Anda di halaman 1dari 23

TOTO RUHIMAT

SPs UPI
Peng. Kurikulum
Teknologi Pendidikan
Kepala pendidikan Profesi dan Jasa keprofesian
Universitas Pendidikan Indonesia
 Desain pembelajaran atau perencanaan pembelajaran adalah suatu
proses rancangan atau pengembangan yang harus dilakukan secara
sistematis dan sistemik guna mencapai hasil pembelajaran yang
optimal

 Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi


pembelajaran

 Proyeksi tindakan dalam pembelajaran (PBM) atau pengkoordinasian


komponen-komponen pembelajaran yang meliputi : arah kegiatan
(tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode
dan teknik) serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas,
terencana dan sistematis Penjabaran lebih lanjut dari standar

 Desain pembelajaran adalah suatu sistem yang berisi prosedur untuk


mengembangkan pendidikan dan pelatihan dengan cara yang
konsisten dan reliabel (Branch, 2002).
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 (Standar Nasional Pendidikan)
bahwa “ setiap satuan pendidikan
harus melakukan perencanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pengesahan
ANALISIS Penyusunan IMPLEMEN-
KEBUTUHAN RPS TASI

ANALISIS MONITORING
VALIDASI -
DIAGNOSIS EVALUASI
Reviu
CP
Prodi

CP MK

CP Sub CP CP Sub CP

Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator


Aims
Goals
Objectives

Learning
Evaluation
Experiences

Methods
Rumusan
TAHAP (2) Capaian Pembelajaran
(tahap I)

Matriks bhn kajian


Pemilihan bahan
Kel-Bid. Studi/ dgn capaian
kajian :
Laboratorium • Tingkat keluasan pmbljrn
• Tingkat kedalaman
Tugas Tim
Peta keilmuan • Tingkat
Konsep mata kuliah Pengembang
Proram studi kemampuan
Kurikulum
yang ingin dicapai dan besarnya sks
Prodi

Keterlibatan Konsep integrasi Konsep


kurikulum
semua dosen (sistem blok)
Bahan kajian
 diambil dari peta keilmuan (rumpun ilmu : UUPT 2012)
yang menjadi ciri program studi atau dari khasanah
keilmuan yang akan dibangun oleh program studi.
 bisa ditambah bidang/cabang IPTEKS tertentu yang
diperlukan untuk antisipasi pengembangan ilmu di
masa depan, atau
 dipilih berdasarkan analisis kebutuhan dunia kerja/
profesi yang akan diterjuni oleh lulusan.
Capaian pembelajaran utama lulusan apoteker
sesuai capaian pembelajaran (CP) dari Asosiasi
Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) dan
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia dari
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang tertuang
dalam SK IAI-APTFI No.
PO.004/PP.IAI/1418/IX/2016 terdiri dari :
1. Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat
menggunakan pendekatan berbasis bukti dalam perancangan,
pembuatan/penyiapan, termasuk pengendalian mutu,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian,
pengelolaan bahan baku, sediaan farmasi dan alat kesehatan
dan/atau pelayanan farmasi klinik untuk mengoptimalkan
keberhasilan terapi.
2. Mampu menelusur, menganalisis secara kritis, dan
mengorganisasikan informasi tentang sediaan farmasi,
mengkomunikasikan dan mendiseminasikannya secara efektif
untuk menjamin ketepatgunaan sediaan farmasi pada individu,
masyarakat awam dan profesi kesehatan.
3. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan
bertanggungjawab sesuai ketentuan perundang-undangan dan
kode etik apoteker.
4. Mampu melaksanakan pelayanan pemberian konseling,
menyusun informasi/ide/ pemikiran dan
mengkomunikasikan dalam berbagai bentuk media,
kepada profesi kesehatan lain dan atau masyarakat
umum secara efektif.
5. Mampu mengevaluasi diri dan mengelola pembelajaran
diri sendiri dalam upaya meningkatkan kemampuan
praktik profesi apoteker.
 Mampu mengambil keputusan dalam hal-hal strategis di bidang
kefarmasian pada pekerjaan profesionalnya secara mandiri,
memimpin dan mengelola pekerjaan kelompok, serta bertanggung
jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
 Mampu mengidentifikasi, memahami, menganalisis dan mencari
solusi untuk konflik dengan metode yang sesuai.
 Mampu berkomunikasi, mengembangkan jejaring dan kerja sama
dengan tim, tenaga kesehatan lain dan klien dalam rangka
memberikan pelayanan pasien yang optimal.
 Mampu mengevaluasi secara kritis masalah pekerjaan kefarmasian
dan mampu memberikan solusi yang tepat.
 Mampu mengevaluasi diri dan mengelola pembelajaran diri sendiri
dalam upaya meningkatkan kemampuan praktik profesi apoteker.
 Mampu mengimplementasikan ilmu kefarmasian,
metode dan teknologi farmasi, meliputi kemampuan
untuk merancang, membuat dan menjamin mutu
sediaan farmasi dengan memperhatikan aturan
perundang-undangan.
 Mampu mengaplikasikan konsep farmakoterapi,
pharmaceutical care, pharmacy practice, serta prinsip
epidemiologi, pengobatan berbasis bukti,
pharmacovigillance dan farmakoekonomi, untuk
menjamin mutu pelayanan dan keamanan pasien.
 Mampu mengaplikasikan pengetahuan manajemen
farmasi, sosio-farmasi, hukum dan etik farmasi, teknik
komunikasi, serta keselamatan kerja secara
komprehensif.
1. Mampu bekerja di bidang farmasi dan memiliki
kompetensi kerja minimal setara dengan Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI).
2. Mampu membuat keputusan yang independen dalam
menjalankan pekerjaan keprofesiannya berdasarkan
pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif.
3. Mampu menyusun laporan atau kertas kerja berdasarkan
kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik
profesi apoteker, yang dapat diakses oleh masyarakat
akademik.
4. Mampu mengkomunikasikan pemikiran/argumen atau
karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan
profesi apoteker dan kewirausahaan, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi,
kepada masyarakat terutama masyarakat profesi
apoteker.
5. Mampu meningkatkan keahlian profesi apoteker melalui
pelatihan dan pengalaman kerja.
6. Mampu bertanggungjawab atas pekerjaan keprofesiannya sesuai
dengan kode etik profesi apoteker.
7. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan
keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat.
8. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah di
bidang farmasi.
9. Mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan lain dalam
menyelesaikan masalah pekerjaan profesi apoteker.
10. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan
masyarakat profesi apoteker dan kliennya.
11. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit,
mengamankan, dan menemukan kembali data dan informasi
untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesi apoteker
12. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara
Capaian pembelajaran lain-lain yang merupakan ciri khas
lulusan apoteker dari Program Studi Profesi Apoteker
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung adalah :
 Mampu mengaplikasikan pengetahuan di bidang
farmasi berbasis riset yang didasarkan pada Pola Ilmiah
Pokok (PIP) STFB.
 Memiliki karakter Responsible, Excellent, Scientific,
Professional, Encouraging, Creative, dan Trust
(RESPECT).
 Mampu menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal dan
budaya nasional dalam memperkuat NKRI dan
keragaman budaya dunia.
KOMPETENSI BAHAN KAJIAN
MK1 & MK2
(CP)
1 2 3 … N beda jenis bahan
1 MK1 MK2 kajian dalam satu
capaian pembelajaran
2 MK3
MK3 tiga
3
bahan kajian dgn capaian
4 MK4 pembelajaran yang sama.

