Anda di halaman 1dari 12

Asas Perancangan Arsitektur 3

Oleh
RAMADHAN ZAHRI
E1B116023
FILOSOFI RUMAH TRADISIONAL JAWA TENGAH
(JOGLO)

Rumah joglo adalah rumah tradisional Jawa yang umum dibuat dari kayu jati. Atap
joglo berbentuk tajug, semacam atap piramidal yang mengacu pada bentuk
gunung. Dari sinilah nama joglo tersebut muncul. Istilah joglo berasal dari dua
kata, 'tajug' dan 'loro' yang bermakna 'penggabungan dua tajug'.

Bentuk atap tajug ini dipilih karena menyerupai bentuk gunung. Sedangkan
masyarakat Jawa meyakini bahwa gunung merupakan simbol segala hal
yang sakral. Diantaranya adalah karena gunung merupakan tempat tinggal
para dewa.

Rumah joglo diciptakan dengan sarat makna filosofis dan energi kehidupan
bagi penghuninya. Rumah yang diciptakan wong Jawa ini mempunyai susunan
yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni pendopo, pringgitan, dalem,
krobongan, dan pawon. Setiap ruangan memiliki perbedaan nilai.
FILOSOFI RUMAH TRADISIONAL JAWA TENGAH
(JOGLO)
1. TERAS DAN PENDOPO

Salah satu ciri khas yang dimiliki rumah Jawa adalah teras yang tak beratap serta
pendopo yang terbuka dengan empat tiang. Umumnya pendopo Jawa berbentuk segi
empat memanjang ke arah samping kanan-kiri rumah. Pendopo ini juga dibangun
tanpa pembatas di keempat sisinya. Hal ini melambangkan sikap terbuka pemilik
rumah bagi siapa saja yang ingin datang.
Pendopo biasanya juga dibangun lebih
tinggi dari halaman. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pemilik rumah dalam
menerima tamu ataupun bercakap-cakap
sambil duduk bersila di lantai dengan alas
tikar yang memang menjadi tradisi
masyarakat Jawa sejak dulu. Hal ini
merupakan simbol suasana akrab dan rukun
yang coba dibangun masyarakat Jawa dengan
lingkungan sekitarnya.
FILOSOFI RUMAH TRADISIONAL JAWA TENGAH
(JOGLO)
2. PRINGGITAN

Menuju ke arah dalam, rumah adat Jawa memiliki ruang yang disebut sebagai
Pringgitan. Ruang ini merupakan ruang peralihan dari pendopo menuju ke ruang dalem
ageng. Dibuatnya ruangan ini memang memiliki tujuan tersendiri, yakni sebagai tempat
untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit di acara-acara tertentu.

Selain itu, ruangan ini juga


memiliki makna konseptual tersendiri,
yakni sebagai tempat untuk
memperlihatkan diri sebagai simbol dari
pemilik rumah bahwa dirinya hanyalah
bayang-bayang atau wayang dari Dewi
Sri, yakni dewi padi yang melambangkan
sumber segala kehidupan, kesuburan,
dan kebahagiaan dalam hidup.
FILOSOFI RUMAH TRADISIONAL JAWA TENGAH
(JOGLO)
3. DALEM AGENG

Semakin masuk ke dalam Joglo, maka kesannya akan makin menunjukkan tingkat
privasi ruangan tersebut. Bagian dalam dari rumah Jawa disebut sebagai Dalem
Ageng. Ruangan ini berbentuk segi empat dengan dikelilingi dinding-dinding di
keempat sisinya. Dalam tradisi Jawa, Dalem Ageng merupakan bagian terpenting di
dalam rumah karena di ruangan ini terdapat 3 senthong atau 3 kamar.
Tiga senthong tersebut terdiri dari senthong
tengen, senthong tengah, dan senthong kiwa.
Senthog tengah kadang juga disebut sebagai
Krobongan yang digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan pusaka dan tempat pemujaan kepada
Dewi Sri. Sementara itu, senthong tengen dan
senthong kiwo digunakan oleh pemilik rumah
sebagai kamar tidur, yakni senthong tengen untuk
anggota keluarga perempuan dan senthong kiwa
untuk anggota keluarga laki-laki
FILOSOFI RUMAH TRADISIONAL JAWA TENGAH
(JOGLO)
4. KROBONGAN

Begitu lekatnya kepercayaan terhadap Dewi Sri dari masyarakat Jawa memang tidak
lepas dari mata pencaharian mereka yang memang sebagian besar menjadi petani.
Bagi masyarakat Jawa, Dewi Sri merupakan perwujudan dewi yang memegang
peranan penting dalam kesejahteraan para petani. Untuk itu, demi kelancaran
usahanya di bidang agrarian, dibuatkanlah ruangan khusus di dalam rumah untuk
menghormati Dewi Sri ini.
Di ruangan ini juga disimpan harta pusaka
yang dipercaya memiliki kekuatan gaib serta padi
hasil panen pertama. Selain itu, perlengkapan
standard kamar tidur juga tersedia di ruangan ini,
seperti ranjang, kasur, bantal, dan guling. Hal ini
dimaksudkan agar Krobongan digunakan sebagai
kamar tidur bagi pengantin baru saat menjalani
malam pertama, sebagai simbol kosmis bersatunya
Dewa Kamajaya dan Dewi Kama Ratih sebagai
dewa-dewi asmara
FILOSOFI RUMAH TRADISIONAL JAWA TENGAH
(JOGLO)
5. GANDHOK DAN PAWON

Ruangan paling belakang dari rumah tradisi Jawa adalah Gandhok yang berbentuk
memanjang di sebelah kiri dan kanan pringgitan dan dalem ageng. Selain itu, juga
ada pawon yang merupakan sebutan bagi dapur dalam tradisi Jawa, serta pekiwan
yang digunakan sebagai wc/toilet. Pawon dalam Bahasa Jawa berasal dari kata
pa+awu+an yang berarti tempat awu atau abu, yang terlihat hitam dan kotor. Oleh
karena itulah ruangan ini ditempatkan di bagian belakang dari rumah.
Ruangan-ruangan tersebut dibuat terpisah
dari ruangan utama, apalagi dari ruangan yang bersifat
suci untuk pemilik rumah tersebut. Menurut adat
Jawa, makan bukanlah sesuatu hal yang penting
sehingga dalam membangun pawon pun tidak ada
patokan khusus. Dalam Kitab Wulangreh yang disusun
oleh Paku Buwana IV, dikatakan “Aja pijer mangan
nendra” yang berarti jangan selalu makan dan tidur
serta “Sudanen dhahar lan guling” yang berarti
kurangilah makan dan tidur
NILAI-NILAI MORAL PADA RUMAH
JOGALO

Sikap terbuka pemilik rumah bagi siapa saja


yang ingin datang dan suasana akrab dan
rukun yang coba dibangun masyarakat Jawa
dengan lingkungan sekitarnya serta sikap
kesederhanaan.

https://www.boombastis.com/filosofi-rumah-jawa/78079
BANGUNAN DENGAN KONSEP
ANALOGI

Analogi merupakan salah satu pendekatan bentuk yang


digunakan dalam dunia arsitektur. Pendekatan analogi
dapat dikatakan berhasil jika pesan yang ingin disampaikan
atau objek yang dianalogikan dapat dimengerti oleh
mayoritas orang. Dalam konsep analogi, hal yang
terpenting adalah persamaan antara bangunan dan objek
yang dianalogikan. Maksud persamaan ini adalah pesan
yang akan disampaikan nantinya. Bukan benar-benar
bentuk atau pun ukuran bangunan yang serupa.
BANGUNAN DENGAN KONSEP
ANALOGI
1. Bird Nest Stadium, Beijing China – Herzang & De Meuron

Bird Nest Stadium, dibangun oleh sang arsitek berdasarkan inspirasinya kepada bentuk
sarang burung. Maka dari itu, penamaan dari stadium ini sendiri mengadopsi kata “bird
nest”. Analogi dari sarang burung ini terlihat tidak hanya dari segi estetis eksteriornya
saja. Akan tetapi juga pada sistem struktural yang dapat terlihat dari luar bangunan.
BANGUNAN DENGAN KONSEP
ANALOGI
2. Montjuic Communication Tower – Santiago Calatrava

Menara komunikasi ini terletak di daerah Montjuic, Barcelona, Spanyol.


Montjuic merupakan sebuah area olimpiade, dimana Torre Telofonica ini
difungsikan sebagai pengirim siaran televisi Olimpiade Musim Panas pada
tahun 1992. Sebagai arsitek, Santiago Calatrava mendesain menara ini dengan
menggunakan analogi seperti seorang atlet yang tengah memegang obor
olimpiade
SEKIAN DAN TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai