Anda di halaman 1dari 10

Hipovolemik

Ari Riski
Syok Hipovolemik
• Definisi : Sindrom Klinis syok yang terjadi
akibat penurunan volume intravaskular secara
signifikan
• Patofisiologi
Syok hipovolemik terjadi akibat penurunan volume
sel darah merah dan/atau plasma darah. Kondisi
tersebut dapat berupa perdarahan, sekuestrasi
cairan ekstravaskular, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, urin, maupun insensible water loss.
Volume darah yang berkurang (penurunan preload)
akan menurunkan volume akhir diastolik ventrikel
sehingga isi sekuncup (Stroke Volume) juga
menurun.
• Tanda dan Gejala Klinis
Pada stadium awal (<20% volume darah), pasien
dapat mengalami perubahan tingkat kesadaran,
misalnya agitasi dan gelisah, atau depresi sistem
saraf pusat.
Pada pemeriksaan fisis, sering didapatkan tanda
tanda seperti kulit dingin, lembab, hipotensi
ortostatik, takikardia ringan, atau tanda lain
akibat proses vasokontriksi.
• Pada Hipovolemi sedang (20%-40% volume
darah), pasien menjadi gelisah, agitasi dan
takikardia; meski tekanan darah masih relatif
normal pada posisi terlentang. Namun, lebih
sering ditermui adanya hipotensi postural.
• Selanjutnya pada hipovolemia berat (>40%
volume darah), tekanan darah akan menurun,
takikardia menjadi lebih jelas, oliguria,
penurunan kesadaran berupa agitasi atau
confusion)
Tatalaksana
Manajemen syok hipovolemik harus dilakukan simultan
antara stabilisasi C-A-B dan mengatasi sumber
perdarahan (on-going bleeding), bila ada.
1. Pastikan jalan napas dan pernapasan pasien dalam
kondisi baik (PaO2 >80 mmHg);
2. Tempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi dan
lakukan resusitasi cairan segera melalui akses IV,
kateter vena sentral, maupun jalur intraoseous. (tabel
1), pada situasi dengan sarana terbatas , prosedur
Venaseksi dapat dilakukan pada vena safena magna
untuk mendapatkan akses vaskular
Tabel 1. Akses Vaskular pada Resusitasi
pada Dewasa
Tipe Lokasi Indikasi
Vena perifer Vena superfisialis di Pilihan pertama, lebih
dorsomanus atau cepat dan mudah
antecubitus, v. Safena dilakukan
magna
Vena sentral Vena jugularis interna, V. Deplesi volume berat,
Subklavia, V. femoralis gagal akses vena perifer
Intraoseous Permukaan anteromedial Apabila akses vaskular
tibia, anterior femur, krista tidak dapat dilakukan
illiaca superior, caput
humeri atau sternum
3. Cairan yang diberikan adalah garam seimbang seperti
Ringer’s laktat (RL), Bolus 2-4 L dalam 20-30 menit.
Penggunaan resusitasi dengan garam isotonus (NaCL
0,9%) harus diwaspadai efek samping asidosis
hiperkloremik.
4. Nilai ketat hemodinamik dan amati tanda tanda
perbaikan syok : tanda vital, kesadaran, perfusi
perifer, urine output, pulse oximetry dan analisi gas
darah. Kondisi asidosis pada dewasa seringkali akibat
perfusi yang buruk, biasanya akan membaik sendiri
setelah resusitasi, Terapi bikarbonat jarang digunakan.
5. Atasi sumber perdarahan (ongoing bleeding).
Hemostasis darurat secara operatif diperlukan
apabila terjadi perdarahan masif (≥40%).
Kemungkinan adanya perdarahan harus selalu
dicurigai apabila kehilangan belum dapat
teratasi.
6. Kehilangan darah dengan kadar hemoglobin (Hb)
≤10 g/dL perlu pergantian dengan transfusi;
pastikan sediaan yang telah menjalani uji cross-
match (uji silang) sebelumnya;
a. Pada kondisi yang sangat darurat, transfusi packed red cell sesuai
dengan golongan darah dapat diberikan, atau
b. Pemberian prc golongan darah O dan rhesus negatif (harus
memenuhi keduanya) hanya di rekomendasikan pada pasien yang
golongan darahnya tidak dapat diketahui. Bila tersedia analisis
golongan darah harus diprioritaskan dahulu misalnya dengan
metode aglutinasi sederhana. Selalu pertimbangkan antara
manfaat dan risiko transfusi darurat ini dalam situasi emergensi
c. Setelah perdarahan berhasil diatasi dan pasien stabil,
pertimbangkan penghentian transfusi setelah Hb >10 g/Dl;
7. Pada kondisi hipovolemia yang berat dan berkepanjangan,
pertimbangkan dukungan inotropik dengan dopamin, vasopresin atau
dobutamin untuk meningkatkan kekuatan ventrikel setelah volume
darah dicukupi terlebih dahulu

Anda mungkin juga menyukai