Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan 2 : Curah Hujan

Hidrologi dan
Manajemen DAS
Nika Rahma Yanti, S.TP, MP
Presipitasi

Presipitasi Hujan
• Turunnya air dari atmosfer ke • sumber dari semua air yang
permukaan bumi, yang bisa mengalir di sungai dan di dalam
berupa hujan, hujan salju, kabut, tampungan baik di atas maupun
embun dan hujan es. di bawah permukaan tanah
Hujan
• Hujan terjadi karena udara
basah yang naik ke atmosfer
mengalami pendinginan
sehingga terjadi proses
kondensasi.
• Naiknya udara ke atas dapat
terjadi secara siklonik,
orografik dan konvektif
HUJAN SIKLONIK
• Hujan jenis ini biasanya terjadi
karena udara lembab panas
terangkat ke atas oleh lapisan
udara yang lebih dingin dan
lebih rapat. Penyebaran hujan
jenis ini sangat dipengaruhi
oleh landai pertemuan antara
udara panas dan dingin dan
biasanya merupakan hujan
dengan daerah penyebaran
terbatas dan dalam waktu
pendek. Pembentukan hujan siklonik
HUJAN OROGRAFIK
• Hujan jenis ini terjadi karena massa udara lembab terangkat
ke atas oleh angin karena adanya gunung/pegunungan. Udara
lembab yang melintasi daerah pegunungan akan naik dan
mengalami pendinginan, sehingga terbentuk awan dan hujan.

Pembentukan hujan orografik


HUJAN KONVEKTIF
• Hujan jenis ini biasanya terjadi
sebagai hujan dengan
intensitas yang tinggi, akibat
massa udara yang terangkat ke
atas oleh pemanasan lahan.
Hujan jenis ini biasanya terjadi
di daerah yang relatif luas dan
bergerak sesuai dengan
pergerakan angin.

Pembentukan hujan konvektif


Parameter Hujan
• Jumlah hujan yang jatuh dipermukaan
bumi dinyatakan dalam kedalaman air
(biasanya mm), yang dianggap
terdistribusi secara merata pada
seluruh daerah tangkapan air.
• Intentitas hujan adalah jumlah curah
hujan dalam satuan waktu, yang
biasanya dinyatakan dalam mm/jam,
mm/hari, mm/minggu, mm/bulan,
mm/tahun dsb
Pengukuran Hujan
• Alat penakar hujan biasa, yang
terdiri dari corong dan
penampung yang berada
didalam suatu tabung silinder.
Alat ini ditempatkan pada di
tempat terbuka yang tidak
dipengaruhi pohonpohon dan
gedung-gedung yang ada di
sekitarnya.
• Alat penakar hujan otomatis,
mengukur hujan secara
kontinyu sehingga dapat
diketahui intensitas hujan dan
lama waktu hujan
Jaringan Pengukuran Hujan
• Perencanaan jaringan stasiun
pengukuran hujan adalah
sangat penting di dalam
hidrologi karena jaringan
tersebut akan memberikan
besarnya (takaran/jumlah)
hujan yang jatuh di DAS
• Data hujan yang diperoleh
dapat digunakan untuk N = jumlah stasiun hujan
analisis banjir, penentuan
banjir rencana, analisis Cv = koefisien variasi hujan
ketersediaan air di sungai, didasarkan pada stasiun hujan
dsb. yang ada
• Jumlah optimum stasiun P = hujan rerata tahunan
hujan dapat diperoleh dengan Ṗ = hujan rerata dari n stasiun
menggunakan persamaan : n = jumlah stasiun hujan yang
ada
σ = standar deviasi
Contoh soal
• Di dalam suatu das terdapat tiga buah stasiun hujan. Hujan
rerata tahunan ketiga stasiun tersebut beturut turut adalah
1800, 2200 dan 1300 mm. Tentukan jumlah optimum stasiun
hujan didas tersebut.
Analisis Hujan Rata-Rata Daerah
Terdapat 3 metode :
• Aritmatik
• Poligon Thiessen
• Isohiet
1. Metode Aritmatika
n

 pi p1  p2  p3  .....  pn
p
p i 1
n
n

Dengan :
p = hujan rerata di suatu DAS
pi = hujan di tiap-tiap stasiun
n = jumlah stasiun
Contoh
Hitung hujan rerata dengan
metode aljabar!
D = 25 mm
p1  p2  p3  .....  pn
p
n
p A  pB  pC
B = 28 mm C = 30 mm p
3
22  28  30
p
A = 22 mm 3
p  26,67mm

Jika stasiun D di luar DAS ikut 22  28  30  25


diperhitungkan maka: p  26,25mm
4
2. Poligon Thiessen
• Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing
stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan
didalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang
terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang
tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut
PROSEDUR HITUNGAN METODE POLIGON
THIESSEN
Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara:
a. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus,
sehingga akan didapatkan bentuk segitiga.
c. Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling
bertemu dan membentuk suatu poligon yang
mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan
yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk stasiun
yang berada di dekat batas daerah, garis batas daerah
membentuk batas tertutup dari poligon.
d. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan
kedalaman hujan di tiap poligon. Hasil jumlah hitungan
tersebut dibagi dengan total luas daerah yang ditinjau.
Prosedur hitungan ini dijelaskan pada
persamaan dan gambar berikut ini.
A1.P1  A2 .P2  ......  An .Pn
P
Atotal

A1.P1  A2 .P2  A3 .P3  ......  An .Pn


P
A1  A2  A3  .....  An
Dimana:
•P = curah hujan rata-rata,
• P1,..., Pn = curah hujan pada setiap setasiun,
• A1,..., An = luas yang dibatasi tiap poligon.
Contoh Ilustrasi
D = 25 mm

AB = 53 km2

AC = 45 km2 Garis ini membagi sisi


segitiga menjadi 2
B = 28 mm C = 30 mm bagian sama panjang (di
tengah-tengah) dan
tegak lurus
terhadapnya.

A = 22 mm

AA = 50 km2

Gambar tidak berskala, luas bagian


dan tinggi hujan hanya merupakan
perumpamaan
Hujan rerata cara Thiessen

A1.P1  A2 .P2  ......  An .Pn


P
Atotal
AA .PA  AB .PB  AC .PC
P
AA  AB  AC
50.22  53.28  45.30
P
50  53  45
3934
P  26,58 mm
148
350000 360000 370000 380000 390000 400000

PETA STASIUN HUJAN DAN


POLIGON THIESEN WILAYAH
SUNGAI BOGOWONTO-LUKULO
9180000

9180000
BANJARNEGARA

WONOSOBO
U

Z
$
K42 a
9170000

9170000
K8 a K76 b
Z
$ Z
$ Skala 1 : 350.000
MAGELANG Legenda :
K7 a
Z
$ Z
$ Sungai
K43 Batas Luar WS Bogowonto - Lukulo
Waduk Z
$ Garis Pantai
9160000

9160000
Wadaslintang
K41 Batas Kabupaten
Z
$ Z
$ K49 b Batas Kecamatan
Z
$ K50 Waduk
DAS
Z
$ Z
$
Lukulo Polig on T hiese n
K33 K46 K 47a Z
$ K. 2 8a
Z
$
KEBUMEN $
Z DAS K58
K14 K31 Z
$ Z
$ Z
$ Loka si dan No Sta siun Hujan

Z
$ WawarK45 Z
$ K54 a$ Z
$ K53
Z
$ Z
$ Z Kelas Jalan
9150000

K17

9150000
Z
$ Z K49 a
$ Jalan Kolektor
Z
$ PURWOREJO
K20 K55 Jalan Arteri
K11 K36 K49 Z
$
Z
$ Z
$ Jalan Lokal
K60
K19 b
$$
ZZ
Z
$ Jalan Kereta Api
Z
$ K B SDA K60 a
Z
$ 250000 300000 350000 400000 450000 500000
Z
$
DAS K56 a DAS Inzet
K22 Z
$
9140000

9140000
Cokroyasan

9250000
9 250000
Bogowonto
Z
$
K37
Z
$ K36 a K62 a KULON PROGO

9200000
9 200000
Z
$ K61
Z
$ Z
$ Jawa Tengah

K61 a

9 150000

9150000
Z
$ D I.
Samudera Yogyakarta
Indo
ne si

9100000
9 100000
a
9130000

9130000
250000 300000 350000 400000 450000 500000
K63
Z
$
0 8 16 24 Km Sumber :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000,

mU
Tahun 1999.
2. Data Hujan Balai PSDA Probolo.
350000 360000 370000 380000 390000 400000 mT 3. Hasil Analisis.
3. Metode Isohiet
• Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang menghubungkan
titik-titik dengan tinggi/kedalaman hujan yang sama, Kesulitan
dari penggunaan metode ini adalah jika jumlah stasiun di
dalam dan sekitar DAS terlalu sedikit. Hal tersebut akan
mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi.
Metode pembuatan garis Isohiet
sebagai berikut:
• Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi
daerah hujan dan kedalaman hujan.
• Di stasiun hujan yang saling berdampingan
dinilai kedalaman hujannya dan dibuat
interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi yang
mewakili kedalaman hujan yang sama
dihubungkan satu sama lain.
• Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur
luasnya, dan dikalikan dengan nilai rerata di
kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari hasil
hitungan tersebut dibagi dengan total luasan
daerah yang ditinjau.
Hujan DAS menggunakan Isohiet dapat dihitung
dengan persamaan:
n
I i  I i 1
 Ai
2
p i 1
n

A
i
i

I1  I 2 I 2  I3 I n  I n 1
A1  A2  .....  An
p 2 2 2
A1  A2  .....  An

Dengan:
p = hujan rerata kawasan
Ai = luasan dari titik i
Ii = garis isohiet ke i
Catatan: tinggi hujan dalam mm

A = 18 B = 22
30 D = 33

A1 = 50 km2 35
I1

C = 36 E = 41 A6 = 25 km2
A3 = 180 km2
40 45

I2 A2 = 20 km2
A4 = 45 km2 50
I3 F = 42
G = 65 60 I = 63
A5 = 15 km2

H = 49
I5
I4

I6
Hujan DAS menggunakan Isohiet
I1  I 2 I 2  I3 I n  I n 1
A1  A2  .....  An
p 2 2 2
A1  A2  .....  An
I1  I 2 I I I I I I I I I I
A1  A2 3 3  A3 2 4  A4 4 5  A5 5 5  A6 4 6
p 2 2 2 2 2 2
A1  A2  A3  A4  A5  A6
30  35 40  40 35  45 45  60 60  60 50  50
50  20  180  45  15  25
p 2 2 2 2 2 2
50  20  180  45  15  25

14.137,5
p  42,20 mm
335
Melengkapi Data
• Jika ada data curah hujan hilang atau tidak lengkap maka digunakan
persamaan

 R R R 
r 1  rA  rB  rC 
n R
 A RB RC 

dengan:
R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R
datanya harus lengkap
rA = curah hujan ditempat pengamatan RA
RA = curah hujan rata-rata setahun di A
n = jumlah stasiun
Pekerjaan Rumah
Hitunglah hujan rerata beserta gambar dengan
metode:
• Aritmatika
• Poligon Thiessen
• Isohiet
Dari suatu DAS yang:
• Luasnya anda tentukan sendiri
• Jumlah stasiun hujan anda tentukan sendiri
• curah hujan di setiap stasiun anda tentukan sendiri
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai