Anda di halaman 1dari 19

LO

1. Alur penegakan diagnosis ( anamnesis, pemfis,


pempen )
2. Diagnosis differensial dan diagnosis pasti
3. Etiologi dan faktor resiko skenario
4. Patofisiologi terkait skenario
5. Tatalaksana dan edukasi terkait skenario
6. Komplikasi terkait skenario
Diagnosis
• Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama
keluhan itu telah mengganggu
• Riwayat penyakit lain dan penyakit pada
Anamnesis saluran urogenitalia (pernah mengalami
cedera, infeksi atau pembedahan)
• Riwayat kesehatan
• Obat-obatan

• Colok dubur atau digital rectal examination


(DRE) :
Pemeriksaan • Bentuk, Ukuran, Permukaan, Sulcus
Medianus, Konsistensi,, Volume Prostat,
Fisik Nyeri Tekan/tidak, nodul
• Tonus sfingter ani, mukosa rectum
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis

Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan PSA (Prostate


Spesific Antigen)

Catatan Harian Miksi (Voiding


Diaries)

Uroflometri
Pemeriksaan Residual
Urine

Pencitraan Traktus
Urinarius

Uretrosistoskopi

Pemeriksaan
Urodinamika
Etiologi
Teori Dihidrotestosteron Ketidakseimbangan
(DHT) antara estrogen-
testosteron
Testosteron  DHT  Interaksi stroma-
sintesis PGF  Picu epitel Usia tua  testosteron ↓
Pertumbuhan Kelenjar  estrogen ↑ (peka
Prostat Diferensiasi dan
pertumbuhan sel-sel
androgen)reseptor
epitel prostat secara androgen ↑  apoptosis sel
tidak langsung prostat ↓
dikontrol oleh sel-sel
stroma melalui suatu
mediator (growth
factor) Teori stem cell
sel yang mempunyai
Berkurangnya kematian kemampuan berproliferasi
sel prostat  bergantung pada
hormon androgen 
kadarnya menurun akan
menyebabkan terjadinya
apoptosis
Faktor Risiko
 Kadar Hormon
 Usia
 Ras
 Riwayat keluarga
 Obesitas
 Pola Diet
 Aktivitas Seksual
 Kebiasaan Merokok
 Kebiasaan minum-minuman alkohol
 Olahraga
 Penyakit Diabetes Mellitus
Patofisiologi
Gangguan Testosteron Sensitifitas
keseimbangan menurun, reseptor
akibat senilitas Estrogen tetap Androgen ↑

Responsif thdp
Penyempitan kerja DHT
Lumen Uretra BPH (mediator
Posterior pertumbuhan
prostat)

Tekanan Gejala Obstruktif & Iritatif


Intravesika ↑
Gambaran klinis

Gejala obstruktif : hesitancy, pancaran kencing lemah (loss of force),


pancaran kencing terputus-putus (intermitency), tidak puas saat
selesai berkemih (sense of residual urine), rasa ingin kencing lagi
sesudah kencing (double voiding) dan keluarnya sisa kencing pada
akhir berkemih (terminal dribbling).

Gejala iritatif : frekuensi kencing yang tidak normal (polakisuria),


terbangun di tengah malam karena sering kencing (nocturia), sulit
menahan kencing (urgency), dan rasa sakit waktu kencing (disuria),
kadang juga terjadi kencing berdarah (hematuria).
KLASIFIKASI BPH
Derajat I • Colok dubur, penonjolan prostat, batas atas
mudah diraba dan sisa volume urin <50 ml

Derajat II • Colok dubur, penonjolan prostat jelas, batas


atas dapat dicapai, sisa volume urin 50-100 ml

Derajat III • Colok dubur, batas atas prostat tidak dapat


diraba, sisa volume urin > 100 ml

Derajat IV • Terjadi retensi urin total


PENATALAKSANAAN
Watchful • Pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh
waiting dokter

• Antagonis adrenergik reseptor α yang dapat


berupapreparat non selektiif
Medikamentosa • Inhibitor 5α reductase, yaitu finasteride dan dutasteride
• Fitofarmaka

Terapi • Teknik ablasi jaringan prostat atau pembedahan


• Teknik instrumentasi alternatif
Intervensi
INDIKASI PEMBEDAHAN
retensi urine karena BPO (derajat
obstruksi prostat)

infeksi saluran kemih berulang


karena BPO

hematuria makroskopik karena


BPE

batu kandung kemih karena BPO

gagal ginjal yang disebabkan oleh


BPO
TEKNIK PEMBEDAHAN

TURP (Trans
Prostatektomi Uretra
terbuka Resection
Prostat)

TUIP (Trans
Laser
Uretra Insisi
Prostatektomi
Prostat)
• merupakan cara yang paling tua, paling invasif, dan
paling efisien di antara tindakan pada BPH yang lain
Prostatektomi dan memberikan perbaikan gejala BPH 98%
terbuka • pendekatan transvesikal yang mula-mula diperkenalkan
oleh Hryntschack dan pendekatan retropubik yang
dipopulerkan oleh Millin

TURP (Trans • 90% dari semua tindakan pembedahan prostat pada pasien BPH
• TURP lebih sedikit menimbulkan trauma dibandingkan prosedur
Uretra Resection bedah terbuka dan memerlukan masa pemulihan yang lebih
Prostat) singkat

TUIP (Trans • direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil (kurang


Uretra Insisi dari 30 cm3), tidak dijumpai pembesaran lobus medius, dan tidak
diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat
Prostat)

• Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser


Laser ternyata lebih sedikit menimbulkan komplikasi dan
penyembuhan lebih cepat, tetapi kemampuan dalam
Prostatektomi meningkatkan perbaikan gejala miksi maupun Qmax tidak
sebaik TURP
PROSTATEKTOMI TERBUKA
KOMPLIKASI
 Trabekulasi yakni terjadi penebalan serat- serat otot
detrusor akibat tekanan intra vesika yang selalu tinggi
karena obstruksi.
 Sakulasi yaitu mukosa kandung kemih menerobos di
antara serat-serat detrusor.
 Divertikel yakni terjadi bila sakulasi menjadi besar.
 Pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urine
setelah miksi, sehingga terjadi pengendapan batu
 Bila tekanan intra vesika yang selalu tinggi tersebut
diteruskan ke ureter dan ginjal akan terjadi hidroureter dan
hidronefrosis yang akan mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai