Anda di halaman 1dari 60

Rizky Y Putra.M.Farm.

,Apt
UNV M Natsir
Obat antikanker adalah senyawa
kemoterapeutik yang digunakan untuk
pengobatan tumor / kanker.
Tujuan utama kemoterapi kanker adalah
merusak secara selektif sel tumor yang
berbahaya tanpa mengganggu sel normal.
Obat antikanker sering disebut juga
sebagai sitotoksik, sitostatik atau
antineoplasma.

Obat antikanker dibagi menjadi : senyawa pengalkilasi, antimetabolit, antikanker


produk alam, hormon, dan golongan lain-lain
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan
ciri gangguan atau kegagalan mekanisme
pengatur multiplikasi dan fungsi
homeostatis lainnya pada organisme
multiseluler
Penggolongan Obat Antikanker
 Senyawa alkilasi
 Antimetabolit

Banyak obat antikanker bekerja dengan cara mempengaruhi metabolisme asam nukleat
terutama DNA, atau biosintesis protein
 Pembedahan, terutama untuk tumor
padat yang terlokalisasi.
 Radiasi, pengobatan penunjang
sesudah pembedahan.
 Kemoterapi, pengobatan tumor yang
tidak terlokalisasi.
 Endokrinoterapi, penggunaan hormon
tertentu untuk pengobatan tumor
pada organ yang poliferasinya
tergantung hormon.
 Imunoterapi, berperan penting dalam
pencegahan mikrometastasis.
• Alkylating agent bekerja secara langsung
dengan merusak DNA sel sehingga
mencegah pembelahan sel kanker.
• Sebagai golongan obat, golongan obat ini
tergolong dalam kelompok obat yang
bekerja pada fase non spesifik, dengan
kata lain, bekerja di semua fase dari siklus
sel.
• Alkylating agent digunakan untuk • Kemoterapi adalah pemberian golongan
mengobati berbagai penyakit obat obatan tertentu dengan tujuan
kanker,termasuk leukemia, limfoma,
penyakit hodgkin, multiple myeloma, menghambat pertumbuhan sel kanker
kaposi, paru-paru, payudara, dan ovarium. bahkan ada yang dapat membunuh sel
kanker
• Karena golongan obat ini merusak DNA,
maka golongan obat ini juga dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang
pada sumsun tulang.
• Meskipun jarang terjadi, golongan obat ini
dapat menyebabkan penyakit leukemia
akut.
• Risiko leukemia dari alkylating agent
adalah “bergantung pada dosis “, yang
berarti bahwa risikonya akan lebih rendah
dengan menggunakan dosis yang rendah,
dan risiko semakin meningkat jika dosis
ditingkatkan.
• Risiko leukemia setelah mendapatkan
alkylating agent dapat terjadi pada 5 -10
tahun setelah pengobatan.
Jenis obat yang termasuk senyawa
alkilasi adalah :
 Klorambusil (Leukeran).
 Melfalan (Alkeran).
 Siklofosfamid (Cytoxan, Endoxan,
Neosar).
 Isfosfamid (Holoxan).
 Tiotepa (Thiotepa).
 Busulfan (Myleran).
 Senyawa pengalkilasi adalah senyawa
reaktif yang dapat mengalkilasi ADN,
ARN dan enzim-enzim tertentu.
 Senyawa ini digunakan terutama untuk
pengobatan kanker pada jaringan
limfoid dan sistem retikuloendotel,
seperti pada penyakit leukemia
limfositik dan mieloma.
 Efek sampingnya cukup besar yaitu
dapat merusak sumsum tulang
belakang, menyebabkan leukopenia
dan trombositopenia serta menekan
kekebalan
 Agen pengalkilasi merupakan senyawa reaktif yang dapat mentransfer alkil untuk
membentuk ikatan kolvalen dengan DNA.
 Zat pengalkil digunakan dalam kemoterapi kanker secara luas karena efektif
dalam mematikan sel kanker melalui reaksinya yang langsung dengan DNA dalam
sel kanker.
 Hal ini menyebabkan DNA kehilangan kemampuannya untuk melakukan replikasi
sel
 Sitostatistika pengalkilasi adalah
sitostatika yang dapat bereaksi,
umumnya mempunyai dua gugus fungsi
yang kerjanya didasarkan pada alkilasi
asam nukleat.
 Setelah pengaktifan menjadi karbanion
disamping bereaksi dengan protein zat,
bereaksi juga dengan guanin asam
desoksiribonukleat dan menyebabkan
perubahan DNA di beberapa tempat.
 Pembentukan sambung silang,
pembentukan pasangan basa yang
abnormal, pemutusan rantai DNA, dengan
demikian reduplikasi asam nukleat akan
terganggu demikian juga pembelahan sel.
 Zat pengalkilasi ini mempunyai sifat
menghambat tumor dan sifat karsinogenik
sendiri.
 Nitrogen mustard: Mechlorethamine, Chlorambucil, Cyclophosphamide
(Cytoxan®), Ifosfamide, dan Melphalan
 Nitrosoureas: Streptozocin, Carmustine (BCNU), dan Lomustine
 Alkil sulfonat: Busulfan
 Triazin: Dacarbazine (DTIC) dan Temozolomide (Temodar ®)
 Ethylenimine: Thiotepa dan Altretamine (hexamethylmelamine)
 Senyawa Platinum (Cisplatin, Carboplatin, dan Oxaliplatin) dapat digolongkan
sebagai alkylating agent karena memiliki mekanisme kerja yang sama. Senyawa
Platinum memiliki risiko leukemia yang lebih rendah dibandingkan dengan
alkylating agent.
 Senyawa pengalkilasi dapat membentuk
senyawa kationik antara yang tidak stabil,
diikuti pemecahan cincin membentuk ion
karbonium reaktif.
 Ion ini bereaksi melalui reaksi alkilasi,
membentuk ikatan kovalen dengan gugus-
gugus donor elektron seperti, gugus-gugus
karboksilat, amin, fosfat dan tiol, yang terdapat
pada stuktur asam amino, asam nukleat dan
protein, yang sangat dibutuhkan untuk proses
biosintesis sel.
 Reaksi ini menbentuk hubungan melintang
(cross-linking) antara dua rangkaian DNA dan
mencegah mitosis.
 Akibatnya proses pembentukan sel terganggu
dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker
 Diklordietilsulfida digunakan dalam perang dunia
pertama sebagai racun perang salib kuning.
 Atas dasar penemuan ini gas mustard dipilih
sebagai kemoterapetikum kanker.
 Akan tetapi karena terlalu toksik diganti dengan
senyawa analognya mustard nitrogen,
diklordietilmetilamina.
 Hasil yang didapat menunjukkan kemampuan reaksi
diklordietilmetilamina dapat diturunkan dengan
memperkecil kebasaan dengan membentuk NO atau
asilasi dan dengan demikian toksisitasnya dapat
diturunkan.
 Turunan gas mustard yang saat ini digunakan
ditandai dengan toksisitasnya yang jauh lebih
sedikit dari toksisitas mustard nitrogen, hanya
mempunyai kerja rangsangan local yang lemah dan
karna itu diberikan secara oral.
 Siklofosfamid disintesis dengan
maksud memanfaatkan enzim
fosforamidase yang berkadar tinggi
dalam sel tumor tertentu.
 Siklofosfamida tidaktoksik, tetapi
dimetabolisme dalam hati, tidak
dalam tumor.
 Metabolisme ini menghasilkan obat
aktif, yaitu mustard fosforamida.
Sekalipun ada efek sampingnya,
siklofosfamida merupakan obat yang
nisbi berhasil pada sejumlah
karsinoma dan limfoma.
