DISUSUN OLEH:
1
terwujud kesehatan masyarakat yang optimal (Departemen kesehatan RI,
2016).
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di
dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk.
Badan Pusat Statistik (2013) memproyeksikan, jumlah penduduk lanjut usia
(60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020,
menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035
(Departemen kesehatan RI, 2016).
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan
pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan
(Departemen kesehatan RI, 2016).
Posbindu adalah sebuah wadah, tempat pelayanan terpadu yang
diperuntuhkan bagi lansia disuatu daerah tertentu yang didalamnya terdapat
pelayanan kesehatan dan kegiatan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan
lansia yang dalam pelaksanaanya melibatkan peran masyarakat dan organisasi
sosial. (Departemen kesehatan RI, 2015)
Posbindu merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
terhadap lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja
Puskesmas. Dasar pembentukan Posbindu yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama lansia dengan sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung. Sasaran langsung yaitu pralansia 45-59 tahun, lansia
60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana lansia
berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di
dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang melayani
kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2016).
Lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga.
Sehingga pemerintah mengupayakan adanya pembinaan lansia. Pelaksanaan
2
pembinaan lansia di Posbindu perlu dilakukan dengan manajemen yang baik
dengan memperhatikan aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi. (Departemen Kesehatan RI, 2016).
Menurut World Healt Organitation (WHO), di negara-negara Asia,
lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas. Pengkategorian lebih
detail dikemukakan oleh Durmin dalam Arisman (2007), yang membagi
lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun).
Sementara di Indonesia, M. Alwi Dahlan dalam Arisman (2007) menyatakan
bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60 tahun. Lansia
adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia dimulai paling
tidak saat puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa.
Menurut Permenkes No.25 tentang Rencana Nasional Kesehatan Lanjut
Usia Tahun 2016-2019, disebutkan pasien geriatri adalah pasien lanjut usia
dengan multi penyakit atau gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membuthkan pelayanan
kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja
secara interdisiplin.
Untuk posbindu lansia pada tahun 2017 di wilayah Puskesmas Singgani
sebanyak 12 kelompok, yaitu di Kelurahan Besusu Barat 4 kelompok,
Besusu Tengah 3 kelompok, Besusu Timur 1 Kelompok, Lasoani 2
Kelompok dan Kelurahan Poboya 1 kelompok. Serta luar wilayah ada 1
kelompok. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kesehatan,
pengobatan, penyuluhan. Meskipun demikian kegiatan Posbindu Lansia
belum optimal karena belum semua warga lansia memanfaatkan keberadaan
Posbindu Lansia tersebut.
Hal yang membuat lansia tidak datang ke pelayanan kesehatan
dikarenakan beberapa faktor dari masyarakat lansia tersebut seperti bekerja
diluar rumah, melakukan pekerjaan rumah, menjaga cucu serta berbagai
alasan lainnya.
3
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
Lansia di Puskesmas Singgani?
2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) Lansia di Puskesmas Singgani?
4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Departemen Kesehatan RI, 2016).
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut
usia adalah Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra
lanjut usia dan lanjut usia meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2016).
