INDIKATOR

KESEHATAN
 INDIKATOR
ADALAH :
1. SUATU UKURAN YANG MENJADI
PENUNJUK SUATU KONDISI
2. VARIABEL YANG MEMBANTU
KITA DALAM MENGUKUR
PERUBAHAN YANG TERJADI
BAIK SECARA LANGSUNG
MAUPUN TDK LANGSUNG (WHO)
 SIFAT UKURAN/INDIKATOR
INDIKATOR UMUM/KASAR (CRUDE):
– JIKA ANGKA TERSEBUT DIHITUNG DARI
POPULASI PENANGGUNG RISIKO YANG
BERSIFAT UMUM
– MIS: ANGKA KEMATIAN KASAR
(CRUDE DATE RATE)
ANGKA KELAHIRAN KASAR
(CRUDE BIRTH RATE)
INDIKATOR SPESIFIK:
• SUDAH MEMPERHITUNGKAN VARIABEL
YANG TERKAIT/YANG MEMBERI
PENGARUH BERMAKNA
– MIS: UNTUK MENGHITUNG ANGKA
KESUBURAN ,PRIA TIDAK DIIKUTKAN
DALAM PERHITUNGAN
• INDIKATOR INDEKS YANG KOMPOSIT:
– JIKA MERUPAKAN GABUNGAN NILAI
BEBERAPA INDIKATOR YANG DISATUKAN
DENGAN MELALUI WEIGHTING
• MIS: HDI, PHYSICAL QUALITY OF LIFE INDEX, DLL

• INDIKATOR KOMPREHENSIF:
– JIKA MEMPUNYAI MAKNA YANG LEBIH LUAS
DAN MENYELURUH
MIS: ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN
HIDUP, BBLR DSB
 Ukuran-Ukuran Dalam
Epidemiologi
• Rate
• Ratio
• Proporsi
• Populasi At Risk (Kelompok Berisiko) :
• Insidens
• Prevalens
• Angka Kesakitan
• Angka Kematian
• Angka Harapan Hidup
• Measures of Association: RR, OR
JENIS UKURAN
1.1. RATE
BESARNYA NILAI PERISTIWA YANG TERJADI
PADA KESELURUHAN POPULASI DALAM WAKTU
TERTENTU
FEKUENSI KMK MUNCULNYA SUATU KEJADIAN
PADA SEKELOMPOK MASYARAKAT.
PERBANDINGAN SUATU PERISTIWA/EVENT
DIBAGI JUMLAH PENDUDUK YANG MUNGKIN
TERKENA PERISTIWA DIMAKSUD ( POPULATION
AT RISK) DALAM WAKTU SAMA (DALAM %,%O
 FORMAT UMUM DARI RATE ADALAH
Numerator
Rate  xF
Denomin ator
NUMERATOR ADALAH JUMLAH ORANG ATAU
INDIVIDU YANG MENGALAMI PERISTIWA.
DENOMINATOR ADALAH JUMLAH POPULASI
BERISIKO (JUMLAH TOTAL ORANG ATAU
KESELURUHAN INDIVIDU YANG MUNGKIN
MENGALAMI PERISTIWA).
F ADALAH FAKTOR PENGALI, BIASANYA
KELIPATAN 10, MENGKONVERSI RATE DARI
SUATU FRAKSI KE SUATU JUMLAH
 RATE
DAPAT BERARTI
SUATU PERNYATAAN NUMERIS DARI
FREKUENSI KEJADIAN YANG TERJADI
DALAM SUATU KELOMPOK ORANG
TERTENTU (DIDEFINISIKAN) DI DALAM
SATU PERIODE WAKTU TERTENTU

