Anda di halaman 1dari 44

TONSILITIS KRONIS

CASE PRESENTATION
Uray Annisya Defia PH
030.13.196

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT THT RSUD BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS
Nama : Ny.P
Usia : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga.
ANAMNESIS

Keluhan utama
Nyeri tenggorok sejak 1 tahun SMRS

Keluhan tambahan
Demam, sakit kepala, nyeri saat menelan, suara serak, batuk kering, napas berbau, tidur
mendengkur dan tenggorokan kering.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli THT RSUD Budhi Asih dengan keluhan nyeri
tenggorok yang hilang timbul sejak 1 tahun yll, keluhan tersebut sering
kambuh dengan intensitas sakit sekitar 5-6 kali dalam setahun.
Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 1 bulan terakhir dimana pasien
merasa nyeri saat menelan makanan. Keluhan disertai dengan demam,
sakit kepala, batuk kering, suara serak dan tenggorokan kering. Pasien
mengatakan saat tidur pasien mendengkur tetapi tidak sampai terbangun dan
pasien mengeluhkan bau mulut yang dialaminya. Pasien mengaku sebelumnya
sudah pernah berobat dan didiagnosis tonsillitis sehingga diberikan
pengobatan tapi belum ada perbaikan. Keluhan gangguan pernafasan, gangguan
pendengaran seperti penurunan pendengaran atau telinga terasa penuh
disangkal. Riwayat merokok dan konsumsi alcohol disangkal. Riwayat kontrol
gigi dan mulut, rutin berkumur disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan yang sama (+), HT (-), DM (-), Gastritis (+)
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluhan serupa, HT (-), Maag (-)
Riwayat pengobatan
Sejak 1 tahun terdiagnosis tonsillitis, konsumsi obat dari dokter jika gejala kambuh tapi
belum ada perbaikan.
Riwayat kebiasaan
Merokok (-), alcohol (-), olahraga (-), rutin control gigi dan mulut dan berkumur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
 Keadaan umum :Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
(GCS E4M6V5)
 Tekanan Darah : 120/70mmHg
 Nadi : 89x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 37.2 ◦C
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
 Keadaan umum: sakit sedang
 Kepala: normosefal
 Mata: CA -/-, SI -/-
 Leher: pembesaran KGB –
 Thorax: SNV +/+, Rh -/-,Wh -/-, BJ I II reg,
M -, G-
 Abdomen: NT -, BU + 3-4x permenit
 Ekstremitas: oe -,AH +, CRT <2 detik
PEMERIKSAAN TELINGA

KANAN KIRI

BENTUK TELINGA LUAR NORMOTIA NORMOTIA

DAUN TELINGA NYERI TARIK (-) NYERI NYERI TARIK (-) NYERI
TEKAN (-) TEKAN (-)

RETROAURIKULER FISTEL (-) HEMATOM (-) FISTEL (-) HEMATOM (-)


JEJAS (-) JEJAS (-)
SIKATRIK (-) SIKATRIK (-)
LIANG TELINGA
Kanan Kiri

lapang lapang
Lapang/sempit
 Liang telinga Warna
hiperemis - hiperemis -
epidermis

- -
Sekret
- -
Serumen

- -
Kelainan lain
 Membran timpani

Kanan Kiri
Intak Intak Intak
+ Refleksi cahaya +
- Perforasi -
- Granulasi -
- Kolesteatom -
Dekstra Sinistra
Rinne 512
Positif Positif

Schwabach Sama dengan Sama dengan


pemeriksa pemeriksa
Weber

Tidak ada lateralisasi


PEMERIKSAAN HIDUNG
 Hidung luar

PEMERIKSAAN HIDUNG
KANAN KIRI
BENTUK HIDUNG Simetris Simetris
LUAR
DEFORMITAS Tidak ada deformitas Tidak ada deformitas
NYERI TEKAN
•DAHI Tidak ada Tidak ada
•PIPI Tidak ada Tidak ada

KREPITASI Tidak ada Tidak ada


KANAN KIRI
VESTIBULUM Deformitas(-) Hiperemis(-) Deformitas(-) Hiperemis(-)

KONKA INFERIOR Eutrofi Eutrofi

KONKA MEDIA Eutrofi Eutrofi

KONKA SUPERIOR Tidak tampak Tidak tampak

MEATUS NASI MEDIA Terbuka, Terbuka,


Tidak ada sekret Tidak ada sekret.

KAVUM NASI Lapang Lapang


MUKOSA Hiperemis(-) Hiperemis(-)
SEKRET - -
SEPTUM Deviasi(-) Deviasi(-)
DASAR HIDUNG Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
 Rinoskopi posterior : Tidak dilakukan pemeriksaan

Koana

Mukosa
konka
Adenoid

Sekret
 Epiglotis :
 Gerakan pitasuara :
 Subglotis:
 Plika ariepiglotika :
PEMERIKSAAN FARING

 Arcus faring : Simetris


 Pilar anterior : Tidak ada kelainan, simetris
 Palatum molle : Hiperemis –
 Mukosa faring : Hiperemis -, edema -
 Dinding faring : Edema -, hiperemis -, granuler -, PND -
 Uvula : Ditengah, oedem -
 Pilar posterior : Tidak terlihat
 Tonsil palatina : besar : T2-T3
warna : hiperemis
kripta : melebar
Detritus : +
Perlekatan : -
PEMERIKSAAN SINUS

 Tes Transiluminasi Kanan Sinus Kiri


Terang Frontalis Terang
Terang Maxilaris Terang
DIAGNOSIS

• Diagnosis kerja : Tonsillitis Kronik


Eksaserbasi Akut.
• Diagnosis banding : Hipertofi Tonsil
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Lab darah lengkap


• Swab tenggorok, biakan kuman
• Rontgen thorax PA
RESUME

Pasien Ny.P berusia 34 tahun datang berobat karena keluhan nyeri tenggorok
yang hilang timbul sejak 1 tahun terakhir dengan intensitas 5-6 kali dalam setahun.
Keluhan dirasakan memberat selama 1 bulan terakhir karena disertai nyeri saat
menelan. Keluhan disertai dengan demam, sakit kepala, batuk kering, suara serak dan
tenggorokan kering. Pasien mengatakan saat tidur pasien mengorok tetapi tidak
sampai terbangun dan pasien mengeluhkan bau mulut yang dialaminya.
Pemeriksaan fisik pada pasien ini meliputi pemeriksaan secara umum dan
pemeriksaan faring. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis. Pada pemeriksaan tonsil didapatkan tonsil T2-T3,
Hiperemis +/+, kripta melebar, detritus +/+.
ANALISIS MASALAH
• Diagnosis tonsillitis kronik

Gejala
• Infeksi berulang dalam kurun waktu 1 tahun
• Nyeri tenggorok dan nyeri saat menelan dikarenakan terjadi
proses peradangan
• Tidur mendengkur dan sleep apneu karena obstruksi jalan napas
• Sakit kepala dikarenakan referred pain dari peradangan di tonsil
• Faktor predisposisi higienitas mulut rendah
• Kripta melebar suatu tanda proses peradangan berulang
• Detritus tanda infeksi. leukosit, bakteri mati dan epitel terkikis
terkumpul
• Tonsil hiperemis dan membesar akibat peradangan
TATALAKSANA

Medikamentosa
• Amoxicilin tab 500mg 3 dd 1
• Paracetamol 500mg 3 dd 1

Operatif
• Anjuran tindakan tonsilektomi

Edukasi
• Meningkatkan higienitas mulut
• Hindari makanan dan minuman yang mengiritasi seperti minuman dingin.
• Melakukan control gigi dan mulut.
• Tindakan tonsilektomi

Absolut Relatif
 Pembesaran tonsil  Serangan tonsillitis
yang menyebabkan lebih dari 3 kali dalam
sumbatan jalan napas setahun meski sudah
atas, sleep apnea, mendapat terapi yang
gangguan menelan adekuat
PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : ad bonam

Ad Fungsionam : ad bonam
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
DEFINISI TONSILITIS

Peradangan tonsil palatina disebabkan infeksi pada jaringan tonsil


oleh virus atau bakteri (streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons, streptococcus pyogenes) .

Tonsilitis Kronis: peradangan tonsil palatina yang menahun


dikarenakan tonsillitis akut yang tidak mendapat terapi yang
adekuat sehingga menetap atau berulang, atau pajanan yang
menahun faktor presdisposisi (rokok, higienitas mulut buruk,
beberapa jenis makanan, cuaca, kelelahan fisik)
IMUNOLOGI PADA TONSIL

