Anda di halaman 1dari 26

Oleh :

Ni Putu Melly Okthaviany


N 111 17 134

PEMBIMBING KLINIK:
dr. Nyoman Widajandja M.kes
dr. Ayu Sekarani Damara Putri
Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan, di dunia,
khususnya di negara-negara sedang berkembang. Masalah yang
dihadapi penderita bukan hanya dari medis saja, tetapi juga
menimbulkan beban pskologis, juga menimbulkan beban sosial
dan ekonomi.
Sulawesi Tengah, pada tahun 2009 terjadi peningkatan
kasus menjadi 347 kasus. Sedangkan pada akhir tahun 2010
prevalensi 1,43/10.000 penduduk dengan jumlah kasus baru 356
kasus yang terdiri dari PB 93 orang dan MB 263 kasus.
2
Temuan penyakit kusta masih terbilang cukup berkurang di Puskesmas Tawaeli
dimana pada tahun 2016 ditemukan 2 kasus dengan tingkat kesembuhan setelah
pengobatan sebanyak 90,91%.

k
3
 IDENTITAS PASIEN
 Nama Pasien : Tn. MR
 Umur : 22 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Buruh di gudang baygon
 Pendidikan terakhir : Smp
 Alamat : kayumaluwe ngapa
 Status : Belum menikah
 Tanggal Pemeriksaan : 23 agustus 2018
4
 Keluhan Utama
Munculnya bercak-bercak berwarna putih kemerahan di
wajah dan lengan kanan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan dialami sejak 2 bulan yang lalu dan memberat satu
minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan demam dan
badan lemas. Keluhan ini awalnya muncul diwajah berupa
bercak berwarna putih sejak tahun 2016. Bercak tidak gatal
dan mati rasa, permukaan bercak halus mengkilap, serta
batas kurang tegas. Keluhan kesemutan dan nyeri pada
anggota gerak (-), luka yang sulit sembuh (-). Pasien kemudian
mulai berobat kusta tahun 2017 di praktek dokter Ricky dan
mengambil obat kusta di PKM Tawaeli sampai sekarang.
5
 Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menjalani pengobatan
Kusta . Riwayat penyakit Hipertensi (-), diabetes (-), gangguan
jantung (-), asma (-), alergi (-).
 Riwayat penyakit keluarga
Pasien sedang menjalani pengobatan kusta multibasiler
yang sudah berlangsung 2 bulan.Riwayat imunisasi BCG
tidak diketahui.

6
- Pasien tinggal bersama 3 orang saudara, 1 orang ayah dan 1 orang ibu
di rumah yang luasnya kurang lebih (8m x 12m) dengan 2 kamar
tidur.
- Pasien merupakan perokok aktif, tetapi tidak minum alkohol.
- Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah keatas. Pasien
bekerja sebagai buruh di gudang baygon
- Untuk air minum, air untuk mandi, dan air untuk mencuci pakaian,
pasien mendapatkan dari sumur sendiri. Pasien mengaku ia memasak
air untuk keperluan konsumsi rumah tangga menggunakan kompor
gas.
- Pasien memiliki fasilitas seperti jamban di rumahnya.
- Didalam rumah tidak terdapat hewan peliharaan .
- Ventilasi udara rumah pasien sangat kurang dan cenderung tertutup,
lantai rumah disemen kasar dan dilapisi alas lantai, dinding rumah
disemen kasar dan tidak ada plafon serta tampak tidak tertata.

Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 7


Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 8
 Keadaan umum : Sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Frek. Nadi : 80 x/menit
 Frek. Napas : 20 x/menit
 Suhu : 36,8 °C
 Berat badan : 50 kg
 Tinggi badan : 153 cm
 Status gizi : Gizi cukup
Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 9
Kepala Leher:
 Kepala : Facies Leonina, Lihat status dermatologis
 Rambut : Hitam, lurus
 Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
 Telinga : Liang telinga normal, serumen (-)
 Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
 Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Paru:
 Inspeksi:
 Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan
dada simetris
 Permukaan dada papula (-), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)
 Pergerakan otot bantu nafas: (-),
 Iga dan sela iga melebar (-)
 Tipe pernapasan torakoabdominal
10
Palpasi:
 Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
 Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
 Taktil fremitus simetris kiri dan kanan

Perkusi:
 Batas jantung normal
 Paru sonor di seluruh lapang paru.

Auskultasi:
 Cor: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo: vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen:
 Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-)
 Auskultasi: bising usus (+) normal, bising aorta (-)
 Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen
 Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-), tes undulasi (-), shifting dullness
(-).