CONTOH: PADA TAHUN 2004, ADA 100

KASUS DEMAM BERDARAH DI SUATU KOTA
YANG BERPENDUDUK 1.250.000 ORANG.
BERAPA RATE KASUS DEMAM BERDARAH
DI KOTA ITU ?
 2. RATIO
• MERUPAKAN NILAI RELATIF YG
DIHASILKAN DARI PERBANDINGAN DUA
NILAI KUANTITATIF YG PEMBILANGNYA
TIDAK MERUPAKAN BAGIAN DARI
PENYEBUT.
• MIS. SEBUAH NILAI KUANTITATIF A DAN
NILAI KUANTITATIF LAIN ADALAH B
MAKA RASIONYA ADALAH A/B
•
• Contoh:
Pada suatu kejadian luar biasa
keracunan makanan terdapat 32
orang penderita dan 12 diantaranya
adalah anak-anak maka rasio anak
terhadap orang dewasa adalah:
RASIO 12 = 0,6
20
 3. PROPORSI
Adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yg
pembilangnya merupakan bagian dari penyebut
Pada proporsi, perbandingan menjadi A/(A+B).
Contoh:
• Pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan
terdapat 32 orang penderita dan 12 diantaranya
adalah anak-anak maka proporsinya (persen)
12 = 0,375 = 37,5%
12+20
 4. RATA – RATA (AVERAGE)
ADALAH ;
SUATU UKURAN NILAI TENGAH YANG
DIPEROLEH DENGAN CARA
MENJUMLAH SEMUA NILAI
PENGAMATAN YANG DIDAPAT,
KEMUDIAN DIBAGI DENGAN BANYAK
PENGAMATAN YANG ADA
 5. FREKUENSI
ADALAH :
SUATU UKURAN YANG MENYATAKAN
BERAPA KALI AKTIVITAS ATAU SUATU
KEGIATAN DILAKSANAKAN PADA
PERIODE WAKTU TERTENTU
 6. CAKUPAN
• ADALAH :
SUATU UKURAN UNTUK MENILAI
PENCAPAIAN HASIL PELAKSANAAN
DARI SUATU TARGET KEGIATAN YANG
DITENTUKAN PADA PERIODE WAKTU
TERTENTU
 A. KEPENDUDUKAN
1. ANGKA PERTUMBUHAN PENDUDUK

(POPULASI GROWTH RATE/R)

RUMUS : PT = PO (1 + R)N
MANFAAT : MENGETAHUI TINGKAT PERTUMBUHAN
PENDUDUK SUATU NEGARA/DAERAH
TTN
INTERPRETASI:
ANGKA PERTUMBUHAN PENDUDUK YANG
MAKIN TINGGI MENUNJUKKAN TINGKAT
PERTUMBUHAN PENDUDUK YANG MAKIN CEPAT
contoh
Jumlah penduduk th 1987 = 165 juta
Jumlah penduduk th 1989 = 172,6725 juta

P2 = P1 (1 + r)²
n = 89 – 87 = 2
172,6725 = 165 (1 + r)²
R = 2,3 (angka pertumbuhan penduduk = 2,3% =
0,023
 2. KEPADATAN PENDUDUK
• Rumus :X xK
Y
• Pembilang (X) : Jumlah Penduduk
• Penyebut (Y) : Luas wilayah dalam Km²
• Konstanta :-
• Manfaat : Mengetahui kepadatan
penduduk di suatu wilayah
 Contoh
• Jumlah penduduk Jakarta tahuh 1989 adalah
9.199.109 jiwa. Luas wilayah Jakarta = 590 km²
Maka kepadatan penduduk Jakarta tahun 1989

