Anda di halaman 1dari 33

OLEH:

Dra. ZULTINIAR, M.Si


ATOMIC ABSORTION
SPECTROPHOTOMETER
AAS

Untuk mengidentifikasi keberadaan logam-


logam dalam suatu zat sekaligus untuk
menentukan konsentrasinya. Alat ini Sangat
sensitive sehingga dapat mendeteksi unsur-
unsur yang merupakan trace dalam zat yang
dianalisa.
.
I PRINSIP KERJA AAS
AAS bekerja berdasarkan penyerapan (absorbsi) energi
radiasi. Alat-alat tersebut dilengkapi dengan lampu-lampu yang
dapat memencarkan berkas sinar dengan panjang gelombang
tertentu. Sinar itu dilewatkan sample yang dianalisa dan karena
unsur-unsur memiliki sifat yang spesifik, yaitu hanya menyerap
sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu saja, maka sinar
tersebut hanya akan diserap oleh unsur-unsur yang sesuai
dengan panjang gelombang tersebut. Makin banyak unsur
terkandung dalam sample, jumlah energi yang diserap makin
banyak pula. Dengan mengetahui prosentasi energi yang diserap
(sering dinyatkan dengan absorbansi), maka jumlah unsur
dalam sample tersbut dapat ditentukan.
Pada AAS penyerapan dilakukan oleh atom. Oleh karena
itu sample harus dalam bentuk gas. Jika sample dalam berujud
cair atau padat, sample tersebut harus diuapkan terlebih dahulu
dan diikuti disosiasi molekul untuk menghasilkan atom-atom
bebas.
Tingkat kejadian dari pemasukan sample/larutan dalam nyala
6 M+*
5 M+
4 MO 4a M*

MA+ MO 3a M
3b 3c

2 MA Dalam Ruang Pengabutan

1 M+A- Dalam larutan


1. Reduksi ukuran partikel menjadi titik kabut halus dan
penguapan pelarut
2. Penguapan zat terlarut yang berupa garam-garam Volatilisasi
partikel padat
3. a. Dissosiasi termis molekul netral zat terlarut menjadi atom-
atom
b. Terjadi eksitasi molekul-molekul yang tak terdisosiasi
c. Terjadi juga pembentukan senyawa oksida yang sukar pecah
4. Eksitasi atom ke berbagai tingkat energi
5. Ionisasi atom
6. Eksitasi ion.

Pada AAS kejadiaan yang diharapkan adalah step 1 – 2 –


3a dimana pada step 3a ini hanya terjadi atom-atom yang
masih berada pada tingkat dasar, selanjutnya dengan adanya
radiasi yang dilewatkan terjadi penyerapan dan terjadi eksitasi
atom-atom ke tingkat yang lebih tinggi (step 4 )
Sebagai bahan bakar dalam proses
pengatoman sering digunakan beberapa
campuran :
1. Propan+Udara suhu maksimum 1800oC
2. Udara+Acetylen suhu maksimum 2300oC
3. N2O+Asetylen suhu maksimum 3000oC
II. KOMPONEN-KOMPONEN AAS
II.1 Bagan susunan alat keseluruhan

Sinar dari sumber radiasi dengan panjang


gelombang yang sesuai untuk unsur yang akan
ditentukan konsentrasinya dilewatkan nyala api
otomizer yang disembur dengan kabut larutan sample.
Setelah melewati nyala api, daerah spectrum sinar
yang akan diukur diseleksi oleh monocromator.
Selanjutnya spektrm sinar yang sudah diisolasi itu
ditangkap oleh photomultiplier sebagai detector untuk
kemudian ditampilkan pada alat pembaca, yang
berupa layar digital atau chart recorder.
II.2. Flame Atomizer
Bahan bakar dan zat pengoksidasi diumpankan ke
dalam ruang pencampuran melalui sederatan baffle
menuju ke Burner Heat. Pemasangan baffle ini
bertujuan agar bahan bakar dan oksidan bercampur
dengan sempurna.
Larutan sample disuntikan kedalam ruang
pencampuran menghasilakan tetes-tetes cairan.
Tetes-tetes cairan yang berukuran besar akan
terpecah menjadi lebih kecil setelah menumbuk
mixing baffle sehingga tetesan ini akan sampai pada
nyala api burner heat dengan ukuran yang seragam.
II.3 Sumber Radiasi
Katoda

Anoda

Sumber radiasi untuk AAS yang paling baik dalah Hollow


Cathoda lamp. Lampu ini terdiri dari sebuah tabung yang
terbuat dari gelas atau kwarsa dengan dua buah elektroda. Satu
elektroda berfungsi sebagai katoda dan yang sebuah lagi sebagai
anoda. Katoda terbuat dari unsur tertentu dan berbentuk seperti
mangkok. Jadi untuk setiap jenis unsur yang akan dianalisa
harus digunakan lampu katoda yang sesuai.
II.4 Monocromator

Berfungsi untuk memisahkan garis


resonansi atau dari garis spektrum yang
dipancarkan oleh sumber cahaya, sehingga
hanya satu panjang gelombang tertentu saja
yang diukur oleh detector. Monocromator yang
baik dapat mengisolir hanya satu garis
resonansi saja yang lain dibuang. Kesanggupan
untuk memisah misahkan spectrum sinar
merupakan faktor yang paling penting dalam
suatu monokromator.
III. ANALISA MENGGUNAKAN AAS
III.1 Teknik pengukuran dan pembuatan kurva
kalibrasi

a. Cara kurva kalibrasi


b. Cara penambahan standar
c. Cara pembacaan konsentrasi secara langsung
(pemakaian kurva kalibrasi)
a. Cara kurva kalibrasi
Sebelum mulai menganalisa sample,
disiapkan satu set larutan standar yang
konsentrasi unsur-unsurnya sudah diketahui.
Larutan standar dengan beberapa macam
konsentrasi ini selanjutnya dianalisa untuk
membuat kurva kerja (kurva kalibrasi), yaitu
kurva yang menunjukkan hubungan antara
nilai absorban dengan konsentrasi
A3
Absorbansi sampel

A2
Koreksi Blanko A1
0 c1 c2
konsentrasi sampel

Gambar Bentuk Kurva Kalibrasi


Dalam penggunaan cara kurva kalibrsi, beberapa hal yang
perlu diperhatikan :

1. Bila komposisi larutan standar berbeda dengan sampel


yang akan diukur
Konsentrasinya, dapat terjadi kesalahan pengukuran akibat
interferensi unsur-unsur lain tersebut. Untuk mencegah
hal ini
a. Unsur yang akan ditentukan konsentrasinya dipisahkan
b.Unsur-unsur yang dapat menyebabkan terjadinya
interferensi dihilangkan terlebih dahulu
c. Ditambahkan zat-zat yang dapat menekan interferensi
itu (kalau ada)
d. Jika komposisi sample sudah diketahui, diusahakan
membuat laruan standar sesuai dengan komposisi sample.
2. Sebaiknya kurva kalibrasi dengan minimal tiga titik
data larutan standar agar di dihasilkan kurva yang
jelas
3. Kisaran kurva kallibrasi hendakknya dibuat cukup
luas sehingga konsentrasi sample selalu berada
diantaa konsentrasi terendah dan tertinggi dan tak
perlu dilakukan ekstrapolasi.
4. Kemiringan kurva kalibrasi dapat berubah
tergantung skala pada sumbu tegak dan sumbu datar
yang digunakan. Jika suatu pengukuran teputus
(untuk waktu yang cukup lama, sebaiknya dibuat
kurva kalibrasi baru sebelum melanjutkan.
b. Cara Penambahan Standar
Tambahkan
Sampel Pengukuran
Aquades untuk
menyamakan volum