11
 Pemeriksaan Saraf Tepi
a. Perabaan (palpasi) saraf tepi
Penebalan/pembesaran di nervus
ulnaris kanan dan kiri (+), nervus
peroneus communis (-), dan
nervus tibialis posterior (-).
b. Pemeriksaan sensorik
-Nervus auricularis magnus: hipesthesia
-Nervus ulnaris, medianus, dan radialis
dalam batas normal
-Nervus tibialis posterior: dalam batas
normal

c. Pemeriksaan motorik
-Nervus fasialis: dalam batas normal,
lagopthalmus (-/-)
-Nervus ulnaris: kekuatan otot jari
kelingking kanan dan kiri tergolong kuat
-Nervus medianus: kekuatan otot ibu jari
kanan dan kiri tergolong kuat.
-Nervus radialis: kekuatan pergelangan
tangan kanan dan kiri tergolong kuat.
-Nervus peroneus communis: kekuatan
otot kaki kanan dan kiri tergolong kuat

12
Status Dermatologis
 Ujud Kelainan Kulit : makula hipopigmentasi ukuran numular, dan plakat disertai eritema
 Lokalisasi: Kepala dan Ekstremitas atas
1.Kepala: Makula hipopigmentasi disertai eritema difus ukuran numuler dan plakat, bentuk tidak
teratur, konfluens
2.Leher: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3.Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4.Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5.Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6.Abdomen : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7.Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8.Ekstremitas Atas : Makula hipopigmentasi disertai eritema difus ukuran plakat bentuk tidak teratur,
9.Ekstremitas Bawah: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Anjuran Pemeriksaan
 1. Pemeriksaan BTA
 2. Pemeriksaan darah lengkap
 3. Pemeriksaan serologi

13
Diagnosis Kerja
 Kusta tipe multibasiler

14
Penatalaksanaa
 Medikamentosa
 Terapi sistemik hari I
 Rifampisin 600 mg 1x1
 Lampren 300 mg 1x1
 Dapson/DDS 100 mg 1x1
-Terapi sistemik hari 2-28
 Lampren 50 mg 1x1
 Dapson/DDS 100 mg 1x1
Terapi selama 12-18 bulan
 Terapi Prednisolon
 2 minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu kedua 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan

15
 Non Medikamentosa
 Edukasi:
-Penyakit yang diderita adalah penyakit kusta yang menular dan bisa menyerang siapa saja.
-Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit kusta dan cara penularannya
-Menjelaskan cara perawatan diri dirumah untuk mencegah cacat
-Menjelaskan jenis obat, cara minum, dan menyimpan obat.
-Menjelaskan efek samping dari obat-obat yang diminum
-Menjelaskan kepada pasien agar tekun minum obat serta rutin memeriksakan dirinya sampai
dinyatakan sembuh untuk evaluasi perkembangan penyakit kusta di Puskesmas meskipun
pasien sudah merasa sehat sebelum dinayatakan sembuh
-Menjelaskan kepada pasien pasien untuk memantau perubahan gejala, jika bertambah berat
harus segera diperiksa kembali.
-Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya, buka jendela setiap hari pagi dan
siang hari.
-Menganjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk tidak saling bertukar memakai
pakaian atau handuk di rumah.
-Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan mengkonsumsi sayur-sayuran serta
buah-buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

16
Prognosis
 Dubia ad bonam

Anjuran
 Skrining terhadap anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan pasien

Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 17


ASPEK KLINIS
Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat.
Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat ke tempat lain sampai
tersebar diseluruh dunia dapat disebabkan oleh perpindahan
penduduk yang terinfeksi penyakit tersebut.
Cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih belum
diketahui pasti, hanya berdasarkan anggapan klasik, yaitu:
1. Melalui inhalasi. Sebab M. leprae masih dapat hidup dalam 2–7 x
24 jam dalam droplet.
2. Kontak langsung antar kulit yang lama dan berulang-ulang, serta
terdapatnya lesi baik mikoskopis maupun makroskopis.
Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 18
Bagan diagnosis klinis menurut WHO

Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 19


 ASPEK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1) Genetik/Biologis
Kusta tidak berhubungan dengan genetik. Pada pasien ini, tidak ada
keluarga yang pernah menderita kusta.
2) Lingkungan
Penularan penyakit kusta sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. M. leprae ditularkan melalui saluran pernapasan
(inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat). M. leprae
mencapai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat,
dan diduga juga melalui air susu ibu. Penularan paling sering
melalui kulit yang ada lukanya atau lecet, dengan kontak yang
lama dan berulang-ulang. Anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan penderita mempunyai resiko tertular lebih besar.

Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 20


Con’t
 Rumah
- Pasien tinggal bersama 3 orang saudara, 1 orang ayah dan 1 orang ibu di
rumah yang luasnya kurang lebih (8m x 12m) dengan 2 kamar tidur.
- Pasien merupakan perokok aktif, tetapi tidak minum alkohol.
- Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah keatas. Pasien
bekerja sebagai buruh di gudang baygon
- Untuk air minum, air untuk mandi, dan air untuk mencuci pakaian,
pasien mendapatkan dari sumur sendiri. Pasien mengaku ia memasak
air untuk keperluan konsumsi rumah tangga menggunakan kompor gas.
- Pasien memiliki fasilitas seperti jamban di rumahnya.
- Didalam rumah tidak terdapat hewan peliharaan

Pereda Nyeri untuk Persalinan dan Kelahiran 21


Con’t
Sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat
sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan
kesehatan masyarakat dimana tingkat pengetahuan masyarakat
sekitar mengenai kusta masih sangat rendah terutama cara
penularan dan komplikasi dari kusta itu sendiri.
Dari hasil wewancara bersama pasien stigma masyarakat terhadap
penderita kusta di tempat pasien ini tinggal adalah baik dan pasien
tidak dikucilkan dari masyarakat

22
 3) Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan penderita kusta yang kurang tentang cara penularan,
bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakhibat menjadi
sumber penular bagi orang disekelilingnya.
Pasien dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang kusta,
pengertian, faktor resiko, penularan, akibat dan sebagainya.
Pengetahuan yang rendah ini mempengaruhi tindakan yang
menjadi kurang tepat. Pasien dan keluarga mengaku jarang
membuka jendela rumah dan tidak segera memeriksakan diri ketika
sudah ada gejala sakit yang mengarah ke kusta.
23
KESIMPULAN
1.. Pada penderita kusta yang baru, diberikan pengobatan.
2. Faktor utama yang menjadi salah satu penyebab kusta pada kasus ini adalah kesehatan
lingkungan dan perilaku.
. SARAN
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit kusta dapat dilaksanakan dengan mengaplikasikan
lima tingkat pencegahan penyakit (five level prevention), sebagai berikut :
 1. Promosi kesehatan Promosi kesehatan dalam mencegah terjadinya kusta dapat dilakukan
dengan cara :
a.Meningkatkan penyuluhan mengenai penyebaran kusta.
b.Meningkatkan penyuluhan tentang edukasi secara keseluruhan tentang kusta di masyarakat
secara umum dan di keluarga pasien secara khusus.
2. Perlindungan khusus
Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya kusta adalah:
a. Perbaikan status gizi pasien dan keluarga
b. Perbaikan ventilasi rumah dan pencahayaan di rumah pasien.
c. Jangan menggunakan pakaian bersama, serta mencuci pakaian penderita secara terpisah,
jangan melakukan kontak langsung jika dikulit pasien mengalami luka.
d. Perbaikan perilaku pasien serta keluarga.

24
4. Pembatasan Cacat
Pembatasan cacat merupakan pencegahan untuk terjadinya kecatatan
atau kematian akibat kusta. Adapun upaya yang dapat dilakukan, yaitu :
a.Melakukan pengobatan dan perawatan sesuai pedoman sehingga penderita
sembuh dan tidak terjadi komplikasi.
b.Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan sebagai penunjang untuk
memungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif dan sembuh.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi dalam mencegah kusta dapat dilakukan dengan cara :
a.Rehabilitasi medik apabila terdapat gangguan kesehatan fisik
b.Pemberantasan, seperti :
-Penyuluhan kesehatan, terutama kepada ibu-ibu.
-Pengobatan dan perawatan kasus dengan tepat.

25
26

Anda mungkin juga menyukai

  • Posbindu
    Posbindu
    Dokumen33 halaman
    Posbindu
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Refarat
    Refarat
    Dokumen57 halaman
    Refarat
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Refka DM Tipe Ii
    Refka DM Tipe Ii
    Dokumen21 halaman
    Refka DM Tipe Ii
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Refka DM Tipe Ii
    Refka DM Tipe Ii
    Dokumen21 halaman
    Refka DM Tipe Ii
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Posbindu
    Posbindu
    Dokumen33 halaman
    Posbindu
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Manajemen Pelayanan KB
    Pedoman Manajemen Pelayanan KB
    Dokumen84 halaman
    Pedoman Manajemen Pelayanan KB
    Devi Narti
    Belum ada peringkat
  • Posbindu
    Posbindu
    Dokumen33 halaman
    Posbindu
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Kti
    Bab Ii Kti
    Dokumen30 halaman
    Bab Ii Kti
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Kti Bab Iii
    Kti Bab Iii
    Dokumen24 halaman
    Kti Bab Iii
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Edoc - Tips Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Fibuladocx
    Edoc - Tips Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Fibuladocx
    Dokumen20 halaman
    Edoc - Tips Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Fibuladocx
    chusnulnur
    Belum ada peringkat
  • Bab I Kti
    Bab I Kti
    Dokumen4 halaman
    Bab I Kti
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Satu
    Satu
    Dokumen3 halaman
    Satu
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Sampul Jurnl
    Sampul Jurnl
    Dokumen27 halaman
    Sampul Jurnl
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Refka
    Refka
    Dokumen8 halaman
    Refka
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen38 halaman
    Case Report
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • Kti Bab Iii
    Kti Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Kti Bab Iii
    Asrilyanti Lya
    Belum ada peringkat
  • REFARAT
    REFARAT
    Dokumen20 halaman
    REFARAT
    PuputIndriany
    Belum ada peringkat