Jumlah Penduduk 1.199.109 = 15.591,71 iwa/km²

luas wilayah 590
 3. ANGKA KELAHIRAN KASAR
(CBR = CRUDE BIRTH RATE)
• Rumus :X xK
Y
• Pembilang : Jumlah kelahiran selama 1 tahun
• Penyebut : Banyaknya penduduk pada
pertengahan tahun
• Konstanta (K) : 1000
• Manfaat : Untuk mengetahui tingkat
 Indeks Fertilitas
• Crude Birth Rate : Semua kelahiran hidup yg
dicatat dlm satu thn dibagi dgn jlh penduduk pd
pertengahan thn yg sama dan dikali 1000
• Age Specific Fertility Rate Age Specific Fertility
Rate Jlh kelahiran hidup oleh ibu pd golongan umur
ttt yg dicatat selama satu tahun per 1000 penduduk
wanita pd gol. umur ttt pd thn yg sama
• Total Fertility Rate
lh angka fertilitas menurut gol umur yg dicatat
selama satu tahun
• Crude Death Rate
Jlh kematian yg dicatat selama satu tahun per 1000
penduduk pd pertengahan tahun yg sama
• Age Specific Death Rate
Jlh kematian yg dicatat selama satu tahun pd
penduduk golongan umur ttt dibagi jlh penduduk
pertengahan thn pd golongan umur tt
• Infant Mortality Rate (IMR)
Jlh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yg
dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup
pd thn yg sama
• Neonatal Mortality Rate (NMR)
Jlh kematian bayi berumur kurang dari 28 hari
yg dicatat selama satu thn per 1000 kelahiran
hidup pd thn yg selama satu thn per 1000
kelahiran hidup pd thn yg sama
• Perinatal Mortality Rate (PMR)
Jlh kematian janin yg dilahirkan pd usia
kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah jlh
kematian bayi yg berumur kurang dari 7 hari yg
dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran
hidup pd thn yg sama
• Maternal Mortali\\\\\\\\ty Rate (MMR)
Jlh kematian ibu sebagai akibat
komplikasi kehamilan, persalinan dan
masa nifas yg dicatat selama satu thn per
1000 kelahiran hidup pd thn yg sama.
• Case Fatality Ratio (CFR)
Perbandingan jlh kematian karena
penyakit tertentu yg tjd selama satu tahun
dgn jlh penderita penyakit tsb pd tahun yg
sama.
 B. DERAJAT KESEHATAN
1. PROPORSI PENYAKIT RAWAT JALAN DI
PUSKESMAS
Rumus :XxK
Y
Pembilang : Jumlah kasus baru penyakit tertentu
pada pasien rawat jalan di Puskesmas
pada periode waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh kasus baru
penyakit pasien rawat jalan
di Puskesmas pada periode
Konstanta : 100
Manfaat : Untuk mengetahui pola penyakit rawat
jalan Puskesmas di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu secara cross sectional dan longitudinal
meliputi:
1. Potret pola penyakit rawat jalan di Puskesmas.
2. Perbandingan pola penyakit rawat jalan antar
Puskesmas
3. Pemantauan pola penyakit rawat jalan
Puskesmas
4. Penilaian transisi pidemiologi peny
5. Perencanaan upaya pencegahan dan
penanggulangan
INTERPRETASI :
PENYAKIT YG MENDUDUKI PERINGKAT 1 SP 20
DIANGGAP SEBAGAI PENYAKIT UTAMA PADA
PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS
CONTOH :
KUNJUNGAN KASUS BARU PENYAKIT DIARE PADA
RAWAT JALAN PUSKESMAS X TAHUN 1980
TERCATAT 20.000 KASUS.KUNJUNGAN KASUS BARU
PENDERITA RAWAT JALAN SELURUH PENYAKIT
TERCATAT 50.000.
PROPORSI PENYAKIT DIARE ADALAH
20.000/50.000 X 100% = 40%
 C. UPAYA KESEHATAN
1. CAKUPAN PUSKESMAS
RUMUS :X XK
Y
PEMBILANG : JUMLAH KUNJUNGAN BARU
DIDALAM DAN DI LUAR GEDUNG PUSK
DALAM SUATU PERIODE WAKTU
TERTENTU
PENYEBUT : JUMLAH PENDUDUK WILAYAH
PUSKESMAS TSB PADA PERIODE
WAKTU YANG SAMA
KONSTANTA : 100
MANFAAT :
UNTUK MENGETAHUI PROPORSI
PENDUDUK DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS YG MENGGUNAKAN
PUSKESMAS TERSEBUT
INTERPRETASI :
SEMAKIN TINGGI ANGKA CAKUPAN
PUSKESMAS, BERARTI SEMAKIN
BANYAK PENDUDUK YG
MEMANFAATKAN PUSKESMAS TSB
 2. ANGKA PENGGUNAAN TEMPAT
TIDUR (BED Occupancy Rate= bor)
Rumus :X xK
Y
Pembilang : Jumlah hari perawatan di rumah sakit
pada suatu periode waktu tertentu
Penyebut : Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam
periode waktu yang sama
Konstanta : 100
Manfaat : Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
tempat tidur
Interpretasi : Angka BOR yang rendah  kurang
pemnfaatan tempat tidur
Angka BOR yang tinggi  tingkat
pemanfaatan tempat tidur yg tinggi
( > 85%)  perlu penambahan
tempat tidur
Contoh : Tahun1988 di RS Melati jumlah
hari rawat 16.425 hari. Jumlah tempat
tidur 60 buah.
Maka BOR RS Melati =
16.425/(60 x 365) x 100% = 75%
 3. RATA-RATA LAMANYA DIRAWAT
(AVERTAGE LENGTH OF STAY = ALOS)
Rumus :X
Y
Pembilang : Jumlah hari perawatan pasien rawat
inap (hidup dan mati ) di RS
Penyebut : Jumlah pasien rawat inap yang keluar
(hidup dan mati) di RS
Manfaat : Untuk mengukur efisiensi pelayanan RS
Untuk mengukur mutu pelayanan RS
 4. TOI (Turn Over Interval)
Tenggang perputaran tempat tidur
RATA-RATA HARI DIMANA TEMPAT TIDUR TIDAK
DITEMPATI DARI TELAH DIISI KE SAAT TERISI
BERIKUTNYA (DEPKES RI. 2005).

