Sel sentiasa bersifat aktif dalam tubuh bagi mempertahankan struktur dan fungsi
agar dapat berakomodasi sesuai dengan perubahan lingkungan.
Sering mengekalkan keadaan homeostasis agar dapat terus berfungsi. Apabila sel meghadapi stress fisiologis maupun stimulus patologis, iya akan mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Antara adaptasi sel terhadap respons ini adalah hipertrofi,hiperplasi,atrofi, dan metaplasia. Jika stress dan stimulus melebihi batas adaptasi sel tersebut maka akan mulai terjadi cedera sel (cell injury). Pada satu tahap cedera bisa bersifat reversible namun pada satu tahap bisa irreversible. Seterusnya, terjadilah kematian sel yang merupakan satu titik penting dalam evolusi suatu penyakit pada jaringan maupun organ. Kematian sel tidak selalu disebabkan oleh hal yang patologis. Dalam keadaan fisiologis kematian sel amat penting dalam proses embryogenesis. Ukuran sel yang meningkat dan akan mengakibatkan ukuran organ meningkat. Tidak terjadi pertambahan sel baru dan hanya meningkatkan jumlah struktur protein dan organelles. Bisa terjadi karena proses fisiologis maupun patologis. Cth: 1. Pembesaran uterus saat hamil. 2. Pembesaran jantung karena hipertensi Terjadi pada sel yang mempunyai kapabilitas replikasi.(Stem cell) Dapat terjadi bersamaan dengan hipertrofi. Stimulasi GF yang menyebabkan proliferasi sellular yang dihasilkan oleh bermacam tipe sel: 1. Hormonal hyperplasia 2. Kompensatori hyperplasia Pengurangan ukuran sel dan organ oleh sebab fisiologis maupun yang patologis. Cth: 1. Fisiologis: Thymus pada usia anak lebih besar disbanding usia dewasa. 2. Patologis: Atrofi otak karena suplai darah yang berkurang ke parenkim otak yang biasanya deisebabkan oleh artheroslerosis. 3. Hilangnya stimulus 4. Disuse/inaktivitas Perubahan bentuk/jenis sel dewasa untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar(iritasi kronik) Kemampuan bertahan lebih baik tapi fungsi proteksi nya berkurang Cth: perubahan sel bersilia diganti dengan sel epitel squama bertingkat. Bersifat reversible Bersifat irreversible Cedera sel bisa disebabkan oleh: 1. Hypoxia 2. Chemical 3. Infeksi 4. Immunologi 5. Faktor Genetik 6. Ketidakseimbangan nutrisi 7. Trauma fisik 8. Umur Cellular swelling Fatty change ATP depletion: failure of energy-dependent functions →reversible injury → necrosis Mitochondrial damage: ATP depletion → failure of energy dependent-cellular functions → ultimately, necrosis; under some conditions, leakage of mitochondrial proteins that cause apoptosis. Influx of calcium: activation of enzymes that damage cellular components and may also trigger apoptosis. • Accumulation of reactive oxygen species: covalent modification of cellular proteins, lipids, nucleic acids. Increased permeability of cellular membranes: may affect plasma membrane, lysosomal membranes, mitochondrial membranes; typically culminates in necrosis Accumulation of damaged DNA and misfolded proteins: triggers apoptosis Kematian sel dengan gambaran hilangnya integritas membrane sel yang menyebabkan keluarnya isi sel. Keluarnya isi sel ini merangsang terjadinya inflamasi Lisosom adalah organel sel yang berperan dalam terjadinya nekrosis Morfologi : Coagulative Liquefactive Caseous Fat Nekrosis Kematian sel yang terprogram yg dirancang oleh tubuh untuk menghilangkan populasi sel yang tidak menguntungkan. Fisiologis 1. Embryogenesis 2. Menstrual cycle 3. Kematian sel setelah selesai fungsinya Patologis 1. Kerusakan DNA yang disebabkan oleh radiasi 2. Mutasi genes 3. cell injury yang disebabkan oleh infeksi