22
KELOMPOK 4 :
IFA LATIFA
DICKY RACHMAT
AFINA ANGELINA
RAISA SM
M ABBY
AGNA ALIKA
ADITHYA LANANG
AGNES B
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 ( PPH Pasal 22)
e. PPh Pasal 22
impor: 2,5% x Rp. 7.120.233.535 = Rp. 178.005.883,50
industry otomotif 0,45% x Rp. 300.000.000 = Rp. 1.350.000
industry kertas 0.10% xRp. 55.600.000 = Rp. 55.600
industry baja 0,30% x Rp. 175.000.000 = Rp. 525.000
Industry semen 0,25% x Rp. 50.000.000 = Rp. 125.000
Dep. Hankam 1,5% x Rp. 37.500.000.000 = Rp. 562.500.000
PPH PASAL 22
BARANG MEWAH
PPH PASAL 22 BARANG MEWAH
Pengenaan PPh ini mulai diberlakukan sejak tahun 2009 berdasarkan PVMK Nomor
253/ tanggal 4 Februari 2009. Berdasarkan PMK ini, PPh Pasal 22 dikenakan
terhadap penjualan barang yang tergolong sangat mewah berupa:
• Pesawat udara
. pribadi dengan harga jual lebih dari Rp. 20 miliar
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp. 10 miliar
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp. 10 miliar dan luas bangunan lebih dari 500 m. Apartemen, kordominium, dan
sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp. 10 miliar.
• Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV),
minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp. 5 miliar dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.
Subjek yang wajib melakukan pemungutan, penyetoran
dan pelaporan PPh Pasal 22 dalam hal ini adalah Wajib Pajak badan
yang melakukan penjualan barang-barang mewah tersebut.
Pengertian kata 'badan' dalam hal ini Wajib Pajak badan hukum
orang-orang dan / atau modal yang merupakan serikat baik yang
melakukan usaha atau yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perusahaan, komanditer, perseroan lainnya, badan usaha susu
negara atau badan usaha milik daeralt dengan nana aan dalan
bentuk apa pun. firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa yang berlaku, yaitu org
lain, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak anisasi
sosial politik, atau organisasi. "(Pasal angka 3 UU KUP Nomor 28
Tahun 2007) .
Contoh Perhitungan PPh pasal 22 Barang Mewah
PT.Hidup Tentram adalah perusahaan pengembang properti. Pada tanggal 21 Desember
2017 PT Hidup Tentram menjual satu unit apartemen senilai Rp4.700.000.000,00 (empat
milyar tujuh ratus juta rupiah) kepada Tuan Subandi. Apartemen tersebut mempunyai
luas bangunan 155 m2, harga tersebut tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut adalah : berdasarkan
PMK-90/PMK.03/2015, wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah antara lain apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp5.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan lebih dari 150 m2 (empat
ratus meter persegi), wajib memungut PPh Pasal 22 sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk
PPN dan PPnBM.
PT Hidup Tentram memungut PPh Pasal 22 atas penjualan apartemen
tersebut sebesar 5% x Rp4.700.000.000,00 = Rp235.000.000,00
Kewajiban PT Hidup Tentram dalam melakukan pemungutan PPh Pasal 22 adalah memungut
PPh Pasal 22 sebesar Rp235.000.000,00 pada saat penjualan yaitu tanggal 21 Desember
2017 dan membuat bukti atas pemungutan PPh Pasal 22.
PPH PASAL 22
INDUSTRI
TERTENTU
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi melalui
Peraturan Menteri Kuangan No. 244/PMK.011/2012 ditetapkan sebagai pemungut Pajak pasal 22 UU PPh.
Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut dilakukan pada saat penjualan kepada distributornya
didalam negeri.
Besarnya pungutan PPh pasal 22 tersebut ditetapkan antara lain:
1. Industri semen ; 0,25 % dari DPP PPN penjualan semua jenis semen
2. Industri kertas ; 0,1 % dari DPP PPN penjualan kertas
3. Industri baja ; 0,3% dari DPP PPN penjualan baja
4. Industri otomotif ; 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor roda dua atau lebih
5. Industri farmasi ; 0,3% dari DPP PPN penjualan semua jenis obat
Dalam melakukan pemungutan PPh pasal 22, pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh pasal 22 dalam rangkap 3 yang
peruntukannya adalah sebagai berikut;
1. lembar kesatu untuk wajib pajak yang dipungut
2. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan SPT masa PPh 22 ke KPP tempat terdaftarnya pemungut.
3. lembar ketiga untuk arsip wajib pajak pemungut.
Hasil pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut disetorkan ke Kas negara melalui Bank persepsi yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan atau melaui kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 masa pajak
berikutnya. Dan melaporkan hasil pungutannya dengan menggunakan SPT masa ke KPP tempat pemungut terdaftar paling lambat tanggal 20
masa pajak berikutnya. Sedangkan bagi distributor dalam negeri yang dipungut dapat memperihungkan sebagai pembayaran pajak
penghasilan dalam tahun berjalan (kredit pajak dalam negeri).
Contoh Perhitungan PPh pasal 22 Industri Tertentu
1. Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya
kepada PT Indah Bahagia senilai Rp825.000.000. harga tersebut
sudah termasuk PPN sebesar 10%.
2. Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas
menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT
Halilintar. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
3. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada PT
Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk
PPN sebesar 10%.
4. Pada bulan September, PT Astra yang bergerak dibidang otomotif
menjual kendaraan bermotor senilai Rp2.500.000.000 kepada PT
Oto Multiartha, Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
5. Pada bulan Desember PT Kimia Farma menjual hasil produksinya
berupa obat-obatan senilai Rp745.000.000 kepada PT Abbot. Harga
tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
JAWABAN :