Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 12 :

INDRA DWI OKTAVIANI HN (21501082100)


LAILI RAHMAWATI (21501082092)
SITI ROFIAH (21501082156)
Pengertian
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani).
KarakteristikIstishna’antara lain:

1) Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual


untuk menyediakan barang pesanan (mashnu') sesuai
spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada
pembeli, dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.

2) Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh


pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga
barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad.
SUBYEK SALAM ISTISHNA’ ATURAN DAN KETETANGAN

PokokKomtrak Muslam Fihi Mashnu’ Barabgditangguhkahdenganspesifikasi

Harga Dibayar saat kontrak Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian pembayaran merupakan
boleh diangsur, boleh perbedaan utama antara salam dan istishna’
di kemudian hari

Sifat kontrak Mengikat secara asli Menhikat secara Salam mengikat semua pihak sejak awal,
(thabi’i) ikutan (thaba’i) sementara istishna’ mengikat dianggap
mengikat berdasarkan pandangan para fuqaha
demi kemaslahatan, serta tidak bertentengan
dengan aturan syari’ah

Kontrak Salam paralel Istishna’ paralel Baik salam paralel maupun


paralel istishna’ paralel sah asalkan: kedua kontrak
secara hukum adalah terpisah.
(1)
(Penjual) (Pembeli)
(2)

(3)

Keterangan:
1. Pembeli dan penjual menyepakati akad istisnha.
2. Barang diserahkan kepada Pembeli.
3. Pembayaran dilakukan oleh Pembeli.
(1)
(Penjual) (Pembeli)
(4)

(5)

(3)
Produsen/Suplier

(2)

Keterangan:
1. Melakukan AKAD ISTISNHA’,
2. Penjual memesan & membeli dari Suplier/produsen,
3. Barang dari produsen diserahkan kepada penjual,
4. Barang diserahkan kepada pembeli, dan
5. Pembayaran oleh pembeli.
 Pengakuan untuk asset tergantung dari
akadnya. Jika proposal, negosiasi dan biaya
serta pendapatan asset dapat diidentifikasi
terpisah, maka akan dianggap akad terpisah.
Jika tidak maka akan dianggap satu akad. Jika
ada pesanan tambahan dan sifatnya
signifikan atau dinegosiasikan terpisah, maka
dianggap akad terpisah
 Biaya perolehan/pengeluaran selama
pembangunan atau tagihan yang diterima dari
produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset
istishna’ dalam penyelesaian, sehingga jurnal
yang dilakukan bila entitas melakukan
pengeluaran untuk akad istishna’ adalah:
 Dr. Aset Istishna’ dalam
penyelesaian xxx
 Kr. Persediaan, Kas, Utang, dan Lain-lain
xxx
 Untuk akun yang kredit akan tergantung apa
yang digunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kewajiban akad tersebut.
 Pembeli mengakui aset istishna' dalam penyelesaian
sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan
sekaligus mengakui utang istishna' kepada penjual.

 Aset istishna' yang diperoleh melalui transaksi


istishna' dengan pembayaran tangguh lebih dari satu
tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih
antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna'
tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban istishna' tangguhan.
 Pembeli mengakui aset istishna' dalam penyelesaian
sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan
sekaligus mengakui utang istishna' kepada penjual.
 Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx
 Kr. Utang kepada Penjual xxx
 Aset istishna' yang diperoleh melalui transaksi istishna'
dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui
sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli
yang disepakati dalam akad istishna' tangguh dan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban istishna' tangguhan.
 Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (sebesar nilai tunai)
xxx
 Dr. Beban Istishna’ Tangguh (selisih nilai tunai dengan harga
beli)xxx
 Kr. Utang kepada Penjual xxx
 Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara
penjual dan pemesan, dimana untuk memenhui
kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
itishna dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat
memenuhi asset yang dipoesan pemesan

 Syarat akad istishna’pararel, pertama(antara penjual dan


pemesan) tidak tergantung pada istishna’ kedua (antara
penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara
pemesan dan penjual dan akad antara penjual dan
pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui
adanya keuntungan selama kontruksi.
Pengungkapan;
 Entitas mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: (a) metode
akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan kontrak istishna’; (b) metode yang
digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan; (c) rincian piutang
istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata uang, dan kualitas piutang; (d) rincian utang istishna’
berdasarkan jumlah, jangka waktu dan jenis mata uang; dan (e) pengungkapan yang diperlukan sesuai
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Penyajian;
 (1) Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut: (a) Piutang istishna’ yang berasal dari
transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. (b) Termin istishna’ yang berasal
dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
 (2) Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut: (a) Utang ishtisna’ sebesar tagihan
dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi. (b) Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar: (i)
persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau (ii)
kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’.

Anda mungkin juga menyukai