Anda di halaman 1dari 79

PEMERIKSAAN FISIK

DAN DIAGNOSTIK

1
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan mengenai tanda-tanda patologik pada
tubuh pasien dengan jalan :

• INSPEKSI
• PALPASI
• PERKUSI
• AUSKULTASI

2
Metode Pemeriksaan
 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

 Memeriksa ketersediaan alat


 Cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan
 Meminta pasien untuk berbaring atau duduk
METODE PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan sebetulnya sudah dimulai saat bertemu pasien pertama kali,


selama observasi atau saat- saat tertentu,

- perhatikan penampilan, cara bicara, sikap, keadaan fisiologis/

psikologis

- sesuai tujuan pemeriksaan

 Pemeriksaan secara sistimatik:


- inspeksi

- palpasi

- perkusi

- auskultasi

4
Pemeriksaan Tanda Vital
 Pengukuran secara tidak langsung tekanan darah
arteri

 Penilaian denyut nadi : arteri brachialis, radialis,


dorsalis pedis,tibialis posterior  di nilai frekuensi,
kekuatan dan irama nya

 Penilaian pernafasan  menentukan frekuensi, irama,


jenis dan kedalaman pernafasaan selama 1 menit

 Pengukuran suhu tubuh  suhu tubuh


Pemeriksaan Kepala

• Pemeriksaan kepala
Melakukan inspeksi dan palpasi bentuk dan ukuran, apakah terdapat
benjolan, lekukan, dan nyeri tekan
• Pemeriksaan Rambut
Melakukan inspeksi warna, penyebaran rambut dan apakah mudah
dicabut
• Pemeriksaan Mata
- Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa menarik kedua kelopak
mata bawah dengan kedua ibu jari. Inspeksi nodul, pembengkakan,
warna sklera dan konjungtiva palpebra serta pola vaskularisasi di sklera
- Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan cara menarik kelopak mata
bawah dengan ibu jari dan alis dengan jari telunjuk
• Pemeriksaan Wajah
Memperhatikan ekspresi, bentuk dan kesimetrisan wajah, gerakan
involunter, bengkak dan benjolan
• Pemeriksaan Kulit Wajah
Memperhatikan warna dan kelainan kulit
Pemeriksaan Leher

Tekanan Vena Jugularis (JVP)


-Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal dengan sudut 30-450.
-Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula.
-Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan jari yang lain.
-Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula.
-Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa.
-Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai.
-Menghitung jarak antara puncak pengisian vena dengan bidang datar yang
melalui angulus ludovici.

Kelenjar Tiroid
-Mempersilahkan pasien duduk dan sedikit mengekstensikan kepala.
-Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjar tiroid dengan cara
menginstruksikan pasien melakukan gerakan menelan dan mengidentifikasi
adanya simetrisitas kanan dan kiri, kelainan kelenjar tiroid berupa pembesaran,
pulsasi, dan tanda peradangan.
-Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
Lanjutan
-Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan menggunakan ujung jari dari
kedua tangan dengan cara menginstruksikan pasien melakukan gerakan
menelan dan merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar tersebut bergerak.
Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran, konsistensi, jumlah nodul, simetrisitas
kanan dan kiri, kontur permukaan, pulsasi, dan nyeri.
-Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke depan pasien untuk
mengukur ukuran nodul, dengan menggunakan kaliper atau pita pengukur.
-Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan menggunakan stetoskop.