Farmakokinetika
 Metabolismenya di hati. Di hati akan
terjadi hidroksilasi menjadi 4-hidroksi-
siklofosfamida yang ada dalam
kesetimbangan dengan aldofosfamida yang
mempunyai cincin terbuka.
 Pada jaringan perifer akan terbentuk
secara nonenzimatik zat pengalkilasi
terkuat N, N bis2kloretil-fosfatdiamida
dengan memutuskan akrolein.
 Terapi biasanya dimulai diklinik dengan
suntikan intravena dan kemudian diteruskan
dengan pemberian secara oral.
 Indikasi : leukosis, morbus Hodgkin,
limfoma non Hodgkin, plasmositoma,
karsinoma bronkus, ca mamae, ca ovary
 Dosis acuan : 200-300 mg secara i.v atau
oral setiap hari
 Nama dagang : cyclostine, endoxan
 Senyawa etilenimin yang
digunakan sebagai sitostatika
mempunyai kerja, indikasi,
efeksamping sama sperti turunan
diklordietilsulfida.
 Tetapihasilnya tidak sebaik
senyawa tersebut.
 Indikasi : limfoma, mammae,
ovari, bladder dan tipe kanker
lain serta untuk mengontrol cairan
yang memperbesar bentuk tubuh,
terutama bagian perut.
 Efek samping : anemia, pusing,
sakit kepala, demam, sekit pada
tempat yang disuntikkan, mual,
muntah, kemandulan, rambut
rontok
 Dalam dosis 15 mg i.v 1-2 kali per
minggu.
 Menunjukkan kerja hambatan yang
spesifik pada system myeloid.
 Senyawa ini terutama digunakan
untuk penanganan leukemia myeloid
kronis.
 Dosis standard 4 mg/hari secara oral
selama beberapa bulan.
 Busulfan dapat menyebabkan rambut
menipis atau rapuh, kulit kering dan
gelap, hilang nafsu makan dan diare,
cepat lelah.
 Obat yang termasuk alkilansia
adalah turunan platina cis-diamin-
dikloroplatina (II).
 Cisplastin membuat jaringan antara
untai DNA sehingga menghambat
pembelahan sel serta melakukan
mutasi titik DNA.
 Indikasi : ovary CA, serviks,
endometrium, prostat, testis, kandung
kemih, bronkus serta karsinoma epitel
pipih, karsinoma didaerah kepala dan
leher, melanoma dan sarcoma.
 Dosis : sekali 50-120 mg /m² luas
permukaan tubuh atau pada hari
pertama dan kedelapan masing2 50
mg/ m² atau 5 hari berturut-turut.
Masing masing 15-20 mg/m². terapi
diulang 3-4 minggu
 Efek samping : kerusakan ginjal yang
parah. Dengan hidratasi yang cukup
dengan larutan
Rizky Y Putra.M.Farm.,Apt
UNV M Natsir
 Antimetabolit adalah golongan obat
yang menghambat pertumbuhan DNA
dan RNA dengan memblok
pembentukan DNA dan RNA.
 Golongan obat ini merusak sel-sel
selama fase S siklus sel.
 Pada umumnya golongan obat ini
digunakan untuk pengobatan
leukemia, kanker payudara, ovarium,
dan saluran usus, serta jenis kanker
lainnya
 Antimetabolit itu disebut juga sebagai
antagonis metabolik.
 Antimetabolit yang dipakai sebagai obat
kanker adalah antimetabolit yang menghambat
pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai
peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA
dan RNA.
 Dengan demikian sel itu tidak dapat
berkembang biak dan berfungsi normal,
sehingga sel-sel itu akhirnya mati.
 Kelompok antimetabolit bekerja dengan cara
masuk ke dalam materi pembentuk inti sel
baru atau berikatan secara tetap dengan
berbagai enzim vital di dalam sel sehingga
mencegah proses normal pembelahan sel.
 5-fluorouracil (5-FU)  Fludarabine