5 MK6
6 MK5 & MK6
7 MK5 satu bahan kajian untuk
mencapai berbagai capaian
8 pembelajaran

10
MATA KULIAH
ADALAH BUNGKUS
DARI
BAHAN KAJIAN
Jenis mata kuliah dalam suatu kurikulum program studi terdiri atas:
1. sejumlah mata kuliah wajib umum, yang ditujukan untuk membentuk sikap
dan tata nilai;
2. sejumlah mata kuliah wajib program studi, yang ditujukan untuk
menghasilkan kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, dan
kemampuan mengelola kewenangan serta tanggung jawabnya; dan
3. sejumlah mata kuliah pilihan di dalam atau di luar program studi yang
bersangkutan, yang ditujukan untuk pengembangan kemampuan sesuai
minat mahasiswa.
Mata kuliah wajib umum terdiri atas mata kuliah:
1. agama;
2. Pancasila;
3. kewarganegaraan; dan
4. bahasa Indonesia.
Perguruan tinggi dapat melakukan pembelajaran terintegrasi pada mata kuliah
wajib umum dengan syarat bahwa capaian pembelajaran paling sedikit sama
dengan capaian pembelajaran masing-masing mata kuliah.
Unsur penentu dalam menetapkan besarnya sks:
 Tingkat kedalaman elemen capaian pembelajaran
(kompetensi) dan keluasan bahan kajian
 Metode/strategi pembelajaran yang diperlukan untuk
mahasiswa memiliki kedalaman elemen kompetensi dan
keluasan bahan kajian
50 menit

60 menit

3 jam
 BELAJAR = minimal 8 jam/ hari
maksimal 10 jam/hari
 Perminggu dihitung 6 hari
 Hitungan = 8 jam x 6 hari = 48 jam (minimal)
10 jam x 6 hari = 60 jam (maksimum)
 minimal 48 jam : 3 jam = 16 sks
maksimal 60 jam : 3 jam= 20 sks
 Rata-rata = 18 sks per semester
 S1 selama 8 semester = 8 x 18 sks = 144 sks (min)
= 8 X 20 sks =160 sks (mak)

Anda mungkin juga menyukai