Kelenjar Getah Bening


-Mempersilahkan pasien duduk.
-Pemeriksa berdiri di depan pasien melakukan inspeksi: melihat ada tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening yang tampak.
-Pemeriksa berdiri di belakang/depan pasien yang duduk.
-Palpasi dengan jari dari depan atau belakang pasien pada daerah preauricular,
postauricular, oksipital, tonsilar, submandibular, submental, servikal superfisial,
servikal posterior, rantai servikal dalam, dan supraklavikular.
Palpasi KGB Kepala & Leher

Kelenjar Getah Bening Kepala & Leher


Palpasi Trakea
Pemeriksa berada di depan pasien.
Letakkanlah ujung jari telunjuk tangan kanan (dapat
juga dengan ujung jari tengah dan jari manis) pada
lekukan suprasternal.
Tekanlah jari ke arah trakea secara perlahan-lahan,
kemudian geser jari perlahan-lahan ke arah atas
untuk menilai ada tidaknya deviasi trakea.
Pada orang yang normal posisi trakea terletak pada
garis tengah tubuh.
Terkadang dapat juga ditemukan adanya deviasi
trakea ringan ke arah kanan pada orang normal.
Palpasi Trakea

Palpasi Trakea
Teknik Pemeriksaan Fisik Toraks
Observasi

Ada tidaknya kelainan pada daerah kepala leher yang


berkaitan dengan kelainan pada paru dan saluran pernafasan,
misalnya :

 Sianosis ujung lidah (hipoksemia).


 ”Bull Neck” pada Sindrom Vena Cava Superior.
 Deviasi trakea (biasanya ke sisi kanan).
 Pembengkakan KGB leher.
Observasi (pengamatan awal)

Sindrom Vena Cava Superior (bull neck) Atrofi Otot Tangan (Sindrom Pancoast)
Teknik Pemeriksaan Fisik Toraks
Observasi

Terdengar, atau tidaknya suara-suara nafas abnormal suatu


pasien datang :

 Mengi, atau wheezing.


 Stridor (suara mendengkur) terutama stridor inspiratoar.
 Suara serak, atau hoarseness.
Observasi (pengamatan awal)

Clubbing Finger Karat Nikotin (perokok berat)


Inspeksi
 Kelainan pada dinding toraks.
 Kelainan pada bentuk toraks.
 Kesimetrisan toraks pada saat bernafas.
 Frekuensi pernafasan.
 Jenis pernafasan.
 Irama pernafasan.
Inspeksi
 Kelainan pada dinding toraks :
 Jaringan parut bekas operasi pada dada.
 Pelebaran vena-vena superfisial pada dinding dada.
 Massa abnormal pada dinding dada.
 Pembesaran payudara pada pria.
 Pelebaran, atau adanya retraksi otot-otot interkostalis.
Inspeksi
 Kelainan bentuk toraks
 Dada paralitikum.
 Dada emfisema (barrel chest).
 Pectus excavatum.
 Pectus carinatum.
 Kifosis.
 Skoliosis.
Kelainan Bentuk Toraks

Dada Emfisema (barrel chest) Skoliosis Toraks & Skoliosis Lumbar


Kelainan Bentuk Toraks

Pectus Carinatum (pigeon chest) Pectus Excavatum


Kesimetrisan Toraks Pada Saat Bernafas
 Amatilah apakah kedua lapangan toraks simetris saat
bernafas. Pada keadaan normal kedua lapangan toraks
simetris saat bernafas.
 Apakah ada lapangan toraks yang tertinggal saat
bernafas, misalnya pada :
 Emfisema berat.
 Pasien dengan ukuran tumor paru, atau mediastinum
yang besar.
 Efusi pleura yang masif.
 Kolaps paru.
 Perhatikan ada tidaknya pemakaian otot-otot bantu
pernafasan, misalnya pada kasus PPOK berat.
Inspeksi

Gambaran Pasien PPOK (Barrel Chest & Hipertrofi Otot Pernafasan)


