• ISK
• NEFROTIK NEFRITIK
• AKI
• CKD
• PROSTAT
• UROLITIASIS
• TESTIS TESTISAN
Infeksi saluran kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ada/ ditemukannya
mikroorganisme dalam urine
Kondisi ISK dapat diketahui dengan adanya mikroorganisme di dalam urine, yang paling
sering adalah ditemukannya bakteri dalam urine. Adanya bakteriuria bermakna
(significant bacteriuria) adalah ditemukannya pertumbuhan mikroorganisme murni lebih
dari 105 colony forming units/ milliliter (cfu/ml) pada biakan urine.
Dari data penelitian yang ada, hampir 25-35% dari semua perempuan dewasa telah
pernah mengalami ISK dalam hidupnya. ISK berulang pada laki-laki lebih jarang ditemukan
jika tidak ditemukan adanya faktor pencetus yang jelas. Pada individu perempuan,
prevalensi ISK pada usia sekolah adalah 1%, yang meningkat menjadi 5% pada fase seksual
aktif. (PAPDI, 2009)
• Infeksi Saluran Kemih Bawah (ISK- • Bakteriuria Asimptomatik/ Covert • Infeksi Saluran Kemih Sederhana
B), meliputi infeksi dan perdangan Bacteriuria. Merupakan kondisi (Uncomplicated), Merupakan suatu
pada: ditemukannya bakteriuria bermakna kondisi ISK yang tunggal maupun
• Perempuan: Meliputi sistitis yakni yang tidak disertai adanya keluhan berulang, namun tidak ditemukan
suatu presentasi infeksi kandung ataupun tanda-tanda klinis. Kondisi tanda-tanda maupun gejala
kemih disertai bakteriuria ini sering diakibatkan oleh: insufisiensi renal kronik.
bermakna, dan sindroma uretra • Pasien telah mendapatkan/ sedang
akut (SUA) yakni adanya presentasi menggunakan terapi antimikroba • Infeksi Saluran Kemih
sistitis tanpa adanya • Terapi diuretika Berkomplikasi (Complicated),
mikroorgnisme/ steril. Merupakan suatu kondisi ISK yang
• Minum banyak
• Laki-Laki: Sistitis, prostatitis, diikuti dengan terjadinya insufisiensi
epididimitis, dan urethritis • Waktu pengambilan sampel tidak
tepat renal kronik yang seringkali
berkaitan dengan refluks
• Peranan bakteriofag
• Infeksi Saluran Kemih Atas (ISK-A): vesikoureter sejak lahir yang
Meliputi pielonefritis akut (PNA) biasanya dapat berakhir pada gagal
• Bakteriuria Simptomatik, ginjal terminal.
yakni adanya proses inflamasi pada
merupakan kondisi ditemukannya
parenkim ginjal yang disebabkan
bakteriuria bermakna yang juga
oleh infeksi bakteri, dan pielonefritis
diikuti oleh adanya keluhan maupun
kronis (PNK) yang merupakan
tanda-tanda klinis suatu ISK.
kondisi lanjut dari adanya infeksi
akut sejak masa kecil, obstruksi
saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan maupun tanpa
adanya bakteriuria kronik dan sering
diikuti terjadinya jaringan parut
pada ginjal.
©Bimbel UKDI MANTAP
Etiologi dan faktor risiko
Menurut Harrison et al. (2009), Faktor Risiko
pencetus/ agen etiologik ISK pada
umumnya adalah bakteri. Pada • Riwayat diabetes melitus
umumnya penyebabnya adalah
mikroorganisme tunggal seperti: • Riwayat kencing batu (urolitiasis)
• Higiene pribadi buruk
Eschericia
coli, Mikroorganisme • Riwayat keputihan
lainnya yang
merupakan sering dtemukan Infeksi • Kehamilan
mikroorganis seperti Proteus Pseudomonas
me yang spp. (ditemukan spp. akibat • Riwayat infeksi saluran kemih
paling sering pada 33% ISK
anak laki-laki
dari sebelumnya
diisolasi dari berusia 5 tahun), pemasangan
pasien Klebsiella spp., kateter dan • Riwayat pemakaian kontrasepsi
dengan ISK dan infeksi diafragma
asimptomatik Staphyllococcus nosokomial.
maupun spp. dengan • Kebiasaan menahan kencing
koagulase negatif.
simptomatik. • Hubungan seksual
• Anomali struktur saluran kemih
• kram punggung
• nyeri punggung
• mual-muntah
• skoliosis, dan
• hingga penurunan berat badan.
Primer vs sekunder
3. Histopatologi :
• a. Kelainan minimal
Terapi: kortikosteroid (prednison, • b. Kelainan non minimal
prednisolon) • c. Endapan Ig G, Ig A, Ig M, C3,
,fibrinogen
Relaps
• Timbulnya proteinuria kembali (>40 mg/m2/jam), atau ≥ 2+ selama 3 hari berturut-turut
Remisi
• Keadaan proteinuria negatif atau trace selama 3 hari berturut-turut
Diuretik
Albumin
• Streptococal • SLE
• Staphilococal • Henoch Schönlein purpura
• Endocarditis bacterial
• Viral
MICROANGIOPATI
IDIOPATI
GLOMERULO DISEASE
• Hemolitik uremik sindrom • Membrano proliferatif GN
• Malignan hipertensi • IgA GN
• Pre eklamsia
PATOGENESIS GN
Glomerulo nefritis
SEMBUH
LATENT
GNA GNK SN GGT
SUB. AKUT
5% †
RPGN
GGT
GNK: glomerulo nefritis kronis
GNA: glomerulo nefritis akut GGT: gagal ginjal terminal
RPGN: rapid progressive glomerulo nefritis SN: sindroma nefrotik
GNA-POST STREPTOCOCCAL
Definisi :
• GN : Ialah suatu reaksi
imunologik terhadap
bakteri/virus tertentu pada
jaringan ginjal.
• Sering akibat infeksi kuman
streptococcus
Perjalanan klinis GN
• dapat akut maupun kronis.
Insidensi:
• 2/3 GNA pada anak berumur
antara 3-7 tahun
• Penderita pria > wanita
• Jarang pada umur < 3 tahun
Laboratorium :
• Urin
• Jumlah menurun
• Berat Jenis meningkat
• Eritrosit : (+ +) / > 5/LPB
• Darah :
• Laju Endap Darah meningkat.
• Ureum sedikit meningkat.
• Kreatinin sedikit meningkat .
• B1C – Globulin (C3) menurun
• Adeno Streptolicin O (ASTO) meningkat.
Istirahat-total : 3 - 4 minggu
Dietetik :
• rendah protein (1 gm/kg bb/hari)
• rendah garam (1 gm/hari)
IVFD Glukose 10 - 15 % pada penderita anuria/muntah, bila terjadi anuria selama (5-7 hari) maka dilakukan :
• Dialisis peritoneum
• Tranplanstasi ginjal
• Hemodialisis.
Diuretika :
• Bila ureum meningkat : “Forced diurestics” (Lasix : Furosemid).
Simtomatik :
• Hipertensi reserpin, hidralisin Mg SO4
• Hypertensive encephalopathy ditambah sedativa (Luminal, Valium).
• Dekompensasi jantung : digitalis sedativa, dan O2
Definisi :
• Kelainan hematologis dan proteinuria menetap.
• Eksaserbasi berulang terhadap GNA (beberapa bulan/tahun).
Gejala Klinik :
• Tanpa gejala yang spesifik : Edema sedikit, suhu subfebril
• Fase nefrotik : edema tambah jelas,
• ratio albumin/globulin terbalik, kolesterol meningkat.
• Fungsi Ginjal dapat menurun : kadar ureum dan kreatinin meningkat
Makroskopik :
• Ginjal mengecil/mengerut.
• Permukaan berbutir (contracted kidney).
Mikroskopik :
• Glomerulus bergenerasi hialin, tubulus atrofik.
• Pada nefron jaringan ikat meningkat dengan infiltrasi
limfosit.
National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am JKidney Dis. 2002:39:S1-S246.
Derajat Penjelasan LFG
(ml/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥ 90
normal atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 60 – 89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 30 – 59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 15 – 29
berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am JKidney Dis. 2002:39:S1-S246.
National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis. 2002:39:S1-S246.
♂ LFG (ml/menit/1,73m ) = 2 (140 - umur) x berat badan
72 x kreatinin plasma (mg/dL)
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Hipertensi Albuminuria
Diabetes mellitus Proteinuria
Dislipidemia Abnormalitas sedimen
Penyakit autoimun urine
Usia yang lebih tua Episode AKI sebelumnya
Keturunan Afrika Kelainan struktur saluran
Riwayat keluarga kemih
penyakit ginjal
National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis. 2002:39:S1-S246.
National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis. 2002:39:S1-S246.
National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis. 2002:39:S1-S246.
Gangguan Cairan, Elektrolit, dan Gangguan
Keseimbangan Asam-Basa
Homeostasis Natrium DanAir
Homeostasis Kalium
Asidosis Metabolik
Gangguan Metabolisme Kalsium dan Fosfat
Kalsium dan Fosfat
Manifestasi Tulang Pada CKD
Kelainan Hematologik
Anemia
Hemostasis abnormal
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Kerusakan RetensiNa Ekspans
HT
nefron dan air i ECFV
Terapi
restriksi asupan garam (1-2 gr/hari)
Diuretik
Gangguan konservasi natrium dan air
Hiperkalemia – hipokalemia
Asidosis metabolik
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Defisiensi eritropoietin
Hiperparatiroidisme
Defisiensi besi
sekunder
ANEMIA
Masa hidup
eritrosit pendek
National Kidney Foundation:
Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative. Clinical
Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification, and
Stratification. Am JKidney
Dis. 2002:39:S1-S246.
Kelainan Kardiovaskular
Penyakit Vaskular Iskemik
Gagal Jantung
Hipertensi dan Hipertrofi Ventrikel Kiri