Fungsi pelayanan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan dalam
upaya kesehatan perorangan strata pertama yang bersifat private goods
seperti penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya
kesehatan masyarakan yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan
dan penyehatan lingkungan.3
Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakan di bidang kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian
besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas
5
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayan kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluaga pada umunya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan.3
6
Adapun penyebaran jumlah RW dan RT dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel II.1 Distribusi Kelurahan, RW dan RT dirinci menurut kelurahan
di Puskesmas Singgani Tahun 2017
Luas Wilayah
No. Kelurahan RW RT
(km2)
1 Besusu Barat 0,87 km2 9 25
B. KEPENDUDUKAN
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Statistik Kota Palu, jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Singgani tahun 2017 adalah 38.497 jiwa yang tersebar di
dua kelurahan. Distribusi Penduduk menurut golongan umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
7
Tabel II.2 Jumlah Penduduk per Kelurahan di Wilayah Puskesmas
Singgani Tahun 2017
No Kelurahan Jumlah Penduduk
4 Lasoani 9.757
5 Poboya 2.239
8
Tabel II.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan
Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Singgani Tahun 2017
9
Grafik II.1. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur di Wilayah
Puskesmas Singgani Tahun 2017
2000
1,823 1,840
1,7781,796
1800 1,726 1,7201,720
1600
1,488
1400
1,282
1200
997
1000 966
781
800
600 554
378
400
213 230
200
0
0–4
Okt-14
60 – 64
70 – 74
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
65 - 69
05-Sep
75 <
10
Gambaran distribusi penduduk menurut kelompok usia muda
produktif dan lanjut usia dapat dilihat pada grafik berikut
2000 1,898
1,823 1,840
1,7781,796 1,729 1,768
1800 1,726 1,7201,720
1,6871,669
1,634
1,582 1,507
1600
1,488
1,418
1400
1,282
1200
1,038
997
966
1000
905 779 Laki - laki
781
800 Perempuan
590
600 554
421
378
400 287 293
213 230
200
4. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data Tahun 2017 kepadatan hunian rumah wilayah kerja
Puskesmas Singgani adalah sebagai berikut :
11
Tabel II.4. Jumlah Kepadatan Penduduk di Wilayah Puskesmas Singgani
Tahun 2017
No Kelurahan Jumlah Jumlah KK Rata-rata
Penduduk Hunian
1 Besusu Barat 12.172 3.043 4
2 Besusu Tengah 6.775 1.693 4
3 Besusu Timur 7.554 1.888 4
4 Lasoani 9.757 2.439 4
5 Poboya 2.239 559 4
Puskesmas 38.497 9.624 4
C. SOSIAL EKONOMI
1. Kewilayahan
Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Singgani mencakup 5
kelurahan yang kesemuanya dapat dijangkau oleh petugas kesehatan.
2. Pendidikan
Jumlah sekolah yang ada di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Singgani dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel II.5. Jumlah Sekolah di Wilayah Puskesmas Singgani Tahun
2017
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD/MIS 20
2 SMP/MTS 12
3 SMA/SMK 9
4 AKADEMI 1
5 UNIVERSITAS 4
12
D. SUMBER DAYA TENAGA KESEHATAN
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila
ditunjang dengan tenaga, biaya dan sarana yang memadai. Pada tahun
2017 jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Singgani
sebanyak 50 orang dengan rincian sebagai berikut :
1. Dokter umum : 2 orang
2. Dokter gigi : 1 orang
3. Bidan : 15 orang
4. Perawat : 11 orang
5. Perawat Gigi : 3 orang
6. Apoteker : 1 orang
7. Asisten Apteker : 2 orang
8. Sanitarian : 4 orang
9. Epidemologi : 2 orang
10. Fisioterapis : 1 orang
11. Administrasi : 3 orang
12. Calon adminkes : 2 orang
13. Calon Penyuluh Kesehatan : 1 orang
12 11 Dokter Gigi
10
Bidan
8
6
4 Perawat
4 3 3
2 2 2 2
2 1 1 1 1 Perawat Gigi
0
KETENAGAAN
13
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja
puskesmas meliputi suatu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah kabupaten, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati/Walikota,
dengan saran tehnis dari kepala kantor dinas kesehatan Kabupaten/Kodya
yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Dinas Kesehatan Propinsi. Jumlah
petugas Puskesmas Singgani pada tahun 2017 berjumlah 48 orang sudah
termasuk bidan penanggung jawab kelurahan dan petugas pustu.
Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
puskesmas ditunjang oleh puskesmas pembantu dan penempatan bidan-
bidan di kelurahan. Di Puskesmas Singgani terdapat 2 pustu yaitu Pustu
Lasoani dan Pustu Poboya. Pada setiap pustu terdapat 2 petugas kesehatan.
Mempunyai 5 kelurahan yang setiap kelurahan terdapat 2 bidan
penanggung jawab. Di samping itu pergerakan peran serta masyarakat
untuk mengelola posyandu dan membina dasa wisma dapat menunjang
jangkauan pelayanan kesehatan.
14
kesesuaian satu sama lain, seperti sama dalam usia, kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai, sehingga dapat memperkuat kelompok tersebut. Kuatnya
pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya ikatan batin yang terjalin
kuat dalam kelompok. Dalam peer group, individu juga merasa menemukan
dirinya serta dapat dengan lebih leluasa mengembangkan rasa sosialnya.