Frekuensi Pernafasan
 Hitunglah berapa banyak pasien bernafas dalam satu menit.
 Orang dewasa normal bernafas 14-20 kali per menit.
 Pada bayi yang sehat frekuensi bernafas 24-32 kali per menit.
 Bandingkan frekuensi bernafas pasien, dengan nilai yang
normal.
 Apakah frekuensi bernafas pasien normal.
 Frekuensi terlalu cepat (takipneu).
 Frekuensi terlalu lambat (bradipneu).
 Frekuensi tidak bernafas (apneu).
Jenis Pernafasan
 Amatilah jenis pernafasan pasien (jenis pernafasan normal) :
 Apakah torakoabdominal (terutama pada wanita).
 Apakah abdominotorakal (terutama pada pria).
 Amatilah apakah terdapat jenis pernafasan abnormal seperti :
 Pernafasan torakal.
 Pernafasan abdominal.
 ”Pursed Lips Breathing”.
 Pernafasan cuping hidung yang cepat dan dangkal.
Irama Pernafasan
 Amatilah irama pernafasan pasien. Irama pernafasan normal
adalah, pernafasan yang silih berganti antara inspirasi dan
ekspirasi, dengan frekuensi yang normal
 Amatilah ada tidaknya irama pernafasan yang abnormal
seperti :
 Bradipneu.
 Takipneu.
 Hiperpneu.
 Pernafasan Cheyne Stokes.
 Pernafasan Biot.
 ”Sighing Respiration”.
Palpasi
 Palpasi kelenjar getah bening kepala & leher (di bahas lebih
lanjut pada pemeriksaan fisik Blok Sistem Organ Khusus)

 Palpasi trakea.
 Palpasi statis dinding dada anterior.
 Palpasi dinamis :
 Pemeriksaan ekspansi paru.
 Pemeriksaan tactile vocal fremitus.
Palpasi Dinding Toraks Anterior (palpasi statis)
 Lakukan palpasi dinding toraks anterior, dengan telapak
tangan untuk menentukan ada tidaknya kelainan pada
dinding dada.
 Tentukan ada tidaknya kelainan pada dinding dada,
misalnya seperti :
 Nyeri tekan pada dinding dada.
 Krepitasi karena emfisema subkutis.
 Tumor.
Pemeriksaan Ekspansi Paru (palpasi dinamis)
 Letakkan kedua telapak tangan, dan ibu jari secara
simetris pada masing-masing tepi iga, sedangkan jari-jari
lainnya menjulur sepanjang sisi lateral lengkung iga.
 Kedua ibu jari harus saling berdekatan di garis tengah,
dan sedikit diangkat, agar dapat bergerak bebas secara
simetris saat pasien menarik nafas (inspirasi).
 Bila terdapat kelainan pada salah satu sisi toraks,
ekspansi dada pada sisi tersebut akan berkurang,
sehingga gerakan kedua ibu jari menjadi tidak simetris.
Pemeriksaan Ekspansi Paru (palpasi dinamis)

Pemeriksaaan Ekpansi Paru Dinding Toraks Anterior & Posterior


Pemeriksaan Tactile Vocal Fremitus (palpasi
dinamis)
 Letakkan kedua telapak tangan pada permukaan dinding
toraks.

 Mintalah pasien menyebutkan kata-kata yang menimbulkan


resonansi yang tinggi sehingga getaran suara yang teraba
pada dinding toraks akan terasa lebih jelas seperti angka 77
atau 99.

 Rasakanlah getaran suara yang timbul dengan seksama.


Cont…
Bandingkanlah tactile vocal fremitus pada yang
dirasakan pada telapak tangan kanan dan kiri
pada dinding toraks anterior maupun posterior,
mulai dari bagian atas, tengah dan bawah.
Apakah fremitus normal, melemah (pada
emfisema atau pneumotoraks), atau mengeras
(pada pneumonia atau Tb paru aktif).
Setiap melakukan pemeriksaan tactile vocal
fremitus, kedua telapak tangan harus disilangkan
secara bergantian untuk konfirmasi getaran suara
yang dirasakan, bila terasa fremitus yang tidak
sama pada telapak tangan kanan dan kiri.
Pemeriksaan Tactile Vocal Fremitus (palpasi dinamis)