• INDIKATOR INI MEMBERIKAN GAMBARAN TINGKAT

EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR. I
DEALNYA TEMPAT TIDUR KOSONG TIDAK TERISI
PADA KISARAN 1-3 HARI.

• RUMUS TOI = ((JUMLAH TEMPAT TIDUR X PERIODE) –

HARI PERAWATAN) / JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP
+ MATI)
 5. BTO (Bed Turn Over) = Angka
perputaran tempat tidur
• ADALAH FREKUENSI PEMAKAIAN TEMPAT TIDUR
PADA SATU PERIODE, BERAPA KALI TEMPAT
TIDUR DIPAKAI DALAM SATU SATUAN WAKTU
TERTENTU (DEPKES RI. 2005).

• IDEALNYA DALAM SATU TAHUN, SATU TEMPAT

TIDUR RATA-RATA DIPAKAI 40-50 KALI.

• RUMUS BTO = JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP +

MATI) / JUMLAH TEMPAT TIDUR
 6. NDR (Net Death Rate)

NDR ADALAH ANGKA KEMATIAN 48 JAM

SETELAH DIRAWAT UNTUK TIAP-TIAP 1000
PENDERITA KELUAR (DEPKES RI. 2005).

INDIKATOR INI MEMBERIKAN GAMBARAN

MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT.

RUMUS NDR = (JUMLAH PASIEN MATI > 48

JAM / JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP +
MATI)) X 1000 PERMIL
 7. GDR (Gross Death Rate)
GDR ADALAH ANGKA KEMATIAN UMUM
UNTUK SETIAP 1000 PENDERITA KELUAR
(DEPKES RI. 2005).

