Anda di halaman 1dari 17

AMANDA DAMAYANTI PABISA

 Seorang perempuan usia 52 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan


mulutnya mencong ke kiri sejak 1 hari yang lalu.
Penatalaksanaan Edukasi Komplikasi Pencegahan
Prognosis

Patogenesis Anamnesis

RM

Gejala Klinis Pemeriksaan


Fisik

Differential Working Pemeriksaan


Epidemiologi Penunjang
Diagnosis Diagnosis
dan Etiologi
 Identitas  Trauma -
 KU  Kejadian di pagi hari
 RPS setelah bangun tidur

 RPD  Tidak ada kebas


 Mata kanan tidak dapat
menutup sempurna
 Minum tumpah dari
sudut bibir kanan
• Pemeriksaan Neurologis: TAMPAK SAKIT

• Motorik : GCS : E4 M6 V5 
COMPOS MENTIS
• Mengerutkan dahi TD : 110/70
• Mengangkat alis NADI : 70x/menit
• Memejamkan mata SUHU: 36,5

• Mengembungkan KESAN : Saraf kranialis


tipe kelainan
pipi N.VII(kanan) perifer

• Menyeringai
• Sensoris : test rasa
• Refleks : test refleks
kedip
• Tidak Ada PP yang pasti
• Electromyography (EMG)
• X-Ray, CT-scan, MRI :
menyingkirkan diagnosis
tumor dan ca
 BELL’S PALSY
 penyakit idiopatik dan merupakan penyakit saraf tepi yang bersifat akut dan
mengenai nervus fasialis (N.VII) yang menginervasi seluruh otot wajah yang
menyebabkan kelemahan atau paralisis satu sisi wajah.
STROKE TRAUMA KEPALA INFEKSI TUMOR

Patologis ini menyebabkan Lesi traumatis saraf Virus herpes simpleks Tumor primer nervus
perdarahan dari sebuah wajah paling sering tipe 1 (HSV-1) dan virus fasialis jarang terjadi
robekan yang terjadi pada ditemukan pada fraktur varicella-zoster dan paling sering
dinding pembuluh atau
tulang temporal akibat memiliki sifat diwakili oleh
kerusakan sirkulasi
serebral oleh oklusi parsial trauma kraniocerebral. neurotropisme, yang schwannoma.
atau seluruh lumen Ganglion genikulatum menyebabkan infeksi Schwannoma adalah
pembuluh darah dengan saraf fasialis merupakan laten pada sistem saraf tumor jinak, yang
pengaruh yang bersifat tempat tersering perifer. tumbuh perlahan dan
sementara atau permanen . terkena trauma. dapat ditemukan di
segmen nervus fasialis
manapun.
 Belum diketahui pasti.
 Bisa karena virus, infeksi, dan autoimun.
 Iklim,suhu rendah,kelembapan menyebabkan iritasi pada n.VII

 Di Amerika Serikat insiden bells palsy setiap tahun sekitar 23 kasus per 100.000
ribu orang, 63% mengenai wajah sisi kanan.
PATOFISIOLOGI

Inflamasi akut pada nervus fasialis  Peningkatan diameter nervus fasialis


Gangguan konduksi dan impuls Kompresi nervus fasialis saat

keluar tulang temporal

Lesi LMN  Paralisis nervus fasialis LMN
 Crocodile tear phenomenon
 Synkinesis
 Hemifacial spasm
 Kontraktur
Kortikosteroid  Anti Virus  Pemberian Vitamin B  membantu
Prednison dengan Acyclovir , dewasa : proses perbaikan saraf-
dosis awal 400mg/hari selama 7-10 saraf rusak. Tujuannya
1mg/kgBB/hari hari, anak: >2th 20mg/kg untuk meningkatkan
dalam dosis terbagi selama 10 hari sintesis asam nukleat dan
diberikan sampai 7 protein di dalam sel saraf
hari dan diturunkan yang digunakan untuk
pada hari berikutnya mielinisasi dan stimulus
sampai dosis nol. regenerasi saraf.
 Tindakan fisioterapi seperti terapi panas superfisial, elektroterapi menggunakan
arus listrik.
 Pemberian air mata buatan, lubrikan, dan pelindung mata.
 Pemakaian kacamata dengan lensa berwarna atau kacamata hitam kadang
 Latihan dan pemijatan wajah disertai kompres panas
 Pembedahan
 Jika sudah terjadi ectropion yang parah dapat dilakukan lateral tarsorrhaphy.
 Lindung wajah dari angin dengan menggunakan helm pada saat berkendaraan

 Tidak menggunakan kipas angin langsung menerpa wajah langsung

 Tidak membiasakan diri untuk mandi dengan air dingin di malam hari

 Setelah berolahraga berat, tidak langsung mandi atau cuci muka dengan air dingin

 Saat pengobatan jangan membiarkan wajah terkena angin langsung.


 Pada umumnya prognosis Bell’s palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh

dalam waktu 6 minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. Penderita yang
berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total dan beresiko
tinggi meninggalkan gejala sisa.

 Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan

gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan kadang spasme hemifasial.
 Bell’s palsy didefinisikan sebagai suatu keadaan paresis atau kelumpuhan yang
akut dan idiopatik akibat disfungsi nervus facialis perifer. Penyebab Bell’s palsy
Adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada nervus fasialis.
 Kelumpuhan perifer N.VII memberikan ciri yang khas hingga dapat didiagnosa
dengan inspeksi. Otot muka pada sisi yang sakit tak dapat bergerak. Lipatan-
lipatan didahi akan menghilang dan nampak seluruh muka sisi yang sakit akan
mencong tertarik kearah sisi yang sehat. Gejala kelumpuhan perifer ini tergantung
dari lokalisasi kerusakan.
 Pengobatan pasien dengan Bell’s palsy adalah dengan kombinasi obat- obat
anantiviral dan kortikosteroid serta perawatan mata yang berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai