Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP

KEJADIAN DIARE PADA


ANAK
Makassar, N. H. (2017) ‘Pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian diare pada
anak di puskesmas pallangga kabupaten gowa’, 11, pp. 263–267.

Kelompok 2
Latar Belakang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SOLOR
1 KECAMATAN CERMEE BONDOWOSO

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi makanan di Desa Solor


masih kurang (62,86%). Hasil penelitian lebih lanjut menjelaskan bahwa sebagian
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN besar warga Desa Solor yang mengalami diare berhubungan dengan sanitasi
KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA SEKOLAH DI makanan yang kurang (52,38%). Hasil analisa lebih lanjut menjelaskan bahwa
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU MANADO 2 terdapat hubungan antara sanitasi makanan dengan kejadian diare di Desa Solor
Kecamatan Cermee Bondowoso. Hal ini menjelaskan bahwa sanitasi makanan yang
Kejadian diare pada anak usia sekolah di wilayah kerja puskesmas kurang baik akan meningkatkan cakupan kejadian diare, begitu juga sebaliknya
Bahu Manado, sebagian besar tidak mengalami diare.Sanitasi sanitasi makanan yang baik akan menurunkan cakupan kejadian diare.
lingkungan pada anak usia sekolah diwilayah kerja Puskesmas
Bahu Manado sebagian besar baik.Terdapat hubungan sanitasi
lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia sekolah diwilayah 3 (Media Centre, 2017).
kerja puskesmas Bahu Manado (p<0,05).

Penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima
tahun, dan bertanggung jawab untuk embunuh sekitar 525.000 anak setiap tahunnya.
Diare bisa berlangsung beberapa hari, dan bisa meninggalkan tubuh tanpa air dan
(Kunoli, 2013). garam yang diperlukan untuk bertahan hidup. Di masa lalu, bagi kebanyakan orang,
4
dehidrasi berat dan kehilangan cairan adalah penyebab utama kematian diare.
Sekarang, penyebab lain seperti infeksi bakteri septik kemungkinan akan menyebabkan
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984 peningkatan proporsi kematian terkait diare. Anak-anak yang kekurangan gizi atau
mendefinisikan diare sebagai berak air tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam)
memiliki kekebalan yang terganggu serta orang yang hidup dengan HIV paling berisiko
para ibu mungkin mempunyai istilah terdiri seperti lembek, cair, berdarah, berlendir, atau
dengan muntah (muntaber). Penting untuk menanyakan kepada orang tua mengenai mengalami diare yang mengancam jiwa
frekuensi dan konsistensi tinja anak yang dianggap sudah tidak normal
2
Latar Belakang
5 (Kemenkes RI, 2016).
Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader
kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di satu
wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei
Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. Maka
(Dinkes Sulsel, 2015). 6 diperkirakan jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247
orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatansebanyak 4.017.861 orang atau 74,33% dantargetnya sebesar
5.405.235 atau 100%
Perkiraan diare pada tahun 2014 sebanyak 180.570 kasus,
adapun diare yang ditangani sebanyak 240.381 kasus
(133,12%). Dengan kejadian terbesar di Kota Makassar
dengan jumlah yang ditangani dilaporkan sebanyak 26.485 7 Data tempat penelitian
kasus dari seluruh jumla penduduk sebanyak 1.429.242 jiwa
Berdasarkan data dari Puskesmas Pallangga Kab. Gowa menunjukkan bahwa jumlah
kasus diare pada anak pada bulan Januari tahun 2017 sebanyak 83 kasus, dimana
terdapat 29 kasus pada umur 1-4 tahun. Menurun pada bulan Februari sebanyak 75
kasus, dimana terdapat 17 kasus pada umur 1-4 tahun. Meningkat pada bulan Maret
sebanyak 96 kasus, dimana terdapat 34 kasus pada umur 1-4 tahun. Untuk bulan April
Penelitian 8 tahun 2017 sebanyak 76 kasus, dimana terdapat 26 kasus pada umur 1-4 tahun. Hasil
ini menunjukkan bahwa tinggi kasus diare pada 4 bulan terakhir. Hal ini disebabkan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis karena wilayah kerja Puskesmas Pallangga, masih tergolong daerah yang kurang baik
dari sarana air dan pengolahan sampah. Masih banyak keluarga yang masih
tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Faktor
menggunakan air sumur dan tempat pembuangan sampak yang kurang baik.
Lingkungan Terhadap Kejadian Diare pada Anak di Puskesmas
Pallangga Kabupaten Gowa”
3
Tujuan penelitian & Hipotesis

Tujuan Penelitian Hipotesis

1. bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan H0 = ada pengaruh antara air bersih terhadap kejadian diare
karakteristik setiap variabel penelitian yaitu umur dan tingkat pada anak
kejadian diare
Ha = tidak ada pengaruh antara air bersih terhadap kejadian
2. Melihat hubungan pengaruh air bersih terhadap kejadian diare pada anak
diare pada anak
H0 = ada pengaruh antara pengolahan sampah terhadap
3. Melihat pengaruh pengolahan sampah terhadap kejadian kejadian diare pada anak
diare pada anak
Ha = tidak = ada pengaruh antara pengolahan sampah terhadap
kejadian diare pada anak

The Power of PowerPoint | thepopp.com 4


Metodologi Penelitian
2. Kriteria eksklusi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
a. Orang tua yang tidak hadir pada saat penelitian.
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional b. Orang tua yang tidak bersedia anaknya dijadikan
study yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas subjek penelitian.

Pallangga Kabupaten Gowa pada tanggal 08 Juni Pengumpulan Data


sampai 08 Juli 2017. 1. Data primer
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak umur Data primer diperoleh langsung dari subjek
1-4 tahun yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas penelitian dengan menggunakan alat pengukuran
Pallangga Kabupaten Gowa dengan jumlah sampel atau alat pengambilan data. Data primer dalam
sebanyak 51 anak. penelitian ini mencakup faktor lingkungan terhadap
Sampel tersebut kemudian dipilah berdasarkan kejadian diare pada anak.
karakteristik dan kriteria sampel berdasarkan : 2. Data sekunder
1. Kriteria inklusi Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat
a. Anak umur 1-4 tahun. pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti
b. Orang tua yang bersedia anaknya dijadikan dari subjek penelitinya. Data sekunder dalam
subjek penelitian. penelitian ini meliputi jumlah anak, identitas anak
(nama, umur) di Puskesmas Pallangga Kabupaten
Gowa.
Analisis data

1. Analisis univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2014).
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2014). Analisis bivariat
menggunakan uji Independent Sample t Test dengan angka kemaknaan α=0,05.
Kekurangan Kelebihan

