TAHUN 2017 Saat ini SDM Perusahaan yang handal, ahli, cerdas dan intelektualitas dan berakhlak merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan harus dilindungi sebagai investasi kedepan melalui program keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan kerja, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. Data BPJS Ketenagakerjaan dalam kurun 3 tahun terakhir, di indonesia kasus kecelakaan kerja tahun 2014, mencapai 126.000 kasus, 2015 berjumlah 110.285 kasus dan 101.367 kasus di tahun 2016, mengalami penurunan
Namun jumlah pekerja yang meninggal akibat
kecelakaan kerja meningkat tajam Pada 2015, jumlah pekerja yang meninggal sebesar 530 orang. Sedangkan di 2016 sebesar 2.382 orang atau naik 349,4 persen. ," (Dirjend Pembinaan dan Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja di Kantor Kemnaker, Jakarta, Kamis Liputan 6 (12/1/2017).) UU no, 1 thn 1970 UU no 13 thn 2003 ttg UU no 23 thn 1992 ttg ttg Kes kerja Ketenaga kerjaan Kesehatan
•Tujuan utama dalam • “ Perlindungan Bagi •Kesehatan kerja
Penerapan K3 antara lain Keselamatan Tenaga diselenggarakan untuk adalah : Kerja” yang diatur dalam mewujudkan •Melindungi dan Ketentuan Pasal 86, produktivitas kerja yang menjamin keselamatan mengamanatkan bahwa optimal. setiap tenaga kerja dan setiap pekerja/buruh orang lain di tempat mempunyai hak untuk •Kesehatan kerja meliputi kerja. memperoleh pelayanan kesehatan •Menjamin setiap sumber perlindungan atas : kerja, pencegahan produksi dapat •Keselamatan dan penyakit akibat kerja, dan digunakan secara aman kesehatan kerja; syarat kesehatan kerja. dan efisien. •Moral dan kesusilaan; •Meningkatkan dan •Setiap tempat kerja wajib kesejahteraan dan •Perlakuan yang sesuai menyelenggarakan produktivitas nasional dengan harkat dan kesehatan kerja. martabat manusia serta nilai-nilai agama Peraturan Menteri Tenaga PP No.50 thn 2012 ttg) Kerja Nomor: Penerapan (SMK3) antara PER.05/MEN/1996, ttg lain : SMK3 • Bahwa untuk menjamin • Tahapan komitmen dan keselamatan kebijakan K3 dan kesehatan tenaga • Tahapan perencanaan kerja maupun orang lain • Tahapan Penerapan yang berada ditemapat kerja • Tahapan pemantauan dan srta sumber produksi, evaluasi; prosesproduksi dan lingkungan kerja dalam • Tahapan tinjauan ulang dan keadaan aman perlu peningkatan kinerja SMK3 menerapka SMK3 • Audit K3 Per Men Tenaga Kerja dan Transmigrasi PerMen Kes RInomor 48 tahun 2016 Nomor PER.13/MEN/X/2011, mengatur tentang standar keselamatan dan NAB, faktor fisika dan faktor kimia di kesehatan kerja perkantoran dan tempat kerja mengatur : industri mengatur :
• Nilai ambang batas kebisingan
• Nilai ambang batas getaran alat kerja • Kebisingan dilingkungan yg kontak langsung maupun tidak kerja perkantoran langsung pada lengan dan tangan • Intensitas cahaya tenaga kerja; • Nilai ambang batas getaran yang dilingkungan perkantoran kontak langsung maupun tidak • Temperatur di lingkungan langsung dengan seluruh tubuh; perkantoran • Nilai ambang batas radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro; • Kelembaban di lingkungan • Nilai ambang batas radiasi sinar ultra perkantoran ungu; • Debu dan fiber Asbes, Carbon • Nilai ambang batas medan magnet Monoksida, Formaldehid di statis untuk seluruh tubuh; lingkungan perkantoran • Nilai ambang batas medan magnet statis untuk bagian anggota tubuh kaki • Standar Ergonomi dan tangan. perkantoran • Nilai ambang batas faktor kimia Pemerintah dan menajemen perusahaan berkewajiban melindungi dan menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja. Ada tiga alasan utama mengapa keselamatan kerja tersebut sangat penting yaitu:
1. Keselamatan kerja merupakan hak yang paling dasar bagi pekerja.
Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dan keamanan selama berkerja.
2. Karena keselamatan kerja tersebut merupakan Hak Asasi Pekerja maka
perlu dilindungi oleh Undang-Undang atau aturan-aturan hukum baik ditingkat nasional maupun internasional.
3. Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan, untuk
mendukung tujuan tersebut faktor keselamatan kerja menjadi penting untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja Keterkaitan beberapa regulasi dan standard yang dikeluarkan Kementerian tenaga kerja dan kementerian kesehatan yang merupakan leading sektor terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
1. Memberikan Jaminan bahwa setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja. melalui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2. Memberikan perlindungan dan jaminan bagi para pekerja atas
keselamatannya yang merupakan hak dari setiap pekerja dalam melakukan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional; . 3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja terhadap timbulnya risiko-risiko bahaya akibat pemaparan faktor bahaya biolologi, fisikal dan kimia melalui standar Nilai Ambang Batas diperbolehkan di tempat kerja sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sekaligus meningkatkan derajat kesehatan kerja.
4. Memberikan Batasan yang jelas terhadap ketentuan Kadar Tertinggi
Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan. dan standar kesehatan lingkungan kerja
5. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas Dalam K3 secara garis besar memiliki 3 aspek penting yang harus dijalankan
1. Setiap perusahaan wajib melaksanakan dan menerapkan peraturan k3
sebagai pedoman keselamatan kerja.
2. Perusahaan wajib memberi jaminan keselamatan kerja terhadap
individu pekerja.
3. Setiap individu pekerja waajib menjalankan aturan yang berlaku
pada setiap instansi perusahaan sebagai acuan keselamatan kerja di area tersebut. Kesimpulan
1. Bahwa peraturan perundangan K3 dibuat untuk mencegah beberapa
hal yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan, oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai mediator antara industry dan individu pekerja, karena pekerja memiliki hak perlindungan, kenyamanan dan keselamatan diri.
2. Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah,
tetapi juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pelaku industri. Contoh Kasus REGULASI DAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA(K3) RUMAH SAKIT DIPROPINSI SUMATERA BARAT
1. Menurut permenaker No.OS/Men.l996 tentang sistem manajemen
Keseiamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bab 111pasal 3 aiutarakan bahwasetiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang atau lebih dan atau mengandungpotensi bahayawajib menerapkan sistem manajemen K3, hal inijuga tertuang daiam UU Kesehatan no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnyapasal23 tentang kesehata kerja. Setiap tenaga kerja, berhak mendanatkan periindungan atas keseiamatandan kesehatannva sehingga neriu dilakukan upaya untuk membina norma-norma perlinaungan Kerja yang diwujudkan dalam unoang-undang dan peraturanK3. Kebijakan regulasi K3RS akan dapat terlaksana apabila didukung oleh kebijakan manajemen serta komitmen dari rumahsakit, tetapi Beberapa fakta yang membuktikan bahwa K3 rumahsakit belum terlaksana dengan baik khususnya di Propinsi Sumatera Barat antara lain (1). Sistem peiaporan tentang kecelakaan maupun penyakit akibat keria di rumahsakit belum ada, (2). Pemahamantentang K3 di rumahsakit diduga masih rendah baik pekerjanya maupun manajernya, (3). Minimnya tenaga K.3 rumahsakit, (4). Pertgorganisasian K3RS yang belumbaik
1. Mengacu pada PP no. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan propinsi sebagai daerah otonom dan tuntutan dari aturan perudang-undang bahwa setiap RS wajib maka pemerintah daerah mempunyai legalitas dalammengatur regulasi K3RS. Sebagai penjabaran dari beberapa regulasi yang telah mengeiuarkan Pemerintah pusat yang berkaitan dengan K3RS yang disesuaikan dengan kondisi daerah Kesimpulan
1. Bahwa peraturan perundangan K3 dibuat untuk mencegah beberapa
hal yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan, oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai mediator antara industry dan individu pekerja, karena pekerja memiliki hak perlindungan, kenyamanan dan keselamatan diri.
2. Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah,
tetapi juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pelaku industri. Saran
1. Diharapkan Semua Kementerian dan kalangan masyarakat
harus melakukan upaya-upaya konkrit berperan aktif, bekerja secara kolektif dan terus menerus terhadap pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lingkungannya masing- masing, agar budaya K3 benar-benar terwujud di setiap tempat kerja dan masyarakat umum di seluruh tanah air. dalam mewujudkan “Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2020” sebagai tindak lanjut dari Visi K3 “Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2015”. Terima Kasih