RUMUS GDR = ( JUMLAH PASIEN MATI

SELURUHNYA / JUMLAH PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)) X 1000 PERMIL
•
• BTO = Bed Turn Over :
• Frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam
satu satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat
tidur rumah sakit dipakai. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur.
•
• )
• Rumus = Jumlah pasien keluar ( hidup + mati
Jumlah tempat tidur
 INSIDENS
GAMBARAN TENTANG FREKUENSI PENDERITA
BARU SUATU PENYAKIT YANG DITEMUKAN PADA
SUATU WAKTU TERTENTU DI DALAM KELOMPOK
MASYARAKAT.
HARUS DIKETAHUI TERLEBIH DAHULU TENTANG :
– DATA TENTANG JUMLAH PENDERITA BARU.
– JUMLAH PENDUDUK YANG MUNGKIN TERKENA
PENYAKIT BARU
 1. INSIDENS RATE
INSIDENS :
 YAITU JUMLAH PENDERITA BARU SUATU PENYAKIT YANG
DITEMUKAN PADA SUATU JANGKA WAKTU TERTENTU
(UMUMNYA 1 TAHUN) DIBANDINGKAN DENGAN JUMLAH
PENDUDUK YANG MUNGKIN TERKENA PENYAKIT BARU
TERSEBUT PADA PERTENGAHAN JANGKA WAKTU YANG
BERSANGKUTAN.
 MANFAAT INCIDENCE RATE ADALAH :
- MENGETAHUI MASALAH KESEHATAN YANG DIHADAPI
- MENGETAHUI RESIKO UNTUK TERKENA MASALAH
KESEHATAN YANG DIHADAPI
- MENGETAHUI BEBAN TUGAS YANG HARUS
DISELENGGARAKAN OLEH SUATU FASILITAS YANKES.
• RUMUS YANG DIGUNAKAN:
∑ PENDERITA BARU
INSIDEN RATE =−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−X K
∑ PENDUDUK YG MUNGKIN TERKENA
PENYAKIT TERSEBUT PD PERTENGAHAN TAHUN

• K = KONSTANTA ( 100%, 1000 ‰) X K

CONTOH :
PADA SUATU DAERAH DENGAN
JUMLAH PENDUDUK TGL 1 JULI 2005
SEBANYAK 100.000 ORANG SEMUA RENTAN
TERHADAP PENYAKIT DIARE
DITEMUKAN LAPORAN PENDERITA BARU
SEBAGAI BERIKUT : BULAN JANUARI 50
ORANG, MARET 100 ORANG, JUNI 150
ORANG, SEPTEMBER 10 ORANG DAN
DESEMBER 90 ORANG
IR = ( 50+ 100+150+10 +90) /100.000 X 100 % =
0,4 %
MANFAAT :
PENGAMATAN DAN RENCANA PENANGGULANGAN
PENYAKIT MELIPUTI:
1. POTRET MASALAH PENYAKIT TERTENTU
2. ANGKA . DARI BEBERAPA PERIODE DAPAT DI
GUNAKAN UNTUK MELIHAT TREN DAN FLUKTUSI
PENYAKIT
3. PEMANTAUAN DAN EVALUASI UPAYA PENCEGAHAN
DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
4. PERBANDINGAN ANGKA INSIDENSI ANTAR WILAYAH
DAN ANTAR WAKTU
INTERPRETASI : MAKIN BESAR ANGKA
INSIDENSI BERARTI MAKIN BESAR MASALAH
PENYAKIT TSB

CONTOH : SELAMA TAHUN 2000 DILAPORKAN

SEBANYAK 126 KASUS PENYAKIT DHF
DARI SUATU POPULASI SEBESAR 20.000
MAKA ANGKA INSIDENSI PENYAKIT TERSEBUT =
126/20.000 X 1.000 = 126/20 = 6,3 KASUS / 1000
POPULASI
 2. ATTACK RATE
JUMLAH PENDERITA BARU SUATU PENYAKIT YANG
DITEMUKAN PADA SUATU SAAT DIBANDINGKAN
DENGAN JUMLAH PENDUDUK YANG MUNGKIN
TERKENA PENYAKIT TERSEBUT PADA SAAT YANG
SAMA DALAM %, PERMIL.
• CONTOH
DARI 500 ORANG MURID YANG TERCATAT PADA SD
X TERNYATA 100 ORANG TIBA-TIBA MENDERITA
MUNTABER SETELAH MAKAN NASI BUNGKUS DI
KANTIN SEKOLAH.
• ATTACK RATE = 100 / 500 X 100% = 20 %
AR HANYA DIGNKAN PD KEL.MASY TERBATAS,
PERIODE TERBTS,
• MIS KLB.

• Rumus : X x K
Y
• Pembilang (X) :
Jumlah kasus penyakit sejak ditemu kannya kasus
pertama sp berakhirnya masa inkubasi kasus
terakhir penyakit tsb dlam kelompok masy yg
terancam diwilayah tertentu
PENYEBUT (Y) :
JUMLAH PENDUDUK YG TERANCAM DI WILAYAH
DAN PADA PERIODE WAKTU YG SAMA
KONSATANTA (K) : 100
MANFAAT :
1. UNTUK MENGETAHUI KECEPATAN DAN
JANGKAUAN PENYEBARAN SUATU PENYAKIT
DI SUATU WILAYAH PADA SUATU WABAH
2. MEMPERKIRAKAN DERAJAT SERANGAN ATAU
PENULARAN SUATU PENYAKIT.
MAKIN TINGGI NILAI AR, MAKA MAKIN
TINGGI PULA KEMAMPUAN PENULARAN
PENYAKIT TERSEBUT.
INTERPRETASI:
BILA ATTACK RATE SUATU PENYAKIT TINGGI,
BERARTI KECEPATAN DAN JANGKAUAN
PENYEBARAN PENYAKIT TSB TINGGI
CONTOH :
DALAM SUATU KEJADIAN LUAR BIASA (OUTBREAK)
YANG MENGENAI 26 KASUS DARI SUATU PENY “X”,
7 DARI KASUS ADALAH WANITA DAN 19 ADALAH
PRIA. KLB TERSEBUT MUNCULN PADA
MASYARAKAT YG TERDIRI DARI 9 WANITA DAN 87
PRIA
• Attack Rate pada pria : 19/87 x 100 = 21,8

• Attack rate pada wanita : 7/9 x 100 = 77,8

• Attack rate keseluruhan : 26/96 x 100 = 27,1

 3. SECONDARY ATTACK RATE

JUMLAH PENDERITA BARU SUATU PENYAKIT

YANG TERJANGKIT PADA SERANGAN KEDUA
DIBANDINGKAN DENGAN JUMLAH
PENDUDUK DIKURANGI YANG TELAH
TERKENA PADA SERANGAN PERTAMA
DALAM % ATAU ‰
CONTOH :
• JUMLAH PENDUDUK 1000 ORANG,
DILAPORKAN SBB : BULAN APRIL 2005
TERJANGKIT PENYAKIT X SEBANYAK 150
PENDERITA.BULAN AGUSTUS 2005
TERJADI SERANGAN PENYAKIT YANG
SAMA DENGAN PENDERITA 250 ORANG
• SECONDARY ATTACK RATE = 250/1000-
150 X 100% = 29,41%
3. CASE FATALITY RATE ( cfr)
Rumus :X xK
Y
Pembilang : Jumlah kematian karena penyakit
tertentu di suatu wilayah pada
periode waktu tertentu
Penyebut : Jumlah kasus penyakit yang sama pada
wilayah dan periode waktu tertentu
Konstanta : 100
MANFAAT :
1. UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KEGANASAN
SUATU PENYAKIT
2. UNTUK MENGETAHUI EFEKTIFITAS UPAYA –
UPAYA PENANGGULAN SUATU PENYAKIT
TERTENTU
INTERPRETASI :
CFR SUATU PENYAKIT YG TINGGI
MENUNJUKKAN PENYAKIT TERSEBUT
DAN ATAU UPAYA PENANGGULANGAN
NYA KURANG EFEKTIF
.
• Contoh : Jumlah anak yg menderita penyakit
• campak morbili tercatat sebesar 1000
anak dan 50 diantaranya meninggal
• karena campak
• Maka CFR penyakit campak adalah :
CFR = 50/1000 x 100% = 5%
4. Angka Kematian Bayi (Infant mortality rate)
5. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rangka)
6. Angka Kematian anak (Child mortality rate)
7. Angka Kematian Ibu
8. Angka Kematian Neonatal
 2. PREVALEN
GAMBARAN TENTANG FREKUENSI PENDERITA
LAMA DAN BARU YANG DITEMUKAN PADA SUATU
JANGKA WAKTU TERTENTU DI SEKELOMPOK
MASYARAKAT TERTENTU.

