Anda di halaman 1dari 15

• Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah

Yuliana Elin, suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil


dari pertumbuhan dan pengendalian hormon
2011 prostat

• BPH adalah pembesaran progresif dari


Marilynn, kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih
tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai
E.D, 2000 derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius

• BPH adalah suatu keadaan dimana prostat


Smeltzer dan mengalami pembesaran memanjang keatas
kedalam kandung kemih dan menyumbat
Bare, 2002 aliran urin dengan cara menutupi orifisium
uretra
Adanya perubahan
keseimbangan antara
hormon testosteron
dan estrogen pada usia
lanjut

Teori sel stem,


menerangkan bahwa
terjadi proliferasi Peranan dari growth
abnormal sel stem factor (faktor
sehingga
menyebabkan
produksi sel stroma
ETIOLOGI pertumbuhan)
sebagai pemicu
pertumbuhan stroma
dan sel epitel kelenjar kelenjar prostat
prostat menjadi
berlebihan

Meningkatnya lama
hidup sel-sel prostat
karena berkurangnya
sel yang mati
1. Peningkaan frekuesnsi berkemih.

3. Rasa tidak puas sehabis


2. Nyeri pada saat miksi
miksi, kandung kemih
(disuria).
tidak kosong dengan baik

5. Volume urin 6. Pada gejala yang sudah


4. AliAran urin lanjut, dapat terjadi
tidak menurun dan azotemia (akumulasi
harus produk sampah nitrogen)
lancar/terputus- mengedan saat dan gagal ginjal dengan
etensi urun kronis dan
putus berkemih volume residu yang besar
Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat
tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat
hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan
enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein
sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat.

Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek


terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-
lahan. Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat
sebenarnya disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah
prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatan kontraksi
detrusor. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat
akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah
prostat
Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan
sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-
buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor.
Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang
besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase
kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut
maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin
Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi
obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu
melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000)

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari


obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus
mengejan pada miksi yang mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdomen yang akan
menimbulkan hernia dan hemoroid

Stasis dalam vesiko urinaria akan membentuk batu


endapan yang menambah keluhan iritasi dan
hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesiko
urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme. Yang dapat menyebabkan
pyelonefritis (sjamsuhidrajat, 2005).
Laboratorium Pencitraan

- Foto polos
abdomen
- Sedimen Urin - IVP (Intra Vena
Pielografi)

- Ultrasonografi
(trans abdominal dan
- Kultur Urin trans rektal)
- Systocopy
Observasi

Alternatif lain (misalnya


kriyoterapi, hipertermia,
Medika mentosa
termoterapi ,terapi
ultrasonic).

Pembedahan
Riwayat Pola fungsi
Data
kesehatan kesehatan
• Nama • Keluhan utama • Aktifitas
• Umur • Keluhan saat • Istirahat
• Jenis kelamin pengkajian • Eliminasi
• Agama • Keluhan • Nutrisi
• Tanggal masuk terdahulu
• Tanggal pnkjian • Riwayat
kesehatan
• Diagnosa
keluarga
medis
Pemeriksaan fisik Data psikologis

• Status kesehatan • Pendidikan


umum • Hubungan siosial
• Pemeriksaan fisik • Gaya hidup
secara head to toe • Peran dalam
keluarga
1. Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TURP

2. Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


informasi mengenai proses penyakit dan pengobatanya
Diagnosa I: Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TURP.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri
berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil:
a. klien mengatak an nyeri berkurang / hilang
b. ekspresi wajah klien tenang
c. tanda-tanda vital dalam batas normal
2. NIC
a) Kaji skala nyeri.
R/mengetahui skala nyeri.
b) Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung
kemih
R/klien dapat mendeteksi gejala dini spasmus kandung
kemih.
c) Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam,
untuk mengenal gejala-gejala dini dari spasmus kandung
kemih.
Diagnosa II: Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi adanya
tanda-tanda infeksi, dengan kriteria hasil:
a. Klien tidak mengalami infeksi.
b. Dapat mencapai waktu penyembuhan.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda
shock.
2. NIC
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
R/ mengetahui tanda dan gejala infeksi.
b. Ajarkan intake cairan yang cukup sehingga dapat menurunkan
potensial infeksi.
R/meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi isk dikurangi
dan mempertahankan fungsi ginjal .
c. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik .
R/ mencegah infeksi.

Anda mungkin juga menyukai