Anda di halaman 1dari 67

Illustrasi

 Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan


jasad renik
 Jika kita melihat dunia dibawah lensa mikroskop yang kuat,
kita akan melihat sebuah dunia baru
 Setetes air dapat dihuni oleh beribu-ribu sampai berjuta-juta
jasad renik
Lanjutan
Jasad renik membuat orang sehat menjadi
sakit, keras menjadi lunak, makanan yang
baik menjadi tidak sedap, merusak bangunan,
dapat membuat bahan obat, menghambat
kehidupan mikroba lain, mengubah sari
anggur menjadi wine, dll.
Lanjutan

 Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme


disebut Mikrobiologi
 Mikrobiologi bercabang-cabang menjadi mikrobiologi
pertanian, mikrobiologi industri, mikrobiologi
kedokteran (kesehatan).
Sejarah Penelitian Mikrobiologi

 Fracastorius (Itali, 1564) mengamati penularan


penyakit-penyakit seperti pes, cacar, tuberkulosis dan
menyimpulkan bahwa “seminaria (benih) dapat
menular dari seorang kepada orang lain

 Pleucis (Austria, 1762) menyatakan bahwa tiap penyakit


disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme

Wollstein (Vienna, 1787) menggesekkan sesuatu yang


diambilnya dari rongga hidung kuda yang pilek kepada
rongga hidung kuda yang sehat, selang beberapa lama
kuda yang sehat menjadi sakit pilek pula.
Lanjutan
 Schosin dan muntz (perancis, 1873),
Beyerinck (belanda, 1890), menemukan
bahwa bakteri-bakteri dapat menyusun nitrat
dan amoniak dari senyawa nitrogen organik,

 Waksman (Amerika Serikat, 1940)


menemukanStreptomyces (mikroorganisme
tanah) dapat menghasilkan streptomisin,

 Abad ke 19, setelah ditemukan miroskop mulai


dipahami bahwa sebagian penyakit
disebabkan oleh mikroorganisme .
Lanjutan
 Oliver Wendell Holmes (1843) dan Ignaz Philip
Semmelwiess (1947) berpendapat bahwa tangan atau alat
yang digunakan oleh dokter yang menolong bayi lahir
atau mengadakan pembedahan perlu sekali
didisinfeksikan agar tidak menularkan bibit penyakit
pada pasien

 Pallender (1949) dan C.J Davaine (1850) menemukan


adanya mikroorganisme di dalam darah ternak yang
menderita penyakit anthraks.

 Brauell (1857) menemukan cara menularkan penyakit


anthraks kepada ternak yang sehat dengan inokulasi.
Lanjutan
 Robert Koch, pertama kali mempunyai gagasan
untuk mengadakan biakan murni, maka
berdasarkan inilah beliau mengemukakan 4 dalil
yang terkenal sebagai postulat Koch (1882)
Lanjutan
 Postulat koch berbunyi : untuk menetapkan
suatu organisme sebagai penyebab penyakit,
maka organisme tersebut harus memenuhi syarat
sebagai berikut:

1. Mikroorganisme yang dicurigai haruslah segera


diselidiki agar diketahui bila penyakit sedang
berjangkit,

2. Mikroorganisme itu dapat diambil (diisolasi) dan


ditumbuhkan menjadi biakan murni (pure
culture) di Laboratorium,
Lanjut
3. Jika biakan murni itu disuntikkan kepada
binatang sehat, maka akan menimbulkan
penyakit yang sama,

4. Mikroorganisme yang disuntikkan pada


binatang yang sehat tersebut dapat
diperoleh kembali melalui penggunaan
prosedur laboratorium
Lanjutan
 Penyelidikan lebih lanjut, menyatakan bahwa
(keempat dalil tersebut tidak selalu dapat berlaku)
dengan alasan sebagai berikut :

 Misalnya Basil tifus (Salmonella typhosa), dapat


dipelihara murni, akan tetapi hasil yang diambil
dari bikan murni tidak lagi mampu menimbulkan
penyakit tifus pada hewan sehat karena telah
kehilangan sifat fatogenitasnnya;
lanjutan
 Tidak setiap orang/hewan jatuh sakit setelah
ditulari patogen, bagi orang/hewan yang telah
mempunyai zat penolak dalam tubuhnya tidak
akan mudah jatuh sakit.

 Kelemahan lain Postulat koch, tidak semua


bakteri patogen dapat dipiara murni
(anculturable)
Penelitian R. Koch ttg Antrhrax
 Robert Koch (Jerman,1843-1910) dikenal bapak
Bakteriologi Modern

 Pengetahuan manusia tentang anthraks adalah berkat


kerja keras Robert Koch (1843-1910) .

 Antaks adalah penyakit yang disebabkan oleh Bacillus


anhthracis yang bersifat akut. Penyakit ini ditemukan
pada hewan-hewan ternak (farm animals), namun
dapat menular pada manusia (zoonosis)
Penelitian koch tenatang anthraks
 Koch menyuntikan B. antrachis ke dalam tubuh
sejumlah tikus

 Dia mendapatkan B. antrachis di limfa dari hewan


ternak yang telah mati

 Semua tikus yang disuntik B. antrachis dalam keadaan


mati, sementara tikus yang disuntik darah dari limfa
hewan sehat ditemukan dalam keadaan masih sehat,

 Koch menyimpulkan bahwa : penyakit ini dapat


menular melalui darah dari hewan yang menderita
antharaks.
Gambar Bacillus antrachis
Perkembangan Mikrobiologi
 Hal yang mendorong perkembangan Mikrobiologi
adalah :
1. Penemuan serta penyempurnaan mikroskop
2. Jatuhnya teori abiogenesis
3.Keyakinan orang bahwa pembusukan itu disebabkan
oleh mikroorganisme
4. Bukti yang menunjukkan bahwa penyakit itu
disebabkan oleh bibit penyakit
susunan sel bakteri
 Bakteri berasal dari kata “Bakterion” yang berarti
tongkat/batang. Bakteri termasuk Monera
 Ciri utamanya adalah intinya tidak diselubungi oleh
membran inti (prokarion)
 Ciri-cirinya :
 Uniseluler (bersel satu)
 Kosmopolit (hidup diberbagai lingkungan)
 Tidak berklorofil, namun beberapa jenis mempunyai pigmen mirif
klorofil
 Bentunya tetap
 Jika kondisi lingkungan jelek, dapat membentuk endospora
 Berdasarkan suhu untuk hidupnya, bakteri dapat dibedakan menjadi
tiga golongan yakni :
 B. termofil, hidup antara 40ºC-80ºC (optimum 55ºC-65ºC)
 B. mesofi, hidup optimum 5ºC-60ºC (optimum 25 ºC-40 ºC
 B. psikrofil, hidup antara 0 ºC-30 ºC (optimum 10 ºC-20ºC
Bentuk Bakteri
 A. Batang (basil), dibedakan atas
1. Monobasil (satu batang tunggal)
ex. Salmonella typhosa
2. Diplobasil (basil yang bergandengan dua-dua
3. Sterptobasil (basil yang bergadengan
memanjang membentuk rantai
ex. Bacillus anthracis
Lanjutan
 B. Kokus (bulat)
 1. monokokus (berbentuk bola tunggal)
 Ex. Neiseria gonorhoe (penyebab penyakit kencing nanah
2. Diplokokus (berbentuk bola yang bergandengan dua-dua)
ex. Diplokokus pneumonia (penyebab penyakit
pneumonia/ radang paru-paru)
3. Sarkina (berbentuk bola yang berkelompok empat-empat
membentuk kubus)
4. Streptokokus (berbentuk bola yang berkelompok
memanjang
5. Stafilokokus (berbentuk bola berkelompok membentuk
buah anggur
Lanjutan
C. Spiral
a) spiral; bakteri yang bentuknya seperti spiral
(Spirillium)
b) Vibrio (koma); bentuk spiral yang tidak sempurna
(Vibrio cholera; penyebab penyakit kolera)
c) Spiroseta ; golongan bakteri berbentuk spiral yang
dapat bergerak
Struktur tubuh bakteri
Struktur tubuh bakteri
 Pili
 Flagel
 Kapsul
 Dinding sel
 Membran sel
 sitoplasma
 Ribosom
 Mesosom (invaginasi dari membran sitoplasma)
 Nukleid
 Plasmid
 endospora
Kapsul
 Kapsul: selaput licin yang terdiri dari polisakrida
dan terletak di luar dinding sel
 Hanya bakteri patogen yang berkapsul
 Berperan sebagai cadangan makanan dan,
perlindungan terhadap pagositosis dan dehidrasi,
melindungi diri dari antitoksin
 Pada beberapa kasus, kapsul menunjukan sifat
virulen seperti Stretococcus pneumonia
 Kapsul dapat larut dalam air
Flagela

 Flagella terbuat dari protein yang disebut flagelin


berfungsi untuk bergerak. Flagela melekat pada
membran sel atau dinding sel
 Tipe letak flagellum
 Peritrik ; banyak disemua sisi
 Lopotrik; banyak, disatu ujung
 Ampitrik; masing-masing satu di kedua ujung
 Monotrik; satu di salah satu ujung
Dinding sel
 Dinding sel: tersusun dari peptidoglikan, (polisakrida
yang berikatan dengan protein).
 Memberi bentuk tetap kepada sel sekaligus berfungsi
untuk melindungi sel,
 Perbedaan komponen dinding sel menjadikan bakteri
dapat dikelompokan menjadi bakteri Gram positif dan
Gram negatif. Gram positif : memiliki dinding sel yang
tebal, Gram negatif (dinding selnya tipis) dan mempunyai
kandungan lipid yang tinggi. Pada pewarnaan gram, gram
positif berwarna biru gelap atau ungu (warna ungu kristal
iodium), gram negatif : berwarna merah muda (warna
tandingan, safranin).
 Berhubungan dengan virulensi, umumnya bakteri patogen
adalah gram negatif.
Membran sel
 Membran sel tersusun atas lemak dan protein
(lipoprotein)
 Berfungsi untuk : memelihara tekanan osmosis
(sebagai penyangga osmotik); sistem transfor aktif
(mengeluarkan enzim ekstraseluler dan zat-zat
untuk mempelopori pembentukan dinding sel
serta mengatur pemasukan garam-garam esensial,
asam amino, dan gula; menyediakan tempat untuk
reaksi utama enzim yang berhubungan dengan
metabolisme energi (mirif mitokondria pada
eukariotik)
Mesosom
 Messom : membran sel yang melekuk ke dalam
 Tetap melekat pada membran plasma dan tidak
mengapung bebas di sitoplasma
 Menyediakan energi bagi bakteri
 Tempat pemisahan dua DNA identik yang terbentuk
pada saat DNA bereplikasi
 Pusat pembentukan dinding sel baru diantara kedua
sel anakan pada proses pembelahan
Sitoplasma
 Sitoplasma (cairan sel) ; substansi yang heterogen yang
terdiri dari bermacam-macam zat dan struktur. Semua
tersuspensi dalam zat dasar yang cair atau setengan padat
yang disebut matriks. Matriks ini campuran kompleks
yang berisi : Ion (H+,Na+, Cl-, PO4), asam-asam amino,
beberapa jenis protein, lipokompleks, peptida, purin,
pirimidin, ribosa, glukosa, nukleotida, koenzim,
disakarida, dll. Secara fungsional zat-zat ini berfungsi :
1. molekul-molekul pelopor dan bahan-bahan bangunan
lain untuk sintesis sel,
2. sumber energi
3. zat-zat buangan,
Tempat berlangsungnya reaksi-reaksi metabolik
Nukleid

 Asam Deoksiribo Nukleat (DNA) yang dikenal dengan


asam inti, merupakan materi genetik yang terdapat di
dalam Nukleid
 DNA mengendalikan sintesis protein dan merupakan
zat pembawa sifat (gen)
Plasmid
 Selain DNA kromosom, bakteri memiliki DNA non
kromosom atau DNA sirkuler yang letaknya di luar
kromosom yang disebut DNA plasmid
 DNA plasmid mengandung gen-gen tertentu misalnya gen
kebal antibiotik, gen patogen, dll.
 Bakteri dapat memiliki plasmid 10-20 buah
 Plasmid dapat ditransfer pada saat peristiwa konjugasi
Endospora
 Hanya dimiliki oleh genus Bacillus dan Clostridium yang
berbentuk batang
 Kelompok gram positif
 Berfungsi untuk melindungi diri dari kondisi buruk seperti
: bahan kimia, pemanasan, kekeringann, difensiensi nutrisi
 Apabila lingkungan memumgkinkan dapat tumbuh
kembali menjadi sel vegetatif
 Endospora tidak mudah dicat, tahan terhadap pemanasan,
pengeringan dan bahan kimia beracun
Gambar Endospora
Hubungan ekologi mikroorganisme
 Aspek ekologis
salah satu aspek ekologi bakteri yang penting adalah
kesanggupan sel-sel itu melekat pada benda-benda
padat.
Bakteri biasanya ditemukan melekat pada partikel-
partikel tanah, sisa-sisa bahan organik dalam tanah,
bahan-bahanorganik yang tersuspensi dalam air laut,
air danau, batu-batuan dalam sungai, kulit, gigi,
membran epitel hewan dan manusia, serta pada
kutikula tumbuhan
Lanjutan
 Kemungkinan adanya perlekatan karena adanya enzim hidrolisis
yang memungkinkan bakteri itu melekat pada polimer organik
yang spesifik atau karena adanya adhesi spesifik
 Contoh dari adanya adhesi sfesifik yang tidak ada sangkut
pautnya dengan enzim adalah bakteri yang membentuk bercak
(plaque) pada gigi.
 Streptococus mutans menghasilkan dekstran (polimer glukosa)
yang mengikat sel itu bersatu dan memungkinkannya melekat
sangat kuat pada hidroksi apatit dari email gigi.
 Streptococus mutans dapat membentuk dekstran bila terdapat
sukrosa dalam makanannya, akibatnya gigi akan rusak
membusuk
 Menghindarkan gula dalm diet atau perawatan dengan
dekstranase dapat mencegah kolonisasi Streptococus mutans .
Pengecatan Bakteri
 Lebar bakteri 0,5-1 mikron, panjangnya hingga 10 mikron,
bakteri ini tipis sekali sehingga dapat ditembus cahaya.
Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar
untuk melihat bagian-bagiannya.
 Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi
dengan zat pewarna, pewrnaan ini disebut pengecatan.
 Umumnya ada dua macam zat warna (bahan cat) yang
sering dipakai, yakni;
 Zat warna bersifat asam; komponen warnanya adalah anion
biasanya dalam bentuk garam natrium
 Zat warna bersifat alkalis, dengan komponen warna kation,
biasanya dalam bentuk klorida
Pengecatan sederhana
 Bertujuan: membedakan bakteri dari benda-benda
mati lain yang bukan bakteri dan untuk melihat
bentuk dan ukurannya.
 Larutan cat hanya dari satu bahan cat yang dilarutkan
dalam satu bahan pelarut
 Bahan yang banyak dipakai : karbol fuksin, kristal
violet, dan methylen blue
Pengecatan differensial
 Ada dua jenis pengecatan ini, yakni; Pengecatan Gram
dan pengecatan tahan asam
 A. Ikhtisar pengecatan Gram
Hasil Pada
Bakteri
Perlakuan Waktu
Gram Gram -
+
Kristal violet 30 s ungu ungu
Larutan iodium, cuci dengan air dan keringkan 30 s - -

Dekolorisasi dengan alkohol, cuci dengan air dan 20 s Ungu Warnal


keringkan untur

Zat warna kontras, Cuci dengan air dan keringkan 30 s ungu Warna
kontras
Lanjutan
 Pengecatan Ini pertama kali oleh Christian Gram
(1884)
 Diantara bakteri yang dicat ada yang dapat menahan
zat warna ungu (metilviolet, kristalviolet,
gentianviolet) dalam tubuhnya meskipun telah
didekolorisasi dengan alkohol atau aseton.
 Bakteri yang memberi reaksi semacam ini disebut
Gram positif
 Bakteri yang tidak menahan zat warna setelah
dekolorisasi dengan alkohol akan kembali tidak
berwarna dan bila diberikan pengecetan dengan zat
warna kontras, akan berwarna sesuai dengan warna
kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi
semacam ini dinamakan bakteri Gram negatif.
Lanjutan
 Reaksi Gram ini bukanlah suatu ketentuan mutlak.
Reaksi ini dapat berubah menurut umur biakan, pH
medium, dan sebab lain.
 Sifat Gram positif adalah ciri beberapa sel bakteri yang
relatif mudah umurnya, semakin tua sel bakteri
kemungkina sifat ini akan hilang.
 Untuk pengecatan Gram sebaiknya digunakan biakan
muda (sebelum berakhirnya fase logaritma)
Ciri-ciri Khas bakteri Gram positif dan
Gram negatif
No Bakteri Gram Negatif Bakteri Gram positif
1 Sangat sensitif terhadap zat warna Kurang sensitif terhadap zat
trifenilmetan warnatrifenilmetan
2 Sensitif terhadap penisilin Sensitif terhadap streptomisin
3 Resisten terhadap alkali; tidak larut Sensitif terhadap alkali; larut oleh 1
oleh 1 % KOH % kOH
4 Biasanya kokus atau batang Biasanya batang tidak membentuk
pembentuk spora (kecuali spora (kecuali Neisseria yang
Lactobacillus, Corynebacterium). berbentuk kokus).
5 Dapat bersifat tahan asam Tampaknya tidak pernah tahan
asam
Pengecetan tahan asam
 Bakteri tahan asam sangat banyak mengandung
lipida, asam lemak, kandungan inilah yang
mencerminkan sifat tahan asam pada golongan bakteri
tersebut.
 Disebut pengecetan tahan asam karena pada beberapa
jenis bakteri sukar dilakukan pengecetan, tetapi sekali
dapat tercat tidak mudah untuk dilunturkan,
meskipun dengan menggunakan zat peluntur
(decolorizing agent) asam (atau asam alkohol)
 Yang termasuk bakteri golongan ini adalah genus
Mycobacterium (Mycobacterium tuberculosis, M.
leprae, M. smegmatis)
Lanjutan
 Film bakteri pada kaca objek yang telah difiksasi,
disiram dengan karbolfuksin, kemudian dipanaskan
sampai keluar uap (tidak sampai mendidih).
Pemanasan diulang beberapa kali agar bahan cat tetap
hangat kemudian didiamkan selama lima menit.
 Dekolorisasi dilakukan dengan asam-alkohol dalam
waktu yang singkat, kemudian cepat cuci dengan air.
 Pengecatan dengan cat kontras dilakukan dengan
metilenbiru dalam larutan KOH 1/10000
 Setelah dicuci kembali dengan air, preparat
dikeringkan di udara.
Pengecatan Granula Metakromatik
Diantara bakteri bentuk batang gram positif, ada di
dalam selnya ditemukan granula polifosfat yang
disebut juga granula metakromatik atau volutin
bodies. Granula ini bersifat kromofil dan
metakromatik yang berarti mempunyai aktivitas kuat
terhadap zat-zat warna dan seringkali tampak
berwarna lain dari zat warna yang diberikan.
Pada Corynobacterium diptheriae, granula berwarna
nila atau biru hitam setelah dicat metilen biru atau
toluidinbiru