Pengulangan pada kriteria inklusi Memaparkan uji yang digunakan


pada kriteria eksklusi

Pengambilan data sekunder tidak


terlihat pengambilan riwayat anak
penderita diare

Dalam pengambilan data primer tidak


disebutkan faktor lingkungan apa saja
yang diperhatikan
Kerangka Konsep

Variabel Terikat
Variabel Bebas

Sanitasi Lingkungan
1. Sumber Air Kejadian Diare Pada Anak
2. Pengelolaan Sampah

8
Faktor Lingkungan dan Perilaku yang
Berhubungan dengan Penyakit Diare
Kajian Pustaka Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
Cara Penularan Diare pembuagan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila factor lingkungan tidak sehat karena
Adapun merupakan penyebab penyakit langsung antara lain infeksi bakteri tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun yang tidak sehat, seperti makanan dan minuman maka dapat
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur- menimbulkan kejadian diare (Depkes RI, 2000).
sayuran (Suharyono, 2009). Kuman penyebab diare biasanya menyebar
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar Pada pertengahan abad ke-15 para ahli kedokteran telah
tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Menurut Ratnawati menyebutkan bahwa tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
(2009) beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik beberapa faktor. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat
dan meningkatkan resiko terjadinya diare antara lain: penting terhadap timbulnya berbagai penyakit tertentu, sehingga
untuk memberantas penyakit menular diperlukan upaya perbaikan
1. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
beberapa jam pada suhu kamar, maka akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak. Faktor lingkungan seseorang yang keadaan fisik atau daya tahannya
terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit (Slamet,
2. Menggunakan air minum yang tercemar/kotor. Air mungkin sudah 2004).
tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah.
Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak Penyakit-penyakit tersebut seperti diare, kholera, campak, demam
tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat berdarah dengue, difteri, pertusis, malaria, influenza, hepatitis, tifus
mengambil air dari tempat penyimpanan. dan lain-lain yang dapat ditelusuri determinan-determinan
lingkungannya (Noerolandra, 2006). Masalah kesehatan lingkungan
3. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang utama di negara-negara yang sedang berkembang adalah
tinja. penyediaan air minum, tempat pembuangan kotoran, pembuangan
4. Tidak membuang tinja dengan benar, karena tinja sesungguhnya sampah, Kondisi rumah dan pembuangan pengelolaan air limbah
mengandung virus atau bakteri. (Notoatmodjo, 2003).
9
1. Sumber air
Syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis.
Bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari: rumah jamban, lantai
Syarat fisik yaitu, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih jamban, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit sumur penampungan
dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang
tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, disediakan alat pembersih
nyaman. Syarat kimia yaitu, air tidak mengandung zat kimia atau seperti air atau kertas pembersih. Menurut Notoatmodjo (2003), jenis jamban dapat
dikelompokkan sebagai berikut
mineral yang
Pit privy (cubluk)
berbahaya bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, dan NH4. Syarat
bakteriologis yaitu, air tidak mengandung bakteri E. coli yang Lubang dengan diameter 80-120cm sedalam 2,5-8m. Dinding diperkuat dengan batu-
bata, hanya dapat dibuat di tanah dengan air tanah dalam.
melampaui batas yang ditentukan, kurang dari empat setiap 100 cc
Bored hole latrine
air.
Bored hole latrine seperti cubluk, hanya ukurannya kecil, karena untuk sementara. Jika
2. Kebersihan Jamban penuh dapat meluap sehingga mengotori air permukaan.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai Angsatrine
lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, Closet-nya berbentuk leher angsa sehingga selalu terisi air. Fungsinya sebagai sumbat
air seni dan CO2. Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan sehingga bau busuk tidak keluar.

masalah pokok karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran Overhung latrine

