Anda di halaman 1dari 26

IKM B 2017

Kelompok 9

∎ Sri Rezki (10011181722092)


∎ Lediya Ayusela (10011181722099)
∎ Zahratul Ulya (10011181722104)
∎ Suci Ramadhani Nasution (10011181722115)
∎ Marisa Nurhaliza (10011281722061)
∎ Athiyyah Aryaza Putri (10011281722071)
∎ Meilinda Rizkia (10011381722162)
Apa itu

3
 Polio (disebut juga Poliomyelitis) adalah penyakit
menular yang disebabkan virus polio.
 Virus ini menyerang sistem saraf pusat,
menyebabkan nyeri atau merusak saraf motorik,
sehingga menyebabkan kelumpuhan otot.
 Pada kasus yang berat, penyakit ini sering terjadi
pada kaki, walau pada kasus terparah, penyakit
dapat mempengaruhi kemampuan bernapas dan
menelan.
 Kebanyakan gejala infeksi ini berlangsung selama
hanya beberapa hari hingga minggu. Namun
polio sering menyebabkan gejala berat dan
biasanya bertahan dari 2–6 bulan. Setelah itu,
pasien akan baik kembali.
A.
Sejarah
Penyakit
 Penyakit polio pertama kali ditemukan oleh
Heine Medin pada tahun 1840. Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang banyak
dijangkit oleh negara-negara berkembang.
Di Indonesia sendiri penyakit ini mewabah
terakhir kali di Medan pada tahun 1957.
 Virus polio menyerang tanpa peringatan,
merusak sistem saraf menimbulkan
kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki.
Ketika polio menyerang Amerika selama
dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit
itu disebut ‘momok semua orang tua’,
karena menjangkiti anak-anak terutama
yang berumur di bawah lima tahun. Di sana
para orang tua tidak membiarkan anak
mereka keluar rumah, gedung-gedung
bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan
bahkan gereja tutup.
B. Triad
EPM
Polio
1. Agent
Polio disebabkan oleh virus. Virus polio
termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga tipe
yaitu tipe 1, 2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa
menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe
yang paling mudah di isolasi, diikuti tipe 3,
sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi. Tipe
yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1,
sedangkan kasus yang dihubungkan dengan
vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3.

8
2. Host
Virus polio dapat menyerang semua
golongan usia dengan tingkat kelumpuhan
yang bervariasi. Penyakit ini dapat menyerang
pada semua kelompok umur, namun yang
paling rentan adalah kelompok umur kurang
dari 3 tahun.

9
3. Environment
Anak yang tinggal di daerah kumuh mempunyai
antibodi terhadap ketiga tipe virus polio. Sedangkan
anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh hanya
53% anak yang mempunyai antibodi terhadap ketiga
virus polio. Misalnya status antibodi terhadap masing-
masing tipe virus polio dari anak di Bekasi adalah 96%
anak mempunyai antibodi terhadap virus polio tipe-1,
96% anak mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76%
mempunyai antibodi polio tipe-3. Sedangkan anak di
Jakarta yang mempunyai antibodi terhadap masing-
masing virus polio tipe-1, tipe-2 dan tipe-3 sebesar 96%,
98% dan 56%. Dapat disimpulkan bahwa anak yang
tinggal di daerah kumuh "Herd Immunity" nya lebih
tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah
yang tidak kumuh.
10
C. Riwayat
Alamiah
Penyakit
1. Tahap Pre-Patogenesis
 Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara
pejamu dengan bibit penyakit Polio. Tetapi
interaksi ini masih di luar tubuh manusia,
dalam arti bibit penyakit polio berada di luar
tubuh manusia dan belum masuk ke dalam
tubuh pejamu.
 Jika belum ditemukan adanya tanda-tanda
penyakit dan daya tahan tubuh pejamu
masih kuat untuk menolak penyakit,
keadaan ini disebut sehat.

12
2. Tahap Patogenesis
 Tahap Inkubasi
Masa inkubasi penyakit Polio adalah 7-14 hari
dengan rentang waktu antara 3-35 hari.
 Tahap Penyakit Dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya
gejala-gejala penyakit Polio, pada tahap ini pejamu
sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan.
Umumnya penderita masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak
berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat
umumnya tidak memerlukan perawatan, karena
penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.

13
2. Tahap Patogenesis (lanjutan)
 Tahap Penyakit Lanjut
Apabila penyakit polio makin
bertambah hebat, penyakit masuk
dalam tahap penyakit lanjut. Pada
tahap ini penderita sudah tidak dapat
lagi melakukan pekerjaan dan jika
datang berobat, umumnya telah
memerlukan perawatan.

14
2. Tahap Patogenesis (lanjutan)
 Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir.
Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat
berada dalam lima keadaan, yaitu:
• Sembuh sempurna: penyakit polio berakhir
karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya
bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada
keadaan sebelum menderita penyakit polio.
• Sembuh tetapi cacat: penyakit polio yang
diderita berakhir dan penderita sembuh.
Sayangnya kesembuhan tersebut tidak
sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu.
Cacat yang ditimbulkan oleh penyakit polio
adalah cacat fisik yaitu kelumpuhan.
15
2. Tahap Patogenesis (lanjutan)
• Kronis: perjalanan penyakit tampak terhenti
karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti
tidak bertambah berat dan ataupun tidak
bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu
saja tidak menggembirakan, karena pada
dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan
sakit.
• Meninggal dunia: terhentinya perjalanan
penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi
karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti
ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan
kedokteran dan keperawatan.

16
D.
Daerah
Persebaran
 Di Indonesia, Polio merupakan penyakit
yang Endemik sejak era pre-vaksin dan
telah menimbulkan beberapa kali Kejadian
Luar Biasa (setelah Perang Dunia II) di
beberapa tempat (DepKes RI,1993:10).
 Misalnya pada tahun 1951-1958 ditemukan
KLB di Balikpapan, Jakarta, Bandung,
Surabaya, Malang, Sidoarjo, Tuban,
Semarang, Yogyakarta, Palu, Bangka.
 Tahun 1970-1980 terjadi di beberapa
daerah seperti Bali, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah dan Irian Jaya.
 Pada Tahun 1959 ditemukan di Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan
Medan. (DepKes RI 1998;10)
18
E.
Pencegahan
 Imunisasi merupakan tindakan yang
paling efektif dalam mencegah penyakit
polio. Pencegahan penyakit polio dapat
dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya
pemberian imunisasi polio pada anak-
anak. Maka dari itu, langkah
pencegahan melalui imunisasi masih
sangat penting dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit polio seumur hidup,
terutama pada anak-anak. Anak-anak
harus diberikan empat dosis vaksin
polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka
berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18
bulan, dan yang terakhir adalah pada
usia antara 4 – 6 tahun.
20
 Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit polio
yaitu vaksin dengan virus polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).
 Kedua vaksin ini sama baiknya dalam mencegah penularan virus Polio.
Mengenai jenisnya, vaksin polio penguat adalah sama dengan vaksin polio
pada imunisasi dasar. Untuk imunisasi polio usia 18 bulan, memang bukan
lagi merupakan imunisasi dasar. Namun demikian imunisasi booster polio
merupakan rangkaian dari program wajib imunisasi yang ditetapkan
Pemerintah sehingga seharusnya dapat diberikan di pelayanan kesehatan
primer seperti Puskesmas. Namun terkadang oleh karena satu dan lain hal,
vaksinasi tidak selalu dapat dilakukan dilayanan kesehatan primer seperti
puskesmas karena keterbatasan sarana dan prasarana terutama untuk
daerah terpencil.
○ Sedangkan, orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin
polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status
vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu, vaksinasi polio booster sangat
dianjurkan pada siapa pun yang tidak divaksinasi atau tidak yakin jika
dirinya pernah divaksinasi.
21
E.
Pengobatan
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum
ditemukan cara atau metode yang paling tepat. Oleh karenanya,
perawatan difokuskan pada peningkatan kenyamanan penderita,
mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Ini dapat meliputi
pemberian antibiotic untuk infeksi tambahan, penghilang rasa sakit,
ventilator untuk membantu pernapasan, fisioterapi dan diet yang
tepat. Untuk mengurangi jumlah virus serta meningkatkan daya tahan
tubuh pasien, dapat diberikan zat imunoglobuline.

23
Pada prinsipnya pengobatan yang dilakukan ditujukan pada
pencegahan terjadinya cacat agar penderita dapat tumbuh
senormal mungkin, misalnya :
 Poliomielitris abortif
• Cukup diberikan analgetika dan sedatifa
• Diet adekuat
• Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,
sebaliknya dicegah aktivitas yang berlebihan selama 2 bulan
dan 2 bulan kemudian diperiksa neuroskletal secara teliti.
 Poliomyelitis non paralitik
• Sama seperti tipe abortif
• Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan
dengan kompers hangat selama 15-30 menit, setiap 2-4
jam. 24
 Poliomyelitis paralitik
• Membutuhkan perawatan dirumah sakit
• Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya fase akut
dilampaui
• Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai
dengan latihan pasif dengan maksud untuk mencegah
terjadinya deformitas.
• Akupuntur dilakukan sedini mungkin.
 Poliomyelitis bentuk bulbar
• Perawatan khusus terhadap paralisis palaum, seperti
pemberian makanan dalam bentuk padat atau semisolid.
• Selama fase akut dan berat, dilakukan drainasepostural dengan
posisi kaki lebih tinggi (20-25), pengisaan lender dilakukan
secara hati-hati dan teratur, jika diperlukan lakukan
trakeostomi.
25
Terima
Kasih!
26

Anda mungkin juga menyukai