Anda di halaman 1dari 30

Mira Triharini

“ The purpose of transcultural nursing is to discover


and establish a body of knowledge and skills
focused on transcultural care, health, and illness in
order to assist nurses giving culturally competent,
safe, and congruent care to people of diverse
cultures worldwide” (Leininger, 1995)
Madeline Leininger pada tahun 1950
memformulasikan idenya tentang praktik
keperawatan berdasar antropologi sesuai bidang
keilmuannya. Ia melihat bahwa dalam perawatan
perlu melihat secara global, dimana dalam
antropologi perlu melihat bagaimana perbedaan
setiap kelompok masyarakat di dunia.
 Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi
dan keperawatan.
 Keperawatan transkultural sebagai bagian
utama dari keperawatan yang berfokus
kepedulian terhadap persamaan atau
perbedaan kepercayaan dan nilai yang
dimiliki oleh individu atau kelompok sesuai
dengan budayanya
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah

Memberikan perawatan secara universal dengan


spesifik pada budaya untuk peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan seseorang , serta membantu
menghadapi kondisi sakit dalam budaya masing-
masing
 Bila keperawatan transkultural diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural
shock.

 Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu


kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan.
Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang
dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.
 Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.

 Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk


membimbing,mendukung dan mengarahkan individu,
keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.

 Perilaku caring semestinya diberikan kepada manusia sejak


lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa hidup
sampai dikala manusia itu meninggal.
 Human caring merupakan fenomena yang universal
dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

 Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif


untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi
yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang
dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.

 Cultural imposition, berkenaan dengan kecenderungan


tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih
tinggi daripada kelompok lain.
Manusia
1.

 Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki


nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan.
 Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun ia berada.
 Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan.
 Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan
kesejahteraan yang didefinisikan secara
kultural memiliki nilai dan praktek serta
merefleksikan kemampuan individu maupun
kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya
mereka sehari-hari dan pola hidup.
3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan,
situasi, atau pengalaman-pengalaman yang memberikan
arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan
atau susunan kebudayaan.

4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran
humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang
difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan
manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan
dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka
berdasarkan pada kebudayaan.
Nursing actions Components of the theory

1. The nurse uses anticipation, To discover the worldview of the member or


observation, and interviews members of the culture ; The cultural and
within the culture social dimensions considering the cultural
(PENGKAJIAN) values and the life ways such as technological,
religious and philosophical, kindship and social,
political and legal, economic and educational
factor ; and the influence of language, the
ethnohistory, and the enviromental context

2. The nurse analyze the To discover pattern and themes related to the
information gathered health and well-being based on the factors item
(PERUMUSAN DIAGNOSA KEP) 1 listed above

3. The nurse considers the care To discover the genetic (folk) care, nursing
indicated according to the data care, and professional system of care indicated
(INTERVENSI) according to the data
Nursing actions Components of the theory

4. The nurse develops a plan of To plan for culture care


care based on the data and preservation or maintenance,
presents it on the data and the accommodation or negotiation,
presents it to the patient and repatterning or restructuring
(INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI)

5.The nurse observes the To promote health and well-


outcome of culturally congruent being
care
(EVALUASI)
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
 Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
 Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari
kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup
( Religous and Philosofical Factors)

 Agama adalah suatu sistem simbol yang


mengakibatkan pandangan dan motivasi yang
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas
kehidupannya sendiri.
 Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti :
agama yang dianut, kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar
untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai
konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga

 Faktorsosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji


oleh perawat : nama lengkap dan nama
panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota
keluarga, hubungan klien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga.
4. Faktor Nilai budaya dan gaya hidup (cutural
values and lifeways)

 Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri


manusia mengenai apa yang dianggap baik dan
buruk.
 Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-
nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan
jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang
dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan
(polithical and legal factor)

 Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah


segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan transkultural.
 Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang menunggu.
6. Faktor ekonomi (economical factor)

 Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-


sumber material yang dimiliki untuk membiayai
sakitnya agar segera sembuh.
 Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya
kantor, tabungan.
 Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational factor)

 Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman


individu dalam menempuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu,
maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.

 Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan


meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta
kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Strategi I, Perlindungan/mempertahankan
budaya.

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya


pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya.
Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi
budaya.

 Intervensi dan implementasi keperawatan pada


tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan.
 Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan.
Strategi III, Mengubah/mengganti budaya
klien

 Restrukturisasibudaya klien dilakukan bila


budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok.
 Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
 Evaluasi asuhan keperawatan transkultural
dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien.

 Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan


keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam
pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang
berbeda
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan
untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori
lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor
budaya yang akan berdampak terhadap pasien, staf
keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori trankultural dapat membantu perawat
untuk membuat keputusan yang kompeten dalam
memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam
penelitian dan pengembangan praktek keperawatan .
1. Teori transkultural bersifat sangat luas sehingga
tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan
sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
2. Teori transkultural ini tidak mempunyai
intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan
model teori lainnya
LATIHAN KASUS DI DALAM FORUM
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai