Anda di halaman 1dari 11

TEORI STAKEHOLDERS

Oleh: MECI NILAM SARI


PENGERTIAN
 Stakeholder :merupakan individu, sekelompok manusia,
komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan
maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta
kepentingan terhadap perusahaan.
 Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat
dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
karakteristik seperti yang diungkapkan oleh Budimanta
dkk, 2008 yaitu mempunyai :
kekuasaan,
legitimasi,
kepentingan terhadap perusahaan.
 Menurut tingkat kepentingannya dibedakan;
1. Stakeholder primer adalah pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap perusahaan
dan menanggung resiko. Contohnya adalah
pemegang saham, investor, konsumen, pemasok,
karyawan, juga pemerintah dan komunitas lokal.
2. Stakeholder sekunder adalah pihak yang mem-
pengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi
mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan per-
usahaan dan tidak begitu penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Contohnya adalah media dan
berbagai kelompok kepentingan tertentu (LSM, SP)
 Stakeholder theory dimulai dengan asumsi
bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak
dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan
usaha.
 Teori stakeholder adalah kumpulan konsep
yang berkaitan dengan cara-cara yang
digunakan perusahaan untuk memanage
stakeholdernya.
 Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk
memanage stakeholdernya tergantung pada
strategi yang diadopsi perusahaan
 Terdapat dua macam strategi pengelolaan
stakeholder, yaitu;
1. Strategi aktif, apabila perusahaan berusaha
mempengaruhi hubungan organisasinya dengan
stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting.
2. Strategi pasif, jika perusahaan cenderung tidak
terus menerus memonitor aktivitas stakeholder
dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal
untuk menarik perhatian stakeholder
 Perkembangan teori stakeholder diawali dengan
berubahnya bentuk pendekatan perusahaan dalam
melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk dalam
pendekatan stakehoder menurut Budimanta dkk,
2008 yaitu;
old-corporate relation dan
new-corporate relation.
Pendekatan ini menekankan pada bentuk pelaksanaan
aktifitas perusahaan secara terpisah dimana setiap
fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya
tanpa adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut.
 Hubungan antara bagian tanpa koordinai. Bagian produksi
hanya berkutat bagaimana memproduksi barang sesuai
dengan target, dan bagian pemasaran hanya bekerja
berkaitan dg konsumenya tanpa mengadakan koordinasi
satu dengan yang lainya.
 Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan pemasok
pun berjalan satu arah.
 Hubungan dengan pihak di luar perusahaan bersifat jangka
pendek dan hanya sebatas hubungan transaksional saja
tanpa ada kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan
bersama.
 Pendekatan New-corporate relation menekankan
kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh
stakeholder-nya.
◦ Hubungan perusahaan dengan internal stakeholders
dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang
membangun kerjasama untuk bisa menciptakan
kesinambungan usaha perusahaan
◦ Hubungan dengan stakeholder di luar perusahaan bukan
hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun
lebih kepada hubungan yang bersifat fungsional yang
bertumpu pada kemitraan.
◦ Perusahaan tidak lagi menempatkan dirinya diposisis paling
atas sehingga perusahaa mengeksklusifkan dirinya dari
para stakeholder .
◦ Arah dan tujuan pola hubungan selain untuk menghimpun
keuntungan juga berusaha untuk bersama-sama
membangun kualitas kehidupan external stakholders
 Perkembangan teori stakeholders membawa perubahan
terhadap indikator kesusuksesan perusahaan. Hal
tersebut tercermin dengan munculnya paradigma Triple
Bottom Line (TBL)
 TBL adalah Konsep pengukuran kinerja perusahaan
secara “holistik” dengan memasukkan tiga ukuran kinerja
sekaligus yaitu: economic, environmental, social (EES) .
1) Ekonomic, berupa perolehan profit,
2) Environmental berupa pelestarian lingkungan, dan
3) Sosial berupa kepedulian sosial
 Jelasnya, perusahaan tak hanya menjadi “economic
animal”, tapi juga entitas yang “socially and
environmetally responsible.”
 Ide di balik TBL ini tak lain adalah adanya
pergeseran paradigma pengelolaan bisnis dari
“shareholders-focused” ke “stakeholders-focused”.
◦ Dari fokus perolehan laba secara membabi-buta menjadi
perhatian pada kepentingan pihak-pihak yang terkait
(stakeholder interest) baik langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan.
◦ Konsekuensinya, peran dunia bisnis semakin signifikan
sebagai alat pemberdaya masyarakat dan pelestari
lingkungan.
◦ Ide TBL sekaligus mencoba menempatkan upaya
pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan
pada titik sentral dari keseluruhan strategi perusahaan—
bukan periferal, bukan tempelan, bukan kosmetik.
 Potensi konflik antara pemilik perusahaan
dan kreditor. Hal yang paling besar
kemungkinan terjadi yakni masalah
kepercayaan (trust).
 Potensi konflik antara pemilik dan pegawai.
 Konflik antara pemilik modal dengan
pengelola ( management)

Anda mungkin juga menyukai