 6-merkaptopurin (6 -MP)  Gemcitabine (Gemzar®)

 Capecitabine (Xeloda®)  Hydroxyurea

 Cladribine  Methotrexate

 Clofarabine  Pemetrexed (ALIMTA®)

 Cytarabine (Ara -C®)  Pentostatin

 Floxuridine  Thioguanine
 Nama paten :
Cytosafe Methotrexat; Emthexate Combiphar/
Pharmachemie; Methotrexat Ebewe; Methotrexate DBL;
Methotrexate Kalbe; Methotrxate Lederle.
 Indikasi (kegunaan obat) :
Pengobatan untuk neoplasma trofoblatik, leukemia,
psoriasis, reumatoid artritis, termasuk terapi
poliartikular juvenile reumatoid artritis (JDR);
karsinoma payudara, karsinoma leher dan karsinoma
kepala,karsinoma paru, osteosarkoma, sarcoma
jaringan lunak, karsinoma saluran gastrointestinal,
karsinoma esofagus, karsinoma testes, karsinoma
limfoma.
 Kontraindikasi : Hipersensitifitas dari metotreksat dan
komponan lain dari sediaan; kerusakan hebat ginjal
dan hati, pasien yang mengalami supresi sum-sum
tulang dengan psoriasis atau reumatoid artritits,
penyakit alkoholik hati, AIDS, darah diskariasis,
kehamilan, menyusui.
 Efek samping : Efek samping beragam sesuai rute
pemberian dan dosis.
Hematologi dan/atau toksisitas gastrointestinal
biasanya sering terjadi pada penggunaan umum dari
dosis umum metotreksat; reaksi ini lebih sedikit terjadi
ketika digunakan pada dosis topikal untuk reumatoid
artritis. >10%
 Dosis Dewasa, Cara pemberian, Lama pemberian :
Dosis 100 – 500 mg/m²
 Metokreksat biasanya diberikan bersama asam
folinat untuk mencegah atau mengurangi efek
induksi terhadap mukositis atau myelosupresi.
 Pengaruh terhadap kehamilan : golongan X (tidak
boleh digunakan)
 Peringatan : Senyawa berbahaya – gunakan dengan
perhatian penuh untuk penanganan dan pembuangan
limbah
 Efek meningkatkan/toksisitas: Pengobatan
bersama dengan NSAID telah menghasilkan
supresi sum-sum tulang berat, anemia aplastik dan
toksisitas pada saluran gastrointestinal. NSAID
tidak boleh digunakan selama menggunakan
metotreksat dosis sedang atau tinggi karena
dapat meningkatkan level metotreksat dalam
darah (dapat menaikkan toksisitas): NSAID
digunakan selama pengobatan dari reumatoid
artritis tidak pernah amati, tapi kelanjutan dari
regimen terdahulu pernah diikuti pada beberapa
keadaan, dengan peringatan monitoring.
 Nama paten : Cytarabine DBL; Cytosar-U;
 Indikasi (kegunaan obat) : Termasuk zat paling aktif
untuk leukemia, juga untuk limphoma, leukemia
meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit
digunakan untuk tumor solid.
 Dosis, Cara pemakaian, lama pemberian : Dosis
sitarabin melalui I.V. bolus dan I.V kontinyu, berbeda-
beda.
Dosis bolus relatif dapat ditoleransi karena obat di
metabolisme secara cepat, tetapi berhubungan dengan
neurotoksisitas.
Infus kontinyu hasilnya tidak seragam pada
myelosupresi. Tergantung protokol individu.
 Induksi remisi: I.V.: 100-200 mg/m²/hari untuk 5-10
hari; siklus terapi kedua yang kedua dimulai 2-4
minggu setelah pemberian inisial terapi, bisa diminta
pada sebagian pasien.
 Remisi pemeliharaan I.V.: 70-200 mg/m²/hari untuk 2-
5 hari dengan interval bulanan. I.M., subkutan: 1-1.5
mg/kg dosis tunggal untuk pemeliharaan pada interval
1 sampai 4 minggu.
 Cara pakai : Karena bentuk sediaan injeksi, jadi
tidak perlu konseling cara pemakaian pada pasien.
 Efek samping : kulit bersisik, bisa terjadi setelah
pemberian sitarabin. Mual hebat dan muntah,
mukositis, diare, pusing, sakit kepala, kebingungan.
 Interaksi dengan obat : Efek peningkatan/toksisitas: Zat
alkilasi,radiasi dan analog purin ketika digunakan bersamaan
dengan sitarabin dapat menyebabkan peningkatan efek
toksis.
 Metotreksatdiberikan prior dengan sitarabin dapat
menggantikan efikasi dan toksisitas dari sitarabin.
 Beberapa kombinasi (misalnya hiper CVAD) pernah didesain
untuk mendapatkan keuntungan dari interaksi ini.
 Efek menurunkan: menurunkan efek gentamisin, flusitosin.
Menurunkan absorbsi tablet digoksin oral
 Pengaruh terhadap kehamilan : golongan D
 Pengaruh terhadap ibu menyusui : tidak direkomendasikan
untuk ibu menyusui.
 Digunakan untuk pengobatan awal leukimia
limfositik sel B kronik lanjutan (CLL) atau setelah
pengobatan lini pertama pada pasien dengan
cadangan sumsum tulang yang cukup, yang
diberikan secara oral atau injeksi intravena atau