Larutan Standar

50 45 40 50 ml sampel
5 10
0 ml. 5 ml. 10 ml mis. 100 ppm
50 50 50 Cr adalah standar
50 ml . 45ml dan 40 ml adalah
aquades atau pelarut
Tiap tiap larutan ditentukan nilai absorbannya dengan AAS,
kemudian dibuat kurva kerja yang menunjukkan hubungan
antara nilai absorban dengan konsentrasi. Nilai konsentrasi
untuk larutan yang diukur dapat terletrak pada sumbu x
positif atau sumbu x negatif yang dibuat dengan skala yang
sama dengan sumbu x positif. Nilai absorban dicantumkan
pada sumbu y
Kurva kerja yang dihasilkan dianggap linier sampai
konsentrasi yang sangat rendah sehingga kurva tersebut dapat
diperpanjang sampai nilai absorban = 0
Titik potong kurva tersebut dengan sumbu x (pada nilai
absorban=0) menunjukkan konsentrasi larutan sample
Konsentrasi sample yang diperoleh harus dikalikan
dengan banyaknya pengenceran karena dengan penambahan
aquades untuk menyamakan volum, sample mengalami
pengenceran.
c Cara Pembacaan Konsentrasi secara
.

langsung

Cara ini adalah pemanfaatan cara kurva kalibrasi.


Pada daerah konsentrasi yang ditunjukkan oleh
bahagian linier kurva kalibrasi, dianalisa larutan
blangko (larutan yang absorbanya nol) dan satu atau
lebih larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Larutan-larutan standar dengan konsentrasi
tertentu itu diukur absorbannya dengan AAS,
kemudian nilai absorbannya diset pada nilai
konsentrasi masing-masing, sehingga konsentrasi
dari sampel yang belum diketahui dapat ditentukan
Contoh : Apabila konsentrasi sampel 1ppm,
nialai absorbannya diset 10 pada skala 10 ppm,m
bila nilai absorban yang ditunjukkan pada AAS
angka 5 berarti konsentrasi sampel adalah 0,5 ppm.

Hal yang perlu diperhatikan


1.Pembacaan langsung ini hanya dapat
dilakukan pada kurva yang linier
2.Sebaiknya digunakan untuk daerag yang
absorbannya rendah
3.Cara ini harus digunakan untuk setiap
pengukuran, dan nyala haus selalu diamati
III. 2 . Penyiapan Sampel

Beberapa cara yang sering digunakan untuk


penyiapan sample:
a. Pengabuan basah atau pelarutan asam
b. Peleburan
c. Pelarutan bertekanan
d. Pengabuan kering
e. Pelarutan dengan oven microwave
a. Pengabuan basah atau pelarut asam
Sampel padat dapat dilarutkan dalam satu
macam atau campuran dari beberapa jenis asam. Asam-
asam yang biasa digunakan adalah asam klorida, asam
nitrat, air raja (campuran 3:1 HCl dan HNO3), asam
perklorat, asam flurida, asam sulfat.
Pemilihan jenis asam tergantung pada jenis logam
yang akan dilarutkan. Contoh : sebahagian logam akan
larut dalam asam klorida, asam nitrat, atau air raja.
Adapaun sample-sampel biologi dengan jaringan yang
komplek akan larut dengan baik dalam asam perklorat
atau asam sulfat. Asam perklorat juga dapt dimanfaatkan
untuk memecah ikatan-ikatan komplek Florida. Ikatan
silica dalam sample geologi atau biologi dapat dipecah
oleh asam klorida
Asam-asam yang digunakan untuk
pelarutan ini harus dalam kemurnian yang sangat
tinggi. Untuk analisis pada umumnya, grade
‘Analar’ sudah cukup baik, tetapi untuk analisis-
analisis pada tingkat ppb, sebaiknya digunakan
asam ‘Arista’ atau ‘Suprapur’.
Biasanya, pelarutan dengan asam dapat
dilakukan dengan gelas pyrex, tetapi jika dengan
menggunakan asam fluorida atau melarutkan
logam-logam semacam natrium, sebaiknya
digunakan wadah berlapis teflon atau platina .
b. Peleburan
Cara ini dilakukan dengan
mencampur sample dan flux dalam krus lalu
dilebur dalam nyala yang sangat panas.
Leburan dihasilkan diekstrak dengan air
atau asam.
Cara ini sering digabung dengan
pelarutan asam untuk memperoleh hasil
yang sempurna. Kelemahan cara ini adalah
kemungkinan terbentuknya banyak garam
yang dapat mengganggu pengukuran dengan
AAS.
Beberapa jenis flux dapat digunakan
misalnya:
1. Natrium karbonat untuk sample-sampel
sederahana atau sample dengan
kandungan belerang tinggi.
2. Natrium tetraborat dan litium metaborat
dipilih untuk sample yang banyak
mengandung silikon.
3. Kalium bifluoride digunakan untuk logam-
logam bumi yang langka. Untuk
kebanyakan sample, natrium peroksida
dapat berfungsi dengan baik.
c. Pelarutan Bertekanan.
Cara ini digunakan bila dalam sample
terdapat senyawa-senyawa mudah menguap yang
dikhawatirkan hilang bila digunakan cara lain.
Sampel ditutup rapat dengan Parrbomb bersama
dengan campuran asam, kemudian bomb tersebut
diset pada suhu 150 °C dan tekanan tinggi selama
kurang lebih semalam. Cara ini biasanya digunkan
untuk merkuri dan silikon.
D. Pengabuan kering.

Cara ini digunakan untuk sample-sampel


dengan kandungan karbon tinggi. Sampel
dipanaskan dengan udara dalam suatu oven sampai
seluruh senyawa organic terbakar. Untuk
mencegah kehilangan senyawa-senyawa volatile,
sering ditambahkan magnesium nitrat. Setelah
pengabuan, residu yang diperoleh dilarutkan dalam
asam klorida atau asam nitrat. Cara ini sesuai
untuk batu bara, resin, dan bahan-bahan tumbuhan.
f. Pelarutan dengan oven microwave

Sample ditempatkan dalam wadah polikarbonat


atau botol Teflon yang ditutup rapat, kemudian
dimasukkan ke dalam oven microwave. Cara ini
memenfaatkan
kombinasi tekanan tinggi dan suhu tinggi untuk
melabur sample. Keuntungan cara ini adalah
waktunya sangat singkat yaitu hanya dalam
hitungan menit.
Oven Microwave
III.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nilai Absorban

1. Panjang gelombang sinar


Pada umumnya unsur-unsur hanya
menyerap sinar-sinar dengan panjang
gelombang tertentu saja
Derajat penyerapan dapat berbeda-beda
untuk unsur-unsur yang sama tergantung
panjang gelombang yang digunakan.
Sebagai contoh spectrum penyerapan oleh
logam Cu pada 2 macam konsentrasi, pada
spectrum tersebut absorban yang jelas teramati
pada panjang gel 324,8nm dan 327,5
2. Kuat Arus pada Lampu

Pada umumnya kepekaan Absorban


berkurang dengan meningkatnya kuat arus
lampu terlihat pada gambar. Selain itu
dengan kuat arus yang tidak terlalu
tinggi, umur lampu menjadi lebih
panjang. Pengukuran sebaiknya
dilakukan pada kuat arus rendah.
3. Kondisi Nyala pada Burner

Unsur-unsur tertentu
membutuhkan suhu yang tidak terlalu
tinggi untuk dapat teratomisasi dengan
baik
Ada unsur-unsur yang membutuhkan
suhu yang lebih tinggi untuk teratomisasi
Suhu pada burner dapat dipilih
dengan kombinasi bahan bakar yang
sesuai
4. Laju Alir Acetylen
Untuk beberapa unsur tertentu. Kecepatan
aliran acetylen akan meningkatkan kepekaan
pengukuran
Ada unsur-unsur yang membutuhkan kecepatan
aliran acetylen rendah untuk memperoleh kepekaan
yang tinggi seperti: unsure Ca dan Mg hanya
membutuhkan kec aliran acetylen 1,5 ltr/menit dan
kecepatan aliran udara konstan 7,8 l/menit
Untuk pengukuran-pengukuran yang
menggunakan pelarut oganik kecepatan aliran dari
acetylen umumnya setengah dari kecepatan aliran
yang biasa karena pelarut–pelarut itu juga ikut

Anda mungkin juga menyukai