Lapsus Plasenta Previa
Lapsus Plasenta Previa
PREVIA
Kanana Adiwijaya
111 2016 2169
Dokter Pembimbing Klinik:
dr. Ainun J. Palinrungi Sp.OG
Riwayat Kontrasepsi:
Kontrasepsi yang pernah digunakan oleh pasien adalah pil kombinasi tiap bulan selama 4 tahun.
Riwayat Obstetri:
1. 2007/seksio caesarea/ 3300gr/perempuan/hidup/lahir di RS. Fatimah
2. 2012/seksio caesarea /3400/perempuan/lahir di RSUD Andi Makassau
3. 2019/ Kehamilan sekarang
Riwayat Ginekologi:
1. Penyakit IMS: tidak ada
2. Leukorea: tidak ada
3. Fluor albus: tidak ada
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis:
Kepala dan Leher:
Keadaan umum: Sakit sedang
Mata:
Kesadaran: Composmentis, GCS E4V5M6
Kelopak : Edema (-/-)
Status Gizi:
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Berat badan : 55 kg
Sklera : Ikterik (-/-)
Tinggi badan : 159 cm
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm, refleks cahaya (+/+)
BMI : 21,7kg/m2 (Normal)
Telinga : Pendengaran dalam batas normal.
Tanda-tanda vital:
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-).
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Mulut : Sianosis (-), perdarahan pada gusi (-).
Nadi : 80 x/ menit
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), JVP dalam
Pernapasan : 22 x/ menit
batas normal.
Suhu : 36,50C
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA
Thorax: Abdomen:
Paru: Inspeksi : Linea nigra (+), striae albicans (-), luka bekas
Inspeksi: Bentuk dan pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-/-).
operasi (+).
Palpasi : Fremitus raba (D=S), nyeri (-/-).
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Suara ketok sonor (+/+), nyeri ketok (-/-).
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Jantung:
Auskultasi: BU (+) normal.
- Gravid tungga hidup, letak kepala, pengukuran FL dan BPD sesuai usia kehamilan ± 39-40 minggu.
- Plasenta: letak corpus posterior dan anterior letak rendah, menutup oui, echo normal.
- Cairan amnion saat ini: cukup (8 cm)/keruh.
- Fetal movement (+).
- HR : 143 BPM, reguler.
Kesan: Gravid tunggal, hidup, letak kepala, estimasi usia kehamilan 39-40 minggu, dengan plasenta previa totalis.
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA
3. USG (5 Januari 2019):
- Gravid tungga hidup, letak kepala, pengukuran FL dan BPD sesuai usia kehamilan ± 39-40 minggu.
- Plasenta: letak corpus posterior dan anterior letak rendah, menutup oui, echo normal.
- Cairan amnion saat ini: cukup (8 cm)/keruh.
- Fetal movement (+).
- HR : 143 BPM, reguler.
Kesan: Gravid tunggal, hidup, letak kepala, estimasi usia kehamilan 39-40 minggu, dengan plasenta previa totalis.
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA
DIAGNOSIS
G3P2A0 Gravid aterm + Post Seksio Caesarea 2 kali + Plasenta previa totalis
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana awal:
IVFD RL 20 tpm
Cefuroxime Sodium 1 gr/IV pre operasi
Rencana Sectio Caesarea
Lapor OK
Konsul Anestesi
Persiapan darah PRC 2 bag
Cukur Pubis
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA
Terapi operatif: Sectio Caesarea
PROGNOSIS
ad vitam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam
ad functionam : dubia ad malam
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA
RESUME
Seorang perempuan 38 tahun G3P2A0 gravid 39-40 minggu datang dengan keluhan nyeri perut tembus
kebelakang. Pasien mengaku keluhan dialami sejak ± 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengeluarkan darah dari jalan lahir disertai dengan lendir. Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan tidak memiliki riwayat alergi serta penyakit asma.
Riwayat ANC 4x, Riwayat Injeksi TT 2x.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan status gizi underweight dan tanda-tanda vital Tekanan darah 130/80
mmHg, Nadi 80 x/ menit, Pernafasan 22 x/ menit dan Suhu 36,50C. pasien tampak anemis. Pada pemeriksaan obstetric
didapatkan TFU 3 jari dibawah procesus xhypoideus, situs memanjang, punggung kiri, bagian terendah kepala serta
didapatkan pelepasan darah dan lendir.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan kadar hemoglobin yaitu 7,1 g/dl. Dari pemerikssaan
USG kesan yang didapatkan adalah terdapat Plasenta Previa totalis.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI PLASENTA PREVIA
• Plasenta previa: plasenta yang ada didepan jalan lahir
(prae = di depan ; vias = jalan).
