Anda di halaman 1dari 20

 Muh.

Masyuddin al-amin D1B115043


 WIWIN APRILIANINGSI D1B115 088
 ROSDIANA D1B115 076
 WARDANIAH D1B115
Suatu sarana penting di dalam
pemuliaan tanaman menggunakan
kultur anter, dengan produk yang
dihasilkan berupa plantlet-plantlet
haploid yang membawa rangkaian
kromosom tunggal.
Tujuan kultur anter dan serbuk sari adalah
untuk mendapatkan tanaman haploid
melalui induksi embryogenesis dan
pembelahan spora monoploid secara
berulang-ulang, baik mikrospora
maupun serbuk sari muda.
 Kegunaan berguna dalam program
pemuliaan tanaman untuk seleksi sifat-
sifat yang diinginkan.
 Serbuk sari
 Mikrospora
 Miksospora
 Serbuk sari muda
 Angiospermae
 Gymnospermae
 PLOID
 DYAD
 DE NOVO
 TETRAD
Tulecke (1963) pertama kali menemukan
bahwa serbuk sari matang dari tanaman
gimnospermae, Ginkgo biloba, dapat
diinduksi untuk membentuk kalus diploid
bila dikulturkan pada medium yang
sesuai. KLIK

Guha dan Maheshwari (1966),


angiospermae Mereka melakukan
percobaan dengan mengkulturkan
serbuk sari datura innoxa KLIK
Dua metoda dasar yang dapat digunakan
yaitu (1) Potongan-potongan anter
dikulturkan pada medium padat ataupun
cair, dan embryogenesis berlangsung di
dalam anter;atau
(2) serbuk sari dikeluarkan dari anter, baik
menggunakan peralatan mekanik ataupun
dengan pecahnya anter secara alamiah,
dan serbuk sari dikulturkan pada medium
cair. Diperlukan waktu 3 hingga 8 minggu
bagi plantlet-plantlet haploid untuk muncul
dari anter yang dikulturkan
Sunderland (1979) melaporkan, bahwa
pada bunga sejumlah tanaman anter
dapat dikelompokkan menjadi:
pramitosis, mitosis dan pascamitosis.
Pada kelompok pramitosis respon terbaik diperoleh pada penggunaan
anter di mana mikrospora telah menyelesaikan meiosis namun
belum memulai pembelahan serbuk sari yang pertama (misalnya
pada Hyoscyamus, Hordeum vulgare). Anter tanaman yang
termasuk ke dalam kelompok mitosis memperlihatkan respon
optimal pada tiga pembelahan serbuk sari pertama (misalnya
pada Nicotiana tabacum, Datura innoxia, Paeonia).
Tahap perkembangan mikrospora
Praperlakuan anter dengan suhu rendah
selama 2 – 30 hari pada suhu 3 – 10o C
dapat merangsang embryogenesis
(Sunderland dan Roberts, 1977).
Praperlakuan lain termasuk perendaman
kuncup bunga di dalam air selama
beberapa hari (Wilson, Mix,an Foroughi-
Wehr, 1978) dan sentrifugasi anter pada
suhu 3 – 5 oC selama lebih-kurang 30 menit
(Sangwan-Norreel, 1977).
Arang aktif berpengaruh merangsang
embryogenesis somatik serta inisiasi
embryo dari jaringan anter haploid.
Pengaruh arang ini telah dibuktikan pada kultur anter tembakau
(Anagnostakis, 1974; Bajaj, Reinert, dan Haberle, 1977), rye
(Wenzel,Hoffman, dan Thomas, 1977), kentang (Sopory, Jacobson, dan
enzel, 1978), dan pada tanaman-tanaman lain.

Media
1. Yg umum : media MS (Murashige & Skoog,
1962) dan N6 (Chu, 1978)
2. Kadang perlu ekstrak kentang, air kelapa,
casein hydrolisate, sukrosa.
3. Media padat atau cair
jumlah kromosom dapat digandakan dengan pemberian kolkisin, baik
pada embryo maupun pada tanaman-tanaman haploid. Suatu prosedur
sederhana adalah dengan merendam anter yang berisi plantlet yang baru
terbentuk di dalam larutan kolkisin (0,5%
w/v) selama 24 – 48 jam (Burk, Gwyn, dan
Chaplin, 1972).
Pendekatan lain adalah dengan
menggunakan siapan kolkisin di dalam
pasta lanolin (0,4% w/v) yang diberikan
pada tunas-tunas aksilar yang diperoleh
dari tanaman haploid dewasa (Tanaka
dan Nakata, 1969).
Adanya jaringan anter di dalam kultur
agaknya kurang menguntungkan
karena dapat mempengaruhi produksi
embryoid. rlan oleh Raghavan (1978) bahwa suatu
gradien auksin endogen di dalam anter kemungkinan memainkan
perDilapoanan penting dalam perkembangan serbuk sari.
 fisiologis tanaman induk (misalnya
fotoperiodesitas, intensitas cahaya, suhu
dan nutrisi mineral).
Hasil berupa embryo dalam jumlah besar telah dilaporkan diperoleh dari
tanaman yang dikulturkan dalam kondisi hari pendek dan intensitas cahaya
tinggi (Dunwell, 1976). Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat pada
Sunderland dan Dunwell (1977).

Tanaman-tanaman heterozigot diploid


dapat muncul dari jaringan anter atau
dari pertumbuhan sel-sel induk
mikrospora atau dari mikrospora yang
tidak mengalami reduksi

Anda mungkin juga menyukai