Anda di halaman 1dari 16

Infeksi Sistem Saraf Pusat

Rizki Putri Andini


1310211099
Definisi
• Infeksi sistem saraf pusat adalah invasi dan
multiplikasi berbagai jenis patogen di dalam sistem
saraf pusat. Yang dimaksud patogen dapat berupa
bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa atau prion.
Klasifikasi
Menurut organ yang terkena peradangan, infeksi sistem saraf pusat
dibagi menjadi:
• Neuritis, radang pada saraf tepi
• Meningitis, radang pada meninges
• Mielitis, radang pada jaringan medula spinalis
• Ensefalitis, radang pada otak
Menurut jenis kuman penyebab, infeksi sistem saraf pusat dibagi
menjadi:
• Infeksi viral
• Infeksi bakteri
• Infeksi spiroketa
• Infeksi fungus
• Infeksi protozoa
• Infeksi metazoa
Epidemiologi
• Insiden meningitis bervariasi, bergantung pada agen
penyebab. Insiden dilaporkan 10 kali lebih besar pada negara
berkembang. Di Amerika Serikat, ditemukan 4100 kasus
dengan angka kematian 500 orang setiap tahun. Angka
prevalensi adalah 1,33 kasus per 100000 populasi. Sementara
itu, daerah endemik dari meningokokal meningitis
diantaranya Afrika, India, dan negara berkembang lainnya.
• Keterlibatan SSP terjadi pada 30-70% penderita HIV.
Etiologi
Infeksi sistem saraf pusat dapat disebabkan:
- infeksi bakteri (spasifik maupun non-spesifik)
- parasit (malaria atau toksoplasma)
- jamur (kriptokokus atau aspergilus)
- virus (Japanese ensefalitis, HIV, atau herpes)
- infeksi prion disease [Trasnmissible Spongioform Ensephalitis
(TSE) atau Creutzfeldt-Jacob Disease (CID)]
- infeksi campuran, yaitu melibatkan lebih dari satu agen
penyebab
Faktor Resiko
• Faktor Tuan Rumah
- Pada neonatus yang terjadi kekurangan antibodi IgM
- Pada bayi yang agak besar mulai kehilangan IgG yang diperoleh melalui
plasenta
- Prematuritas dan kelainan kongenital seperti meningomielokel
(meningomielosil) ataupun sinus neurodermal memudahkan terjadinya infeksi
susunan saraf pusat.
- Pada penyakit Hodgkin, leukemia, mieloma multipel, dan limfoma, terjadi
penurunan jumlah imunoglobulin yang beredar, lambatnya reaksi antibodi,
dan tertekannya kegiatan makrofag, sehingga menyebabkan infeksi susunan
saraf pusat mudah berkembang.
• Faktor Kuman
Kuman tertentu yang cenderung neurotropik seperti yang menyebabkan
meningitis bakterial akut memiliki beberapa faktor virulensi yang berkaitan
dengan faktor pertahanan tuan rumah. Sedangkan kuman yang memiliki
virulensi rendah dapat menyebabkan infeksi susunan saraf pusat apabila
terdapat gangguan pada sistem limfoid atau retikulo-endotelial.
Faktor Resiko
• Faktor Lingkungan
- Infeksi meningokokus, H.influenzae, dan kolonisasi nasofaringeal
dari N.meningitidis dapat menyebar melalui kontak antar individu.
- Meningoensefalitis ameba menyebar dengan berenang di danau air
segar yang mengandung ameba.
- Ensefalitis arbovirus terjadi jika ada kontak dengan vektor yang
berupa antropoda yang telah terinfeksi.
- Binatang rumah tangga sering mengalami infeksi leptospira dan
toksoplasma gondii dan mudah menularkan infeksinya kepada
manusia di sekelilingnya.
Manifestasi Klinis
• Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi pada meningitis
dan ensefalitis, berupa sakit kepala, penurunan kesadaran, dan muntah.
Papiledema (pembengkakan pada area di sekitar saraf optikus) dapat
terjadi pada kasus yang berat. Biasanya gejala lebih parah pada
ensefalitis
• Demam akibat infeksi biasa terjadi pada meningitis dan ensefalitis
• Fotofobia (respons nyeri terhadap cahaya) akibat iritasi saraf kranial
sering menyertai meningitis dan ensefalitis
• Ketidakmampuan menekukkan dagu ke dada tanpa nyeri (kaku kuduk)
terjadi pada meningitis dan ensefalitis akibat iritasi saraf spinal
• Kontak yang menurun ditandai dengan ketidakmampuan pasien untuk
merespons dengan baik lingkungan di sekitarnya
• Bicara kacau atau melantur
Patogenesis-Patofisiologi
Infeksi Viral
Patogenesis-Patofisiologi
Infeksi Bakterial
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
• Pada tanda vital terjadi; peningkatan suhu tubuh, perubahan
nadi, respirasi, atau tekanan darah
• Penurunan kesadaran atau perubahan tingkat kesadaran
• Pada pemeriksaan kulit dapat ditemukan eksantema atau tanda
perdarahan seperti ptekie
• Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan; tenderness,
kekakuan atau pembesaran hepar dan lien
• Parese saraf otak
• Tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, tanda
Brudzinki, Kernig, atau Laseque yang positif
• Adanya gangguan motorik seperti paralisis atau plegia
Diagnosis
3. Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
• Terapi kausal sesuai dengan organisme penyebab, apakah
bakteri, parasit, atau jamur. Antiviral penggunaanya masih
terbatas, misalnya untuk herpes dan HIV. Pada kasus bakteri,
jika bakteri belum diketahui dengan pasti, dapat diberikan
antibiotik
• Terapi simptomatik dan suportif berupa antipiretik,
antikonvulsi jika diperlukan. Pemberian nutrisi secara adekuat
dan pemeliharaan higiene yang baik
• Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan sistem imunitas.
Pemberian harus hati-hati pada kasus infeksi viral. Pada infeksi
bakteri dapat diberikan pada fase awal dan untuk jangka
pendek saja (2-3 hari)
Komplikasi
• Individu dapat mengalami disabilitas permanen, kerusakan
otak, atau meninggal akibat ensefalitis atau yang lebih jarang,
meningitis
• Kejang dapat terjadi
Prognosis
Angka kefatalan infeksi sistem saraf pusat berkisar antara 10-
40%. Beberapa penderita yang bertahan mengalami kerusakan
SSP permanen, yang menyebabkan paralisis parsial, gangguan
berbicara, atau kejang. Diagnosis dan penatalaksanaan yang
tepat segera diperlukan untuk prognosis yang baik. Dengan
pengobatan, pasien dapat sembuh sepenuhnya.
Referensi
• Neurologi-Dian Rakyat
• Neurologi-UNPAD
• Patofisiologi-Corwin
• www.medscape.com

Anda mungkin juga menyukai