• Plasenta previa : implantasi plasenta di bagian bawah
→menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan
perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
INSIDENSI PLASENTA PREVIA
• Pada beberapa Rumah Sakit Umum : 1,7 % sampai dengan 2,9 %.
• Negara maju angka kejadiannya lebih rendah: kurang dari 1 % → berkurangnya wanita yang hamil
• frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis sekitar 30% dan plasenta
1. Plasenta previa totalis atau komplit : plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis : plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa margianalis : plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang
Triwulan ketiga→segmen bawah uterus akan semakin melebar →serviks mulai membuka.
Plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan
segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya →Perdarahan
PATOFISIOLOGI PLASENTA PREVIA
GAMBARAN KLINIS PLASENTA PREVIA
• Perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri
• Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua
• Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri
• Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah
beberapa waktu kemudian
• palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang
• tidak ditemui nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi
DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA
1. Anamnesia: umur kehamilan, rasa nyeri, warna dan bentuk perdarahan, frekuensi dan banyak perdarahan.
3. Palpasi abdomen: kelainan letak pada janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul.
5. Pemeriksaan radio-isotop
a) Plasentografi jaringan lunak
b) Sitografi
c) Plasentografi indirek
d) Arteriografi
e) Amniografi
f) Radio isotop plasentografi.
6. Ultrasonografi
7. Pemeriksaan dalam: perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang telah berulang, his telah mulai dan janin
sudah dapat hidup diluar janin
PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA
1. Ekspektatif
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.
2. Terminasi:
a. Kehamilan telah cukup bulan
b. Perdarahan banyak
c. Anak telah meninggal
PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA
Seksio Cesarea
• Mengosongkan rahim sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan
perdarahan.
• Mencegah robekan serviks dan segmen bawah rahim.
• Indikasi SC:
a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
b. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan
tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
KOMPLIKASI
• Perdarahan antepartum yang dapat menimbulkan syok
• Kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak lintang.
• Selama persalinan: ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan
intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan
dilakukan kuretase.
• Pada janin: asfiksia, kematian janin dalan uterus, kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.
PROGNOSIS
• Jumlah dan kecepatan perdarahan
• Kesegeraan pertolongan
• Kematian pada ibu dapat dihindari apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea.
• Perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi kematian perinatal.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh
persalinan. Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa
previa. . Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede
pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat
mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada
trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai implantasi dari plasenta di dekat ostium interna uteri
(didekat cervix uteri).
KESIMPULAN
Kematian pada ibu dapat dihindari apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan pembedahan
seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta
previa melalui proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan. Namun perawatan yang intensif
pada neonatus sangat membantu mengurangi kematian perinatal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H.Ilmu kebidanan (keempat ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2011.
3. WHO.2007. Maternal Mortality in 2005. http://www.who.int. Diakses pada tanggal 18 Januari 2019
4. Prawirohardjo, Sarwono. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan; Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir (Masalah Ibu); Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi
ke-4. Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. h. 492-513.
5. Mose, Johanes C.2004. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum; Dalam: Obstetri Patologi, edisi ke-2. Editor: Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr, SpOG(K), Prof. Dr. Djamhoer Martaadisoebrata, dr,
MPSH, SpOG(K), Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr, SpOG(K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC dan Padjadjaran Medical Press. Halaman 91-96.
6. Chalik, TMA. 2008. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Widya Medika, Jakarta.
7. Cuningham, FG., 1993. Obstetri Haemorrhage in : William Obstetri Appleton Century Crarfts, USA.
8. Tarigan, D. 1994. Perdarahan Selama Kehamilan. Bagian Anatomi FK USU, Medan.
9. Gultom, Ernawati. 2009. Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Jurnal Universitas Sumatra Utara. Halaman 3
10. Pritchard, Mc., 1991. Obstetri Williams. Edisi 17. Penerbit EGC, Jakarta.
11. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 1 dan 2. Edisi II. Penerbit EGC, Jakarta.
TERIMAKASIH