penyakit yang multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat Rumah kakusnya dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan lain-lain. Feses dapat
mengotori air permukaan.
disebarkan oleh tinja manusia.antara lain: tipus, diare, disentri, kolera,
Jamban cemplung, kakus (Pit Latrine)
bermacam- macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang,
Jamban cemplung kurang sempurna karena tanpa rumah jamban dan tanpa tutup.
pita, dan schistosomiasis. Syarat pembuangan kotoran antara lain, Sehingga serangga mudah masuk dan berbau, dan jika musim hujan tiba maka jamban
tidak mengotori tanah permukaan, tidak mengotori air permukaan, akan penuh oleh air. Dalamnya kakus 1,5-3 meter, jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
tidak mengotori air tanah, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat
Jamban empang (fishpond latrine)
dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak, jamban
Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam sistem ini terjadi daur ulang, yaitu
harus terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan murah tinja dapat dimakan ikan, ikan dimakan orang demikian seterusnya.
(Notoatmodjo, 2003).
10
3. Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai Luas bangunan rumah
baik yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk
Jenis-jenis sampah antara lain, yakni sampah anorganik, adalah tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni maka
sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu penghuni
atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik adalah sampah menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan kepada anggota
yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa makanan, keluarga lain.
daun-daunan, dan buah-buahan (Notoatmodjo, 2003). Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti penyediaan air bersih yang
4. Kondisi rumah cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, fasilitas
Keadaan kondisi rumah merupakan salah satu faktor yang dapur, ruang berkumpul keluarga, gudang, dan kandang ternak.
menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Menurut
5. Pengelolaan air limbah
Notoatmodjo (2003), syarat-syarat rumah yang sehat ditinjau dari
ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah, fasilitas-fasilitas di dalam Pengelolaan air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
rumah sehat adalah sebagai berikut: tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang
Ventilasi membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka
limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan
Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam
masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran
rumah tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara ruangan berbagai penyakit terutama kolera, diare, typus, media berkembangbiaknya
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen. Luas ventilasi kurang mikroorganisme patogen, tempat berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau
lebih 15- 20% dari luas lantai rumah. yang tidak enak serta pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber
Cahaya pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya produktivitas manusia, karena bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).
cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan kondisi,
matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber
tempat baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak mencemari air mandi, air
Penerangan yang cukup baik siang maupun malam adalah 100-200 sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat
lux. berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka dan terkena udara luar
sehingga baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003)
11
Hasil Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan ada perbedaan
keadaan air bersih antara kelompok penderita diare dengan tidak diare.
Pengaruh air bersih terhadap kejadian diare pada anak Hal ini membuktikan bahwa keadaan air yang bersih dapat mengurangi
resiko terjadinya diare, karena diare dapat timbul karena bakteri
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
bawaan oleh lalat ke makanan yang dikonsumsi akibat pengolahan
Puskesmas Pallangga Kabupaten Gowa zenunjukkan bahwa
sampah yang kurang baik, sehingga dapat berdampak pada kesehatan
rata-rata keadaan air bersih pada kelompok diare yaitu 9,42, anak dan dapat menyebabkan penyakit diare.
sedangkan ratarata keadaan air bersih pada kelompok tidak
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
diare yaitu 9,78. Hasil uji Independent Sample t-Test diperoleh
Candra, Hadi, & Yulianty (2014), menunjukkan bahwa adanya
nilai p=0,002 yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai (α) 0,05, hubungan antara keadaan sarana air bersih dengan kejadian diare
dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi ada dengan kekuatan hubungan 0,600 (sedang). Sumber air minum tidak
perbedaan keadaan air bersih antara kelompok penderita diare terlindung seperti sumur, harus memenuhi syarat kesehatan sebagai air
dengan tidak diare di Puskesmas Pallangga Kabupaten Gowa. bagi rumah tangga, maka air harus dilindungi dari pencemaran. Sumur
Kelompok penderita tidak diare memiliki keadaan air bersih yang yang baik harus memenuhi syarat kesehatan antara lain, jarak sumur
lebih baik dari kelompok penderita diare. dengan lubang kakus, jarak sumur dengan lubang galian sampah,
saluran pembuangan air limbah, serta sumber-sumber pengotor
lainnya. Jarak sumur dengan tempat pembuangan tinja lebih baik 10
meter atau lebih. Sumber air minum merupakan salah satu sarana
sanitasi penting berkaitan dengan kejadian diare.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Melviana, Dharma, & Naria (2014),
menujukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas
bakteriologis air bersih dengan kejadian diare pada balita di Pengaruh pengolahan sampah terhadap kejadian diare pada
Kelurahan Terjun p=0,002 (p<0,05). Infeksi E. coli pada manusia anak
terjadi terutama melalui makanan/air minum yang tercemar oleh
feces, sehingga dapat menyebabkan diare. Oleh sebab itu, untuk Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
pemutusan rantai penularan diare salah satu Puskesmas Pallangga Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa rata-
rata pengolahan sampah pada kelompok diare yaitu 8,17, sedangkan
intervensinya adalah penyediaan air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan termasuk lokasi sumber air bersih serta tempat ratarata pengolahan sampah pada kelompok tidak diare yaitu 8,89.
penyimpanan untuk mencegahterjadinya pencemaran khususnya Hasil uji Independent Sample t-Test diperoleh nilai p=0,026 yang
oleh tinja. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, berarti nilai p lebih kecil dari nilai (α) 0,05, dengan demikian H0
air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar ditolak dan Ha diterima. Interpretasi ada perbedaan pengolahan
penyakit penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga sampah antara kelompok penderita diare dengan tidak diare di
orang tidak membersihkannya dirinya dengan baik, dan air sebagai
Puskesmas Pallangga Kabupaten Gowa. Kelompok penderita tidak
sarang hospes sementara penyakit. Untuk mencegah terjadinya
diare memiliki pengolahan sampah yang lebih baik dari kelompok
diare, maka air bersih harus diambil dari yang terlindungi atau tidak
terkontaminasi (Lestari, 2016). penderita diare.

