STEVEN-JOHNSONS SYNDROME
OLEH KELOMPOK 3
SKENARIO
• Seorang ibu usia 42 tahun diantar oleh suaminya datang ke UGD Rumah Sakit
tempat saudara bertugas dengan keadaan umum yang lemah disertai erosi bibir
sehingga sulit menelan serta beruntus-beruntus kemerahan dan lepuh-lepuh
dibadan yang terasa gatal dan panas.
• Keluhan bertambah berat tersebut dirasakan kira-kira tiga hari yang lalu . keluhan
petama kali timbul kira kira satu minggu yang lalu berupa bibir bengkak dan pedih
serta bintik-bintik kemerahan hanya pada kedua lengan dan tungkai yang terasa
gatal.
• Kira kira 10 hari yang lalu pasien berobat ke puskesmas karena perut mules-mules
disertai diare dan demam, diberi obat cortimoxazole serta paracetamol, namin 1
hari setelah minum obat, timbul keluhan tersebut. Pasien menyangkal
sebelumnya mengoles-oles obat topikal atau tersiram air panas maupun zat-zat
kimia. Riwayat timbulnya bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal setelah
minum obat flu diakui. Namun, keluhan penyakit seperti ini diakui baru pertama
kali.
SKENARIO LANJUTAN
Status Generalis
• K.U : Tampak sakit berat (TD: 120/80 mmHg ;N: 100x/m, R:20x/m, S:Subfebris)
• Mata : Konjungtiva : Hiperemis , lakrimasi
• Bibir : Edema, erosi, krusta sanquinolenta
• Lain-lain dalam batas normal
Status Dermatologikus
• Distribusi : Generalisata
• A/R : Hampir seluruh tubuh terutama dada, purut dan punggung. Multiple, sebagian
diskret sebagian konfluens. Bentuk sebagian teratur sebagian tidak teratur, ukuran (0,3 x 0,3 x
0,1) cm s/d (4 x 2 x 0,2 ) cm, menimbul dari permukaan, batas sebagian tegas sebagian tidak,
kering.
• Efloresensi :papula-papula eritema, plak eritema dengan skuama halus diatasnya, vesikel dan
bul serta purpura
CASE OVERVIEW
Data Keterangan
Seorang ibu usia 42 tahun Insidensi (perempuan > laki-laki, banyak terjadi
pada umur >40tahun)
Keadaan umum yang lemah disertai erosi bibir Lemah = Gejala konstitusional
sehingga sulit menelan serta beruntus-beruntus
Erosi Bibir = Erupsi pada mukosa orificium
kemerahan dan lepuh-lepuh dibadan yang terasa
gatal dan panas. Beruntus merah = Erupsi Kulit
DD:
1. Infeksi
- Bakteri: Staphylococcus Scaled Skin Syndrome
- Virus: Varisela, Herpes zoster, Herpes simpleks
1. Non-infeksi
a. Imunologi: Steven Johnson Syndrome, Nekrosis
Epidermal Toksis
b. Non-imunologi: termis (luka bakar), khemis
(dermatitis kontak iritan), mekanis (bula
traumatika)
DK
Steven Johnson Syndrome
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Definisi
Klasifikasi
Sindrom Stevens-Johnson dapat dianggap dan disepakati
sebagai bentuk ringan dari nekrolisis epidermal toksik yang kondisi
ini baru pertama kali diakui pada tahun 1922. Sindrom Stevens-
Johnson dan nekrolisis epidermal toksik ini kadang dikelirukan dan
tidak sama dengan eritema multiforme/infeksi herpes. Walau eritema
multiforme kadang-kadang disebabkan oleh alergi dan reaksi
terhadap obat, namun kasusnya lebih sering diakibatkan
oleh hipersensitivitas tipe III reaksi terhadap infeksi virus, yang
kebanyakan diakibatkan oleh virus Herpes simpleks dan relatif lebih
jinak. Meskipun sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal
toksik kadang pula disebabkan oleh infeksi, namun penderitanya
lebih sering diakibatkan oleh alergi dan efek samping dari obat-
obatan tertentu. Namun sindrom ini lebih berbahaya dibandingkan
dengan infeksi virus herpes.
ETIOLOGI
• Faktor Predisposisi
• Genetik (Hipersensitivitas)
ILMU KEDOKTERAN DASAR
• Komponen yang ada di epidermis
SALT = (Sistem imun pada kulit)
• Sel keratinosit
Menangkap antigen & mempermudah
pengenalan ke limfosit
• Sel Limfosit
Penghasil sitokin/ mediator radang
• Sel langerhans
bertindak sbg APC, terdapat di stratum
Granulosum & Spinosum
• Sel Endotel
Meningkatkan masuknya limfosit
Fisiologi
• Penguapan dan peresapan air
• Proteksi
• Regulasi suhu/ termoregulator
• Persepsi
• Pembentukan vitamin D
• Rangsang mekanik
Histopatologi
1. Infiltrat sel mononuklear disekitar pemb. Darah dermis superficial
2. Edema dan ekstravasasi sel darah bercak di dermis papular
3. Degenerasi hidrofilik lapisan basalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
4. Nekrosis sel epidermal dan kadang adneksa
5. Spongiosis dan edema intra sel di epidermal
imunologis
• Reaksi hipersensitivitas tipe 1 : Reaksi Anafilaktik
• Reaksi Hipersensitivitas tipe 2 : Reaksi sitotoksik
• Reaksi Hipersensitivitas tipe 3 : Reaksi Komplek antibodi- antigen (komplemen)
• Reaksi Hipersensitivitas tipe 4 : Reaksi Hipersensitivitas Tertunda
• Reaksi Sitotoksik ( Tipe II)
Kerusakan jaringan oleh sel T sitotoksik dan NK cell melalui pengeluaran mediator
• Reaksi Kompleks antibodi- antigen ( Tipe III)
Kompleks imun akan diaktivasi sistem komplemen yang nantinya tjd pengeluaran
sitokin
• Reaksi hipersensitivitas tertunda ( Tipe IV)
Terjadi akibat paparan ulang ( Sebelumnya telaj dikenal alergen oleh limfosit T
tertentu)
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
• Hentikan pemakaian obat yang menjadi penyebab
• Rawat inap
• Pemasangan cairan infus NaCl 0,9%
• Pemberian nutrisi yang sesuai
• Rujuk ke spesialis kulit
Farmakologi
Kortikosteroid
• Dexamethasone
Dosis: 5 mg (4-6x/hari)
MK: mengurangi inflamasi dengan menghambat migrasi leukosit dan
mengembalikan permeabilitas kapiler, menekan respon imun normal
FK: absorbsi dari GIT (peroral), ikatan protein 77%, metabolisme di hepar,
ekskresi via urine
ESO: mual, muntah, pusing, nyeri kepala
Farmakologi
• Prednisone
MK: menurunkan inflamasi dengan menghambat migrasi PMN dan
mengembalikan permeabilitas kapiler
FK: absrobsi hampir semuanya, ikatan pritein 65-91%, metabolisme di
hepar, ekskresi via urine
Dosis: 20 mg, kemudian tap off s/d 10mg lalu stop
Tappering off kortikosteroid
Dexamethasone 4-6 x 5 mg iv/hari (2-3 hari)
klinis membaik
Turunkan 5mg per hari