Pemeriksaan Tactile Vocal Fremitus


Perkusi
Teknik perkusi dasar dinding toraks.
Perkusi batas paru-hati.
Peranjakan hati.
Perkusi dinding toraks posterior.
Teknik Perkusi Dasar Dinding Toraks
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding toraks.
 Tekan sedikit jari telunjuk atau jari tengah tangan kiri (jari
fleksimeter) pada sela iga daerah toraks yang akan diperiksa.
 Ketuklah bagian tengah falang medial dari jari fleksimeter
dengan ujung jari tengah kanan (jari fleksor) dengan
menggunakan sendi pergelangan tangan sebagai poros.
Cont…
 Lakukanlah perkusi secara bergantian pada sela iga dinding
toraks sebelah kanan ke sela iga dinding toraks sebelah kiri,
dimulai dari toraks sebelah atas, tengah dan bawah pada
dinding toraks anterior.
 Lakukanlah teknik perkusi yang sama, pada dinding toraks
posterior.
 Lakukanlah penilaian terhadap suara perkusi yang timbul
pada dinding toraks pasien apakah sonor (normal), hipersonor
(pada PPOK), redup (pada efusi pleura) dan beda (pada efusi
pleura masif)
Teknik Perkusi Dinding Toraks

Lokasi Titik Perkusi Dinding Toraks Anterior & Posterior


Perkusi Dinding Toraks Posterior
 Mintalah penderita untuk menyilangkan kedua lengannya di
dada, dengan kedua telapak tangan diletakkan pada masing-
masing bahu secara kontralateral.

 Lakukanlah perkusi secara bergantian pada sela iga dinding


toraks sebelah kanan, ke sela iga dinding toraks sebelah kiri,
dimulai dari toraks sebelah atas, tengah dan bawah pada
dinding toraks posterior.
Teknik Auskultasi
 Letakkanlah stetoskop pada seluruh dinding toraks secara
sistematis dan bergantian, pada sela iga dinding toraks
sebelah kanan ke sela iga dinding toraks sebelah kiri, dimulai
dari toraks sebelah atas, tengah dan bawah pada dinding
toraks anterior.

 Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi, lalu


dengarkanlah dengan seksama suara nafas yang terdengar.

 Lakukanlah teknik pemeriksaan auskultasi yang sama, pada


dinding toraks posterior.
Teknik Auskultasi

Lokasi Pemeriksaan Auskultasi Dinding Toraks Anterior & Posterior


Suara Nafas
 Suara nafas normal :
 Vesikuler.
 Bronkial.
 Bronkovesikuler.
 Suara nafas tambahan :
 Ronkhi basah.
 Ronkhi kering dan ”wheezing”.
 Bising gesek pleura.
 Bising krepitasi.
Penilaian Auskultasi
 Lakukanlah penilaian terhadap suara pernafasan
normal (terutama vesikuler), yang terdengar dari
stetoskop :
 Intensitas (normal, melemah, atau mengeras)
 Letaknya, apakah terdengar pada tempat yang
seharusnya, atau tidak (misalnya terdengarnya suara
bronkial pada lapangan perifer paru, karena adanya
penghantar seperti infiltrat atau tumor).
 Dengarkanlah dengan seksama ada tidaknya suara nafas
tambahan, seperti ronkhi basah, ronkhi kering, mengi,
dan krepitasi.
Suara nafas normal :

1. Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound”


karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu
tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang
daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase
tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.
Cont…
2. Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara
nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar
di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh
dinding dada.

3. Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin


sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi,
ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan

1. Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan


karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.

2. Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,


karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok
terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum
Cont…
3. Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara
seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah
pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat
bernafas dalam.
Cont…
4. Crackles
a. Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.

b. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter


suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
Pemeriksaan Jantung

Inspeksi Jantung
-Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang ditemukan.
-Inspeksi letak iktus kordis dan menyebutkan dengan benar letak iktus kordis
(apabila terlihat).

