Hadits
“Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pernah ditanya: pekerjaan
apakah yang paling baik?. Beliau bersabda:
"Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan
setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar.
Hadits shahih menurut Hakim.
HUKUM JUAL BELI
Rukun jual beli yang kedua: orang yang berakad (penjual dan pembeli)
Syarat – syarat bagi orang yang berakad adalah sebagai berikut:
Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang. Batal akad anak kecil, orang gila dan
orang bodoh, sebab mereka tidak pandai dalam mengendalikan harta. Oleh karena
itu anak kecil, orang gila, dan orang bodoh tidak boleh menjulkan hartanya
sekalipun miliknya, Allah berfirman:
Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli tertentu. Misalnya seseorang
hamba dilarang menjual hambanya yang beragama islam kepada pembeli non-
muslim, karena akan merendahkan abid yang beragama islam. Sedangkan Allah
melarang umatnya memberi jalan kepad aorang kafir untuk merendahkan mukmin
lain. Allah berfirman dalam al-surah An-nisa ayat 14. Yang artinya:
“dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang beriman”(QS.An-Nisa:14)
RUKUN & SYARAT JUAL BELI
Rukun jual beli ketiga: benda-benda atau barang yang diperjualbelikan (ma’kud
‘alaih).
Syarat-syarat benda yang menjadi obyek akad adalah:
Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak sah penjualan benda-benda najis
seperti anjing, babi, dan yang lainnya, Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Jabir ra Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan penjualan arak, bangkai, babi dan berhala” (riwayat Bukhari dan
Muslim)
Menurut riwayat lain dari Nabi dinyatakan “kecuali anjing untuk berburu boleh
diperjualbelikan”. Menurut syafi’iyah bahwa sebab keharaman arak, bangkai,
anjing, dan babi karena najis, berhala bukan karena najis tapi karena tidak ada
manfaatnya, menutur syara’ batu berhala bila dipecah menjadi batu-batu biasa
boleh diperjualbelikan sebab dapat digunakan untuk membangun gedung atau
lainnya.
Memberi manfaat menurut syara’ maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak
boleh diambil manfaatnya menurut syara’, seperti menjual babi, kal, cicak, dan yang
lainnya.
Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain,
seperti: jiak ayahku pergi kujual motor ini kepadamu.
Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kepada tuan
selama satu tahun, maka penjualan seperti itu tidak sah, sebab jual beli
adalah salah satu sebab kepemilikan secara utuh yang tidak dibatasi apa
pun kecuali ketentuan syara’.
Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat, tidaklah sah menjual
binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, barang-barang
yang sudah hilang atau barang yang sulit diperoleh kembali karena samar,
seperti seekor ikan jatuh ke kolam, maka tidak diketahui dengan pasti ikan
tersebut, sebab dalam kolam tersebut terdapat ikan-ikan yang sama.
Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin
pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.
Diketahui(dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui
banyaknya, beratnya, takarannya atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka
tidaklah sah jual belu yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
MACAM – MACAM JUAL BELI
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli, maka dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqiyyudin, bahwa jual beli dibagi menjadi
tiga bentuk, sebagai berikut:
Jual beli yang kelihatan adalah jual beli yang dilakukan pada waktu akad ,
benda atau barang yang diperjualbelikan ada didepan penjual dan pembeli.
Seperti jual beli yang terjadi di pasar.
Jual beli yang disebutka sifat-sifatnya dalam perjanjian adalah jual beli
salam (pesanan). Menurut kebiasaan pedagang, salam adalah jual beli
yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti meminjamkan
barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya
ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan barangnya ditangguhkan hingga
masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.
Jula beli yang tidak ada serta tidak dapat dilihat adalah jual beli yang
dilarang oleh agama islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap,
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang
titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.
MACAM – MACAM JUAL BELI
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi tiga yaitu: dengan lisan ,
dengan perantara, dan dengan perbuatan. Akad jual beli dengan lisan.
Akad dengan lisan dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti
dengan bahasa isyarat.
Penyampaian akad jual beli dengan utusan, perantara, tulisan atau surat-
menyurat sama halnya dengan ucapan, mislanya via pos dan giro. Jual beli ini
dilakukan antara penjual dan pembeli yang tidak berhadapan langsung dalam
suatu majelis akad, tetapi melalkui pos dan giro, jual beli ini diperbolehkan
menurut syara’.
Jual beLi dengan perbuatan ( saling memberikan ) atau dikenal dengan istilah
mu’athah yaitu mengambil dan memeberikan barang tanpa ijab dan kabul,
seperti seseorang membeli barang yang sudah memiliki label harga. Jual beli
seperti itu dilakukan tanpa sighat ijab kabul antara penjual dan pembeli,
menurut dsebagian Syafi’iyah hal itu dilakukan, sebab ijab kabul sebagai rukun
jual beli. Tetapi menurut sebagian Syafi’iyah lainnya, seperti imam nawawi
membolekan jual beli barang kebutuhan sehari-hari dengan cara yang
demikian.
MACAM – MACAM JUAL BELI
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala, bangkai dan
khamar.
Jual beli seperma (mani) hewan. Seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan
betina, agar dapat memperoleh keturunan.
Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.
Jual beli muhaqallah,haqalah mempunyai arti tanah, sawah, kebun, maksud
muhaqallah di sini ialah menjual tanaman-tanaman yang masih diladang atau disawah,
hal ini dilarang agama, sebab ada persangkaan riba didalamnya.
Jual beli dengan mukhadarah, yaitu menjual buah-buahan yang belum pantas untuk
dipanen.
Jual beli dengan muammasah, yaitu jual beli secra sentuh menyentuh, misalnya orang
itu menyentuh kain pada siang atau malam hari maka orang itu telah membeli kain
tersebut. Hal itu dilarang karena mengandugn tipuan.
Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lepar melempar, seperti
seseorang berkata; “lemparkanlah kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan
apa yang ada padaku”, setelah terjadi lempar-melempar, maka terjadilah jual beli. Hal ini
dilarang karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab kabul.
Jual beli denga muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan yang
kering, seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah, sedangkan
ukurannya dengan sekilo maka akan erugikan pemilik padi kering.
Menentukan dua harga untuk satu barang. Misal, kujual buku ini seharga
Rp.10.000 tunai atau Rp.15.000 dengan cara hutang.
Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini hampir sama
dengan jual beli dengan menentukan dua harga, hampir saja disini dianggap
sebagai syarat seperti seseorang berkata “aku jual rumahku yang buntut ini
kepadamu dengan syarat kamu mau menjual mobilmukepadaku”.
Jual beli gharar, yaitu jual beki yang masih samar sehingga kemungkinan
adanya penipuan.
Jual beli dengan mengecualikan sebagian dari benda yang dijual, seperti
seseorang yang menjual sesuatu dari benda itu ada yang dikecualikan salah
satu bagiannya. Misal, si A menjual seluruh pohon-pohonnya kecuali pohin
pisang, jual beli tersebut sah, karen ayang dikecualikannya jelas. Tapi, jika yang
dikecualikannya tidak jelas (mahjul) maka jual beli tersebut batal.
Larangan menjual makanan sehingga dua kali ditakar.
Terdapat beberapa macam jual beli yang dilarang tetapi sah
hukumnya, sedangkan orang yang melakukannya mendapat dosa
dari jual beli tersebut, antara lain sebagai berikut:
Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk pasar, untuk
membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-murahnya
sebellum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia jual dengan
harga yang setinggi-tingginya.
Menawar barang yang sedang ditawar orang lain, seperti seseorang
berkata,”tolaklah harga tawarannyaitu, nanti aku membeli dengan
harga yang lebih mhal”.
Jual beli dengan Najasyi, ialah menambah atau melebihkan harga
temannya, dengan maksud memancing-mancing orang, agar orang
itu mau membeli barang kawannya.
Menjual di atas penjualan orang lain, umpamanya sesorang
berkata: “kembalikan saja barang itu kepada penjualny, nanti
barangku saja kau beli dengan harga yang lebih murah dari itu”.
Khiyar dalam jual beli