infus intravena.
 Fludarabin biasanya ditoleransi dengan baik tapi
dapat menyebabkan mielosupresi yang dapat
bersifat kumulatif.
 Imunosupresi biasa terjadi dengan kotrimoksazol
yang digunakan untuk mencegah infeksi
pneumosistis.
 Anemia hemolitik, trombositopenia dan neutropenia
adalah efek samping yang jarang terjadi.
 Digunakan secara intravena, diberikan tunggal
untuk pengobatan paliatif atau dengan sisplatin
sebagai pilihan pertama pengobatan kanker
paru lanjutan atau metastatik (locally advanced or
metastatic non small cell lung cancer).
 Gemsitabin juga digunakan untuk pengobatan
kanker pankreas lanjutan atau metastatik.
Dikombinasi dengan sisplatin, gemsitabin
digunakan untuk pengobatan kanker kandung
kemih lanjutan.
 Gemsitabin umumnya dapat ditoleransi dengan
baik tapi dapat menyebabkan efek samping
saluran pencernaan ringan dan ruam kulit;
gangguan ginjal, toksisitas pada paru dan gejala
influenza (influenza like symptoms) pernah
dilaporkan.
 Haemolytic uraemic syndrome jarang dilaporkan
dan gemsitabin sebaiknya dihentikan bila timbul
gejala anemia hemolitik mikroangiopatik.
 Indikasi (kegunaan obat) : Terapi tambahan untuk prevensi
dari penolakan transplantasi ginjal, aktif rheumatoid arthritis
 Dosis, cara pemberian dan lama pemberian : Sesuai berat
badan
 Anak-anak dan Dewasa:
 · Transplantasi ginjal: Oral, I.V., awal: 3-5 mg/kg/hari
biasanya dosis tunggal kemudian 1-3 mg/kg/hari untuk dosis
pemeliharaan.
 · Rheumatoid artritis: Oral Awal: 1 mg/kg/hari 1 kali sehari
atau dibagi 2 kali sehari selama 6-8 minggu; dinaikkan 0.5
mg/kg setiap 4 minggu sampai respons atau naik sampai 2.5
mg/kg/hari. Pengobatan yang cukup minimum 12 minggu.
 Dosis pemeliharaan: pengurangan dosis 0.5 mg/kg setiap 4
minggu sampai dosis efektif terkecil dicapai, durasi optimum
tidak spesifik, kemungkinan dilakukan penghentian tiba-tiba.
 Cara pakai : oral : Tablet biasa, dapat diberikan bersama
makanan, tetapi lebih dianjurkan untuk diberikan saat
makan atau sesudah makan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada lambung.
 Interaksi dengan obat : Peningkatan efek/toksisitas:
Alopurinol dapat meningkatkan level serum metabolit
aktif azatioprin (merkaptopurin). Kurangi dosis azatioprin
1/3 – ¼ dari dosis normal. ACE-inhibitor dan Azatioprin
menyebabkan anemia dan leukopenia hebat.
 Aminosalisilat (olsalazin, mesalamin, sulfasalazin)
menghambat TPMT, meningkatkan toksisitas/
myelosupresi azatioprin.
 Penurunan efek: Menurunkan efek warfarin.
 Indikasi (kegunaan obat) : Pengobatan untuk karsinoma
payudara, kolon, leher dan kepala, pankreas, rektum, atau
lambung; secara topikal untuk mengobati aktinik atau solar
keratosis dan karsinoma superfisial sel basal.
 Dosis : Berdasarkan protokol individual I.V. bolus: 500-600
mg/m² setiap 3-4 minggu atau 425 mg/m² pada hari 1-5
setiap 4 minggu.
 Cara pemakaian : iv bolus (5 – 15 menit), atau infus
kontinyu.
Fluorourasil oral baik diberikan bersama sari buah atau
minuman berkarbonasi. Topikal : oleskan 10 menit setelah
bagian yang akan dioleskan dicuci dan dikeringkan.
Gunakan aplikator yang tidak terbuat dari logam.
 Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap fluorourasil
atau komponen lain dalam sediaan, status gizi yang
buruk, penekanan fungsi sumsum tulang,
trombositopenia, potensial serius infeksi, operasi major
beberapa bulan terakhir, defisiensi enzym dihidropirimid
dehidrogenase (DPD), kehamilan.
 Efek samping : rasa terbakar diperut, mual, muntah,
anoreksia, stomatitis, esopagitis, diare, kulit kering, nyeri
dada, sesak napas
 Pengaruh terhadap kehamilan : Faktor risiko untuk
sediaan injeksi : D, untuk sediaan topikal X
 Pengaruh terhadap ibu menyusui : tidak
direkomendasikan untuk ibu menyusui
 Peringatan : Pemberian obat harus dihentikan apabila
muntah atau diare berat
 Digunakan sebagai terapi pemeliharaan
untuk leukemia akut dan
penatalaksanaan penyakit Chron dan
kolitis ulseratif.
 Azatioprin yang dimetabolisme menjadi
merkaptopurin, umumnya digunakan
sebagai imunosupresan.
 Dosis sebaiknya dikurangi bila obat ini
digunakan bersamaan dengan
alopurinol karena metabolismenya
terganggu oleh alopurinol.

Anda mungkin juga menyukai