Menurut pendapat peneliti, penggunaan air yang bersih Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pengolahan
mempengaruhi kejadian diare pada anak, hal ini disebabkan karena sampah antara kelompok penderita diare dengan tidak diare. Hal ini
air yang kurang bersih dan terkontaminasi oleh kuman dapat menjadi membuktikan bahwa pengolahan sampah yang baik dapat
sebagai sumber penyakit pada anak termasuk penyakit diare. Diare mengurangi resiko terjadinya diare, karena diare dapat timbul karena
bisa timbul karena bakteri bawaan masuk ke dalam air yang
bakteri bawaan masuk ke dalam air yang digunakan seharihari
digunakan sehari-hari dengan sanitasi yang buruk, salah satunya
dengan sanitasi yang buruk, salah satunya rotavirus.
rotavirus.

13
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sampah yang membusuk merupakan media tempat berkembang
Dini, Machmud, & Rasyid (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan yang biaknya lalat. Bahan-bahan organik yang membusuk, baunya
signifikan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare balita di merangsang lalat untuk datang mengerumuni, karena bahanbahan
wilayah kerja Puskesmas Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka.
Pesisir Selatan tahun 2013. Nilai odds ratio menunjukkan bahwa Kesehatan lingkungan merupakan salah satu usaha dari enam
responden dengan pengelolaan sampah buruk mempunyai risiko 3,3 kali usaha dasar kesehatan masyarakat. Diantara banyak kegiatan
menderita diare pada balita dibandingkan responden dengan pengelolaan kesehatan lingkungan dapat disebutkan program/kegiatan
sampah yang baik. Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya penyediaan air minum, pengelolahan dan pembuangan limbah
juga menjadi factor risiko untuk timbulnya berbagai vektor bibit penyakit. cair, gas, dan padat, mencegah kebisingan, mencegah kecelakaan
mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara makanan dan
Faktor risiko lain penyebab diare balita adalah tempat sampah yang
vektor pengelolaan kualitas lingkungan air, udara, makanan,
digunakan dengan konstruksi yang tidak kuat dan mudah bocor seperti
pemukiman dan bahan berbahaya (Soemirat, 2014).
wadah plastik dan kantong plastik dan beberapa kondisi tempat sampah
Menurut pendapat peneliti, pengolahan sampah mempengaruhi
terdapat vector seperti serangga yang dapat menyebabkan diare pada
kejadian diare pada anak. Pengelolaan sampah yang buruk dapat
balita. meningkatkan resiko terjadi penyakit terutama penyakit pada
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumawati, Nugroho, & pencernaan seperti yang disebabkan oleh bakteri dan lalat
Hartono (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan anatara pengelolaan sebagai vektor yang membawa kotoran dan sumber penyakit dari
sampah dengan kejadian diare pada balita usia 1-3 tahun. Sampah sampah ke makanan sehingga dapat berdampak pada kesehatan
terutama yang sudah membusuk merupakan sumber makanan lalat dan anak. Jadi semakin buruk pengolahan sampah, maka semakin
tikus. Lalat merupakan salah satu vector penyakit terutama penyakit beresiko anak untuk terkena penyakit termasuk penyakit diare.
saluran pencernaan.
Thank you!

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

Anda mungkin juga menyukai