Lanjut usia dapat melakukan kegiatan yang dapat membuat mereka tetap
aktif, antara lain berperan sebagai kader di kelompok lanjut usia, melakukan
pengajian, senam lanjut usia, dan memasak bersama, termasuk membuat
kerajinan tangan yang selain berperan sebagai penyaluran hobi juga dapat
meningkatkan pendapatan (income generating) (Departemen Kesehatan RI,
2016).
Untuk Posbindu Lansia pada tahun 2017 di wilayah Puskesmas Singgani
sebanyak 12 kelompok, yaitu di Kelurahan Besusu Barat 4 kelompok,
Besusu Tengah 3 kelompok, Besusu Timur 1 Kelompok, Lasoani 2
Kelompok dan Kelurahan Poboya 1 kelompok, serta luar wilayah terdapat 1
kelompok.
Tabel II. 6 Lokasi Posbindu dalam Cakupan Wilayah Puskesmas Singgani
NO NAMA POSBINDU
1 POSBINDU BAMBANA
2 POSBINDU WAHIDIN
3 POSBINDU ROOS
4 POSBINDU LORONG KAPISTA
5 POSBINDU LORONG VIRGO
6 POSBINDU MATAHARI
7 POSBINDU TEKUKUR
8 POSBINDU MAWAR
9 POSBINDU GEREJA PANIEL
10 POSBINDU POLRES
11 POSBINDU PWRI
12 POSBINDU PEPABRI
15
A. Bentuk Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi
kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan
kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai
berikut:
a) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
melipui kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
b) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.
c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh
(IMT);
d) Pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit;
e) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli;
f) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus);
g) Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal;
h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan;
i) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
16
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok usia lanjut;
j) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota
kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing)
k) Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan
contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal
dari daerah tersebut;
l) Kegiatan olahraga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
B. Pengelolaan Posbindu
Posbindu sebagai tempat sebagai pemberdayaan masyarakat, yang akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen
pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
a) Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari oleh dan untuk masyarakat.
Untuk pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang
dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu
bisanya berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.
b) Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
c) Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
17
C. Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
a) Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
b) Meja dan kursi
c) Alat tulis
d) Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
e) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, sphygmomanometer, peralatan laboratorium
sederhana, termometer.
f) Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
a. Identifikasi Masalah
18
Pada laporan manajemen ini, permasalahan Program Posbindu Lansia
yang akan dibahas dikaitkan dengan indikator keberhasilan :
Indikator keberhasilan dalam upaya pembinaan Lansia melalui kegiatan
pelayanan kesehatan di Posbindu dilakukan dengan menggunakan data
pencatatan dan pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian, dengan
menggunakan patokan yaitu:
a) Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang
berperan serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut
b) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang
dilaksanakan oleh 50% puskesmas.
c) Menurunkan prevalensi penyakit dengan jangkauan pelayanan yang
mencakup 50% usia lanjut. Jumlah posbindu lansia pada tahun
2017/2018 adalah 12 buah, dengan kader aktif sebanyak 3 orang di
tiap posbindu, serta
Untuk tercapainya hidup sehat dan dalam upaya menurunkan prevalensi penyakit
hingga 50% (lima puluh persen), di awal tahun 2016 Bappenas telah meluncurkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang dilaksanakan dan didukung oleh
semua lintas sektor terkait. GERMAS yang di prakarsai oleh Wakil Presiden, Drs. M.
Jusuf Kalla dan disusun oleh Bappenas bersama Kementerian Kesehatan serta lintas
sektor terkait, bertujuan 1) menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak
menular, baik kematian maupun kecacatan; 2) menghindarkan terjadinya penurunan
produktivitas penduduk; dan 3) menurunkan beban pembiayaan pelayanan
kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.
19
BAB III
PEMBAHASAN
1. Input
Masalah yang muncul dari input program ini adalah kurangnya tenaga
kesehatan Puskesmas Singgani yang ikut serta dalam pelaksanaan Posbindu
lansia ini, dokter tidak setiap saat ikut, dan yang ikut serta adalah perawat atau
bidan dan apoteker atau asisten apoteker di puskesmas yang diberikan
tanggung jawab untuk pelaksanaannya. Dokter muda yang bertugas pun turut
berperan aktif dalam Posbindu Lansia ini. Hal ini disebakan karena tenaga
kesehatan seperti dokter dan apoteker yang kurang dan lebih mengutamakan
pelayanan di Puskesmas.
Input Puskesmas
20
SDM Terdapat satu orang yang pemegang program
sekaligus pelaksana program posbindu.