Lanjutan
 Pengecatan granula yang banyak digunakan di
klinik adalah pengecatan Neisser dan Albert
 Pengecetan Neiser
1. digunakan 3 larutan cat, larutan metilen biru
(Neisser A), larutan kristal violet (neisser B),
larutan krisoidin atau tengguli Bismarck atau
bismarck brown (Neisser C)
2. Pengecetan pertama menggunakan larutan A
dan B dengan perbandingan 2:1, selama 30 s
3. Preparat dibilas dengan larutan C dan didiamkan
di atas film preparat selama ½-1 menit, kemudian
dikeringkan di atas kertas saring
Lanjutan
Hasil Pengecetan
Granula berwarna biru-hitam, sitoplasma berwarna
kuning (krisoidin) atau tengguli (Bismarck Brown)
Pengecetan ini digunakan untuk Corynobacterium
diptheriae
Pengecatan Spora
 Spora bakteri adalah endospora
 Spora dicat dengan warna hijau malakit (karbolfuksin)
 Jenis pengecatan Spora
 Menurut Klein
A. Biakan bakteri berspora yang berumur 48-72 jam disuspensi
dalam larutan garam fisiologis .
B. Kedalam suspensi tersebut ditambahkan larutan karbolfuksin,
kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 80°C
selama 10 menit.
C. Dari suspensi yang berwarna ini dibuat film yang tipis di atas
kaca objek, setelah kering difiksasi.
D. Selanjutnya preparat dicelupkan beberapa detik dalam asam
sulfat 1%, disusul dengan pencucian dengan air
E. Akhirnya dicat dengan larutan metilenbiru selama 3 menit,
dicuci dengan air dan dikeringkan.
Lanjutan
 Pegecatan spora dengan cara lain
A. Pengecatan Ziehl-Neelsen dengan sedikit modifikasi. Dalam
hal ini hanya dilakukan dengan alkohol. Hasil
pengecatannya adalah spora berwarna merah dan sel
bakteri berwarna biru
B. Film preparat disiram dengan larutan hijau malakhit jenuh
(kira-kira 7,6 %) dan ditunggu selama 10 menit sambil
sewaktu-waktu dipanaskan, kemudian dicuci dengan air
selama 10 detik. Pengecatan dilanjutkan dengan larutan
safranin dlam air (0,25%) selama 15 detik.akhirnya dicuci
dengan air dan keringkan. Hasil pengecatan adalah spora
berwarna hijau dan sel berwarna merah
Pengecatan Kapsul
Beberapa cara pengecatan telah dikemukakan dalam usaha
memperlihatkan adanya kapsul, antara lain ialah sebagai
berikut:
 Cara pengecatan negatif
hasil pengecatan ini memperlihatkan bakteri berwarna
merah, sedang kapsul tampak sebagai daerah kosong di
sekitar tubuh bakteri, dan latar belakang berwarna gelap.
Cara pengecatan negatif ini dikemukan oleh Burri-Gins.
 Cara pengecatan kapsul
untuk mengecat kapsul telah dikemukakan beberapa
cara, satu diantaranya adalah Tyler
ISTILAH DAN PENGERTIAN
 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan
tiap benda atau substansi dari semua kehidupan
dalam bentuk apapun.
 Disinfeksi
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan
organisme yang dapat menyebabkan infeksi.
 Disinfektan
Disinfektan adalah bahan yang digunakan untuk
melaksanakan disinfeksi.
Lanjutan
 Antiseptika
Antiseptika pada umumnya dimaksudkan bahan-
bahan yang mematikan atau menghambat
mikroorganisme , khususnya yang berkontak dengan
tubuh tanpa mengakibatkan kerusakan besar pada
jaringan.
 Bakteriostatika
Bakteriostatika, istilah ini mengandung arti
mempunyai sifat menghambat multiplikasi, akan
tetapi bila zat penghambat itu telah dihilangkan maka
multiplikasi dilanjutkan kembali.
Lanjutan
 Bakterisida
Bakterisida adalah setiap zat atau agen yang dapat
membunuh atau memusnahkan bakteri.
 Bakterin
Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dan dapat
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri jenis itu
 Bakteriolisin
Jenis antibodi yang terbentuk dalam darah dan dapat
menghancurkan bakteri
Lanjutan
 Bakteriolisis
Pembasmian dan pelarutan bakteri
 Bakteriostatis
Pencegahan atau penghentian pertumbuhan bakteri
 Bakteriostat
Substansi atau agen yang menghambat pertumbuhan
atau perkembangbiakan bakteri
Ex. Golongan sulfonamida
Lanjutan
 Bakterisidal
Berkemampuan untuk membunuh atau
memusnahkan bakteri
 Bakteritik
Sifat atau karakter yang ditimbulkan bakteri
 Bakateriuria
Terdapat bakteri dalam urine
 Septik
Berkenaan dengan kondisi sepsis
Lanjutan
 Septikimia
Persistenal dan muplikasi bakteri di dalam darah
 Sepsis
Status toksis atau sakit oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang merusak setelah berkontak
dengan jaringan yang menghasilkan pus atau nanah
 Asepsis
Keadaan dimana tidak adanya mikroorganisme dalam
jaringan hidup atau tidak ada sepsis (pembusukan).
Sebab-sebab kerusakan sel
 Denaturasi dan Koagulasi
Denaturasi : Kerusakan akibat pecahnya ikatan
hidrogen dalam struktur sekunder dan tersiernya.
Koagulasi : Perubahan dari bentuk cair kebentuk
padat
 Penyebab koagulasi : bahan pengendap koloid
seperti H+, garam, logam berat dan pemanasan
 Penyebab denaturasi : jenis-jenis alkohol, fenol dan
formaldehida
Lanjutan
Kombinasi kimia Non-spesifik
 Misalnya: klor, iodium, kresol, fenol, dan
formaldehida
 Basa kuat dan asam kuat adalah destruktif terhadap
hampir semua bahan-bahan organik
 Semua zat tersebut kerjanya non spesifik yakni dapat
bergabubg cepat dengan jaringan tubuh, kasein,
feses, lendir, kulit maupun protoplasma
mikroorganisme
Lanjutan
Kombinasi kimia spesifik
 Misalnya : sulfonamida dan antibiotika
 Sianida dan karbonmonoksida dapat meracuni
hemoglobin dan sitokromoksidase yang
menghambat pernapasan sel
 Kedua bahan ini sangat beracun begitu pula
Sodium fluorida yang mengganggu metabolisme
karbohidrat dan senyawa arsen yang mengganggu
respirasi
Lanjutan
Aktifitas pada permukaan sel
 Misalnya : Surfaktan yang bekerja menurunkan
tegangan permukaan
 Surfakatan juga membentuk bungkus pada
permukaan mikroba atau enzim sehingga
mengganggu kontak antarenzim dengan substratnya
 Surfaktan juga dapat merusak dan menghancurkan
dinding sel yang mengakibatkan sel lisis
 Surfaktan juga melarutkan atau mengemulsi lipida
membran sel dan dinding sel
 Polimiksin bersifat seperti tersebut
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sterilisasi
dan disinfeksi
Hidrasi
 Koagulasi berlangsung dengan baik jika proteinnya
cukup mengandung air
 Pemanasan kering membutuhkan suhu yang lebih tinggi
dari pemanasan dalam keadaan lembab, Pemanasan
kering membutuhkan suhu 165°C-170°C selama 1 jam
(dimatikan dengan penghangusan)
 Pemanasan terbatas pada bahan-bahan seperti alat-alat
kaca, logam, serbuk dan minyak.
 Pemanasan basah (lembab) dengann autoklap dengan
tekanan 15 ib per in² selama 12-20 menit pada suhu 121 °C
Lanjutan
Pengaruh suhu
 Semakin rendah suhu semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh organisme
 Suhu tinggi umumnya mengurangi tegangan
permukaan, mengurangi viskositas, dan mengurangi
absorbsi
Konsentrasi
 Bila konsentrasi dipertinggi dalam batas yang sempit
maka akan lebih mempercepat dan meyakinkan kerja
disinfektan
 Umumnya keefektifan berhubungan secara
eksponensial dengan konsentrasi (tidak secara linier)
Lanjutan
Oligodinamika
 Adalah aktivitas yang diperlihatkan logam berat
dalam jumlah yang sangat sedikit
 Ex. Bila sekeping logam berat (Cu) diletakkan di atas
lempeng medium pembiakan agar nutrisi yang telah
diinokulasi Staphylococcus aureus, kemudian
dieramkan, maka logam itu berdifusi dalam jumlah
yang sangat sedikit ke dalam medium dan
menghambat pertumbuhan yang berada disekitar
logam itu
Lanjutan
Disinfektan
 Suatu difisinfektan yang ideal bila mempunyai sifat-
sifat berikut :
 Efektifitasnya tinggi, dapat membunuh sejumlah besar
jenis mikroba dalam konsentrasi yang rendah
 Tidak merusak dan tidak mewarnai bahan-bahan
seperti pakaian, alat rumah tangga dan baunya tidak
menyengat
 Mempunyai sifat mikrobisida yang sempurna (dalam
waktu beberapa menit atau paling lama 1 jam), tidak
hanya berfungsi sebagai mikrobiostatis
Lanjutan
Koefisien Fenol
 Koefisien fenol dihitung berdasarkan rasio
pengenceran tertinggi dari disinfektan (X) yang diuji
 Organisme Uji yang dipakai adalah : Salmonella typhi,
Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa
 Jika suatu disinfektan telah ditetapkan koefisien
fenolnya maka sudah menjadi kebiasaan untuk
menggunakan disinfektan itu dalam konsentrasi 20 x
koefisien fenol
Filter bakteri
 Digunakan untuk memisahkan bakteri dari cairan
yang tidak tahan panas atau bahan kimia
 Filter bakteri tidak mensterilkan cairan dari virus dan
bakteriofag
 Terdapat banyak jenis filter bakteri dan satu
diantaranya adalah membran filter yang terbuat dari
selulosa asetat, diamter pori-porinya antar 0,1 µm-
0,005 µm
Sterilisasi
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara
Sterilisasi kering, melalui
 Pemijaran : diterapkan pada ose, ujing pinset, sudip
 Jilatan : diterapkan pada jarum, mulut tabung biakan,
kaca objek, kaca penutu, dan skalpel.
 Tanur Uap panas ( (hot air oven)
 Sebagian besar sterilisasi kering dilakukan
dengan alat ini. Biasanya digunakan suhu
160°C-165°C selama 1 jam. Cara ini diterapkan
alat-alat yang terbuat dari kaca.
Lanjutan
Sterilisasi Basah, dilakukan dengan cara
Penggodogan dalam air
 Cara ini hanya cukup untuk mematikan
mikroorganisme yang tidak berspora
 Digunakan dalam skala rumah tangga tapi bukan
sterilisasi
 Efek pensterilan dapat diperbaiki dengan penambahan
2 % natrium karbonat
Lanjutan
Uap mengalir
 Suatu proses sterilisasi dengan menggunakan uap
pada suhu 100 °C yang dilairkan pada benda yang akan
disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (tiga
sampai 4 kali) dengan selang waktu 24 jam. Waktu
selang itu memberi kesempatan pada spora yang
resisten dan nonaktif menjadi aktif kembalisebagai
sel vegetatif yang mudah dimatikan oleh suhu 100 °C
 Cara ini diterapkan pada media gelatin, suhu, dan
karbohidrat
Lanjutan
 Menggunakan Uap dalam Tekanan
 Menggunakan autoklap
 Pada tekanan 15 ib (2 atm), suhu 121 °C selama 20
menit

Anda mungkin juga menyukai