Tonsil mempunyai peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi mukosa nasofaring
dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah. Setelah antibodi dari ibu habis,
barulah mulai terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa anak-anak
dianggap normal dan dapat dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun.Pada waktu pubertas atau sbelum
masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi.Terdapat dua mekanisme
pertahanan , yaitu spesifik dan non spesifik.
 Mekanisme Pertahanan Non-Spesifik
Mekanisme pertahanan spesifik berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk
menghancurkan mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini sangat tipis, sehingga menjadi
tempat yang lemah dalam pertahanan dari masuknya kuman ke dalam jaringan tonsil. Jika kuman dapat masuk
ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini dapat ditangkap oleh sel fagosit. Sebelumnya kuman akan
mengalami opsonisasi sehingga menimbulkan kepekaan bakteri terhadap fagosit. Setelah terjadi proses
opsonisasi maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri dan memakannya dengan cara
memasukkannya dalam suatu kantong yang disebut fagosom. Proses selanjutnya adalah digesti dan mematikan
bakteri. Mekanismenya belum diketahui pasti, tetapi diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang
diperlukan untuk pembentukan superoksidase yang akan membentuk H2O2, yang bersifat
bakterisidal. H2O2 yang terbentuk akan masuk ke dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian
membunuh bakteri dengan proses oksidasi. Di dalam sel fagosit terdapat granula lisosom. Bila fagosit kontak
dengan bakteri maka membran lisosom akan mengalami ruptur dan enzim hidrolitiknya mengalir dalam
fagosom membentuk rongga digestif, yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri dengan proses digestif.
 Mekanisme Pertahanan Spesifik
Merupakan mekanisme pertahanan yang terpenting dalam pertahanan tubuh
terhadap udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat
memproduksi Ig-A yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme
patogen. Disamping itu tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan Ig-E yang berfungsi
untuk mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula
yang berisi mediator vasoaktif, yaitu histamin. Bila ada alergen maka alergen itu akan
bereaksi dengan Ig-E, sehingga permukaan sel membrannya akan terangsang dan terjadilah
proses degranulasi. Proses ini menyebabkan keluarnya histamin, sehingga timbul reaksi
hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema. Dengan teknik
immunoperoksidase, dapat diketahui bahwa Ig-E dihasilkan dari plasma sel, terutama dari
epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil. Mekanisme kerja Ig-A
adalah mencegah substansi masuk ke dalam proses immunologi, sehingga dalam proses
netralisasi dari infeksi virus, Ig-A mencegah terjadinya penyakit autoimun. Oleh karena itu
Ig-A merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk menghambat proses
bakteriolisis
JENIS TONSILITIS

Tonsilitis Tonsilitis
Akut Membranosa

Tonsilitis Tonsilitis
Viral Difteri Tonsilitis
Kronik

Tonsilitis Tonsilitis
Bakterial septik
EPIDEMIOLOGI

 Di Amerika: sering terjadi pada anak usia 5-10 tahun, dewasa muda usia 15-25
tahun
 Di Indonesia: survey epidemiologi di 7 provinsi, tonsillitis kronis 3,8% (1994-
1996)
 Di bagian THT RSUD Ulin Banjarmasin: 431 pasien (8,04%) tahun 2014
ETIOLOGI

 Infeksi virus eipstein bar


 Infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus, streptokokus viridian, dan
streptokokus piogenes
 Higienitas mulut yang buruk
 Penurunan imunitas
PATOFISIOLOGI

Reaksi radang
Infeksi Virus atau Terapi adekuat dan
(tumor, dolor, kolor, sembuh
bakteri imunitas baik
rubor. Fungsiolesa)
Terapi tidak
Tonsilitis Infeksi menetap adekuat dan
kronik dan Berulang imunitas buruk

Epitel mukosa dan


Terbentuk jaringan
Kripta melebar jaringan limfoid
parut
terkikis

pelepasan leukosit
polimorfonuklear

Leukosit, bakteri mati,


Detritus epitel terkelupas
terkumpul
GEJALA

 Nyeri tenggorok
 Nyeri saat menelan
 Demam
 Nafsu makan menurun
 Tidur mendengkur
 Bau mulut
PEMERIKSAAN FISIK

 Pembesaran tonsil
 Kripta melebar
 Dengan atau tanpa detritus
 Dinding faring hiperemis
PEMERIKSAAN FISIK

Cody & Thane (1993):


o T1 : batas medial tonsil
melewati pilar anterior – ¼
jarak pilar anterior – uvula
o T2 : batas medial tonsil
melewati ¼ jarak pilar
anterior-uvula sampai ½
jarak pilar anterior-uvula
o T3 : batas medial tonsil
melewati ½ jarak pilar
anterior-uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior-uvula
o T4: batas medial tonsil
melewati ¾ jarak pilar
anterior-uvula
TATALAKSANA

Non bedah:
 Menjaga higienitas mulut dengan berkumur
 Hindari faktor predisposisi
 PCT 500mg 3dd1
 Co-trimoxazole 960mg 2dd1
Bedah:
 Tonsilektomi
INDIKASI PEMBEDAHAN

Menurut The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical
Indicators Compendium 1995
Absolut :
 Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas, sleep apnea,
gangguan menelan, gangguan bicara dan cor pulmonale
 Abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan dan drainase
 Tonsil yang akan dilakukan biopsy dan curiga keganasan
 Terdapat OMSK
INDIKASI PEMBEDAHAN

Relatif :
 Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali dalam setahun meski sudah mendapat terapi
yang adekuat
 Halitosis akibat tonsillitis kronistidak ada respon terhadap pengobatan
 Tonsilitis berulang karena bakteri streptokokus beta hemolitikus
KOMPLIKASI

 Otitis media akut


 Mastoiditis
 Abses peritonsil
 laringitis

Anda mungkin juga menyukai