
insomnia, 28 juta penduduk dari total 238 juta
penduduk
PBHL

• Beneficence : menerapkan golden rule principal


• Non-maleficence : memberikan terapi yang tepat
pada pasien
• Autonomi : dokter melakukan informed consent pada
pasien
• Justice : tidak membeda-bedakan pelayanan pada
pasien

Anda mungkin juga menyukai