Palpasi Jantung
-Meletakkan sisi palmar jari-jari tangan atau seluruh telapak tangan pada
dinding toraks di lokasi apeks jantung.
-Jika iktus kordis tidak dapat diidentifikasi dengan posisi supine, meminta
pasien untuk mengangkat lengan kiri pada posisi lateral dekubitus kiri.
Palpasi kembali dengan tekanan lembut.
-Pada palpasi iktus kordis, identifikasi pula apakah ada thrill, heaving, lifting,
atau tapping.
Lanjutan

Perkusi Batas Jantung (Relatif)*


-Dengan posisi supine, perkusi pada linea aksilaris anterior kiri untuk mencari
batas paru (sonor) dengan lambung (timpani/redup)
-Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung dilakukan perkusi ke
medial untuk menentukan batas kiri jantung (redup).
-Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk menentukan pinggang
jantung (redup).
-Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari batas paru (sonor)
dengan hepar (redup).
-Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati dilakukan perkusi ke medial
untuk menentukan batas kanan jantung (redup).
* Perkusi dapat dimulai untuk mencari batas jantung kiri atau kanan.
Lanjutan

Auskultasi Jantung
-Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil membandingkan
dengan meraba pulsasi arteri karotis.
-Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kanan
untuk mendengarkan bunyi katup aorta.
-Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri untuk
mendengarkan bunyi katup pulmonal.
-Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis kiri
untuk mendengarkan bunyi katup trikuspid, dibandingkan waktu
inspirasi dan ekspirasi.
-Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea midclavicula kiri
untuk mendengarkan bunyi katup mitral.
-Setelah pemeriksaan selesai, meminta pasien untuk memakai
pakaian kembali.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
 Inspeksi Abdomen

Melihat bentuk abdomen (apakah simetri, membuncit atau tidak), dinding perut (kulit,
vena, umbilicus, inguinal), pergerakan peristaltik abdomen dan pulsasi.
 Auskultasi Abdomen
Meletakkan steteskop di sekitar umbilikus pada satu tempat di dinding abdomen untuk
menghitung frekuensi bising usus (2 menit) dan mendengarkan bunyi usus atau bunyi lain
(bruit arterial, venous hump.)
 Perkusi Abdomen
-Melakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen.
-Melaporkan bunyi timpani atau pekak.
-Perkusi secara khusus pada bagian batas inferior costa kanan, untuk menilai pekak hati.
-Perkusi secara khusus pada bagian batas inferior costa kiri, untuk menilai timpani area
gaster.
-Perkusi secara khusus di daerah linea aksilaris anterior kiri pada sela iga VI untuk menilai
ada
tidaknya pembesaran limpa (menilai perubahan suara timpani menjadi redup).
Lanjutan
 Untuk menentukan liver span:
-Perkusi secara khusus di garis midklavikula
-kanan dari kranial ke arah kaudal untuk menentukan batas
paru-hepar dengan menilai perubahan suara dari sonor
ke redup.
-Kemudian dilanjutkan dengan menilai batas bawah hepar
dengan cara melakukan perkusi di garis midklavikula
kanan mulai dari setinggi umbilicus ke kranial sampai di
dapat perubahan suara dari timpani ke redup.
-Mengukur jarak antara batas atas dan batas bawah
hepar.
 Lanjutan

Palpasi Abdomen
-Meminta pasien untuk menekuk lutut
-Palpasi superfisial (ringan) dilakukan dengan menempelkan sisi
palmar tangan secara horizontal pada seluruh regio abdomen
secara sistematis.
-Menilai nyeri tekan abdomen, defance muscular dan ada
tidaknya massa superfisial. Lalu diulangi dengan melakukan
palpasi dalam, bila ditemukan massa deskripsikan lokasi,
ukuran, bentuk, nyeri tekan, konsistensi, pulsasi dan bergerak
atau tidak pada saat bernapas.
-Memperhatikan wajah pasien selama palpasi.
Palpasi hepar
 Meminta pasien melipat kedua tungkai.

 Melakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar radial
jari tangan kanan

 Meminta pasien menarik nafas dalam.

 Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan tangan kanan pada
regio illiaka kanan dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus costae
kanan.

 Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah


dorsal pada saat pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak ke kranial dalam arah parabolik.

 Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan

 Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerahgaris tengah abdomen ke arah
epigastrium dimulai dari umbilikus dengan cara seperti diatas.

 Bila meraba tepi hati, deskripsikan ukuran, permukaan, tepi, konsistensi,


nyeri tekan, dan apakah terdapat pulsasi.
Pemeriksaan murphy sign:
 Palpasi batas hati pada batas lateral
m.rectus
 Meminta pasien menarik napas dalam
 Menilai adanya nyeri
Palpasi Limpa (Metode Schuffner)
 Meminta pasien melipat kedua tungkai.
 Melakukanpenekanan pada perut dengan
menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan.

 Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen


ke bawah dengan arah dorsal pada saat pasien
ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak ke kranial dalam arah parabolik.

 Palpasi dimulai dari SIAS kanan, melewati umbilicus


menuju arkus costae kiri.

 Mendeskripsikan ukuran pembesaran limpa dengan


skala schuffner.
Palpasi Titik Mc Burney

 Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis


imajiner yang menghubungkan SIAS kanan dengan
umbilikus dinding perut kuadran kanan bawah.

 Melakukan penekanan pada titik tersebut untuk


mengetahui nyeri tekan dan nyeri lepas.

 Menilai apakah terdapat defance muscular lokal.


Pemeriksaan Ballotement
 Meletakan tangan kiri di posterior pasien, di kaudal dari
iga ke 12 dengan ujung jari pada sudut kostovertebra.
 Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas,di
lateral dari m rectus abdominis.
 Angkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke
anterior.
 Meminta pasien menarik napas dalam.
 Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam dengan
tangan kanan pada abdomen kanan atas, tepat
dibawah iga untuk merasakan mobilitas ginjal diantara
kedua tangan.
 Melakukan palpasi ginjal bimanual pada sisi
kontralateral.
Nyeri ketok Costovertebra Angle (CVA)

 Meminta pasien duduk.


 Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien,
meletakan tangan kiri sisi palmar pada sudut kostovertebra
kanan.
 Meletakan bagian ulnar kepalan tangan kanan diatas tangan
kiri pada sudut kostovertebra kanan.
 Memperhatikan pasien dan menanyakan pasien apakah
pasien merasakan nyeri.
 Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas tangan kiri
pada sudus kostovertebra kanan dengan kekuatan yang
cukup.
 Melakukan tindakan yang sama pada sudut kostovertebra
kiri.
Pemeriksaan Cairan Bebas
 Teknik Shifting Dullness

-Melakukan perkusi dari umbilikus (bagian puncak abdomen) ke lateral kiri atau kanan.

-Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup.

-Memberikan tanda batas perubahan suara tersebut dengan meletakkan jari sebagai
plesimeter tetap pada batas tersebut lalu penderita diminta miring ke arah kontralateral
gerakan perkusi.

-Menunggu beberapa saat (30-60 detik).

-Melakukan perkusi kembali di tempat yang telah ditandai dan tentukan apakah ada perubahan
suara dari redup ke timpani.

 Teknik Undulasi

-Tangan pemeriksa berada di sebelah kiri dan kanan perut pasien

-Melakukan hentakan pada dinding perut dengan jari

-Merasakan getaran pada tangan lain yang menempel pada dinding perut yang kontralateral
*Uji undulasi positif bila merasakan getaran
Gejala (Symptom)
 Nyeri perut
 Mual dan muntah
 Perubahan defekasi
 Ikterus
 Perdarahan rektum
 Massa
 Distensi abdomen
Lain-lain
Kegawatan :
* Hematemesis
* Melena
* Abdomen akutum (Peritonitis TBC
=chess phenomen)
* Appendiksitis akut (Mc Burney)
* KET perforasi (Cullen sign)
* Kolesistitis dengan ikterik (Murphy
sign)
Thank you

Anda mungkin juga menyukai