Sarana dan Terdapat alat dan bahan yang digunakan saat
Prasarana dilapangan serta terdapat akomodasi untuk menuju ke
tempat pelaksanaan Posbindu.
Akses Mudah diakses
Pendanaan Sumber pembiayaan dapat berasal dari bersumber dari
APBN (tugas perbantuan) dan APBD kabupaten/kota
berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana
Alokasi Khusus).
Pencatatan Hasil kegiatan posbindu di lapangan dicatat pada buku
masing-masing yang dipegang oleh lansia (Sampul
warna merah muda) kemudian catat pada buku
masing-masing posbindu dan di rekap di buku album
pencatatan puskesmas.
2. Proses
Masalah yang muncul pada proses program ini adalah mekanisme
pelaksanaan kegiatan tidak semuanya dilakukan sesuai pedoman. Menurut
pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem
5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
21
a. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
Pada Posbindu Puskesmas Singgani, tahap pertama dilakukan sesuai
pedoman yaitu dibantu oleh kader yang bertugas di tiap posbindu untuk
memanggil nama lansia yang telah mendaftar.
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001 hal yang perlu dinilai pada pencatat kegiatan sehari-hari meliputi :
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang
air besar atau kecil dan sebagainya. Kegiatan melakukan pekerjaan diluar
rumah seperti : berbelanja, mencari nafkah, pengajian dan lain-lain.
22
Kategori A Kategori B Kategori C
Pertanyaan tahap 2 :
1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
2. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
23
3. Apakah anda mempunyai keluhan atau masalah dengan keluarga
atau orang lain?
4. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban ”ya” maka usia lanjut memiliki masalah
emosional.
Pada Posbindu Puskesmas Singgani, tahap 3 yang dilakukan hanya
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan fisik (jika ada dokter yang
ikut dalam kegiatan Posbindu), dan tidak dilakukan pemeriksaan status
mental.
24
Gambar III.4. Combour Test
25
3. Output
Sasaran Posbindu dapat dibagi menjadi dua kelompok di mana kelompok
yang pertama adalah sasaran langsung kelompok Lansia yaitu berusia 60-69
tahun dan kelompok Lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
Adapun sasaran kelompok tidak langsung adalah keluarga yang mempunyai
Lansia, masyarakat di lingkungan Lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan Lansia, petugas kesehatan usia lanjut, dan
masyarakat luas (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Kesehatan, 2001).
Melalui pedoman ini diketahui bahwa output dari program ini adalah
usia lanjut. Pada output program ini belum mencapai target. Menurut
data yang diambil dari data pencapaian target Puskesmas Pada tahun
2017 persentase cakupan pelayanan kesehatan Usila dengan target yang
ditentukan oleh Dinas Kesehatan 3.429 jiwa dimana selama periode 1
tahun mencapai 3.040 atau 89 % sehingga belum mencapai target.
26
JENIS
PROGR SASAR CAPAIA
NO KEGIAT TARGET %
AM AN N
AN
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program Posbindu Lansia di Puskesmas Singgani sudah cukup baik,
namun masih perlu peningkatan dari
a. Input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih kurang saat
pelaksanaan kegiatan (dokter dan apotek yang tidak selalu hadir saat
pelayanan)
b. Proses yakni pelaksanaan kegiatan yang belum semuanya dilakukan
sesuai dengan Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Kesehatan yaitu dari 5 tahapan posbindu ada bebrapa kegiatan yang
tidak dilakukan yaitu pencatatan kegiatan sehari-hari pada tahap 2,
pemeriksaan status mental pada tahap 3, pemeriksaan urin pada tahap
4.
c. output yakni indikator keberhasilan dari kegiatan posbinfu belum
mencapai target yaitu sebanyak 89%
4.2 Saran
Untuk meningkatkan program ini perlu, Peningkatan SDM yang turun saat
pelaksanaan program serta pembekalan kembali kepada seluruh petugas
kesehatan yang ikut serta sehingga semua tahap kegaitan Posbindu
dilaksanakan, dan mengoptimalkan kunjungan rumah apabila lansia tidak
datang saat pelayanan Posbindu.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30
DOKUMENTASI
a. Posbindu STM
Gambar 1. Posbindu
31
Gambar 3. Alat dan bahan
32
b. Posbindu Nurul Haq
33