PADA PERHITUNGAN ANGKA PREVALENSI,

DIGUNAKAN JUMLAH SELURUH PENDUDUK TANPA
MEMPERHITUNGKAN ORANG/PENDUDUK YANG
KEBAL ATAU PENDEUDUK DENGAN RESIKO
(POPULATION AT RISK). SEHINGGA DAPAT
DIKATAKAN BAHWA ANGKA PREVALENSI
SEBENARNYA BUKAN-LAH SUATU RATE YANG
MURNI, KARENA PENDUDUK YANG TIDAK
MUNGKIN TERKENA PENYAKIT JUGA DIMASUKKAN
DALAM PERHITUNGAN.
• Mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yg
menderita suatu penyakit pada suatu titik waktu
tertentu.
Prevalence rate =
jlh kasus2 penyakit yg ada (kasus baru & lama)
jlh penduduk seluruhnya
• Bila prevalence rate ditentukan pd suatu saat
misalnya pd Juli 1993, maka disebut sbg POINT
PREVALENCE RATE,
• bila ditentukan selama suatu periode waktu
tertentu misalnya 1 Jan 1993 – 31 Des 1993 maka
disebut sbg PERIODE PREVALENCE RATE
HUBUNGAN INCIDENCE &
PREVALENCE
• Angka prevalensi dipengaruhi oleh
tingginya insidensi dan lamanya sakit.
• Lamanya sakit ialah periode mulai
didiagnosanya penyakit sampai
berakhirnya penyakit tsb yaitu sembuh,
berakhirnya penyakit tsb yaitu sembuh,
mati atau kronis
• P = I x D (Prevalence, Incidence &
Duration of illness)
 A) PERIOD PREVALEN RATE
• JUMLAH PENDERITA LAMA DAN BARU SUATU PENYAKIT
YANG DITEMUKAN PADA SUATU JANGKA WAKTU TERTENTU
DIBAGI DENGAN JUMLAH PENDUDUK PADA PERTENGAHAN
JANGKA WAKTU YANG BERSANGKUTAN
• NILAI PERIODE PREVALEN RATE HANYA DIGUNAKAN UNTUK
PENYAKIT YANG SULIT DIKETAHUI SAAT MUNCULNYA,
MISALNYA PADA PENYAKIT KANKER DAN KELAINAN JIWA.

• RUMUS YANG DIGUNAKAN :

JUMLAH PENDERITA LAMA & BARU
PPR = −−−−−−−−−−−−--------------------------------−−−−−−−XK
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN
 b) Point Prevalen Rate

• JUMLAH PENDERITA LAMA DAN BARU SUATU

PENYAKIT PADA SUATU SAAT DIBAGI DENGAN
JUMLAH PENDUDUK PADA SAAT ITU.
• DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK MENGETAHUI
MUTU PELAYANAN KESEHATAN YANG
DISELENGGARAKAN.
RUMUS :
PENDERITA LAMA & BARU SAAT ITU
POINT PREVALEN RATE = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−XK
JUMLAH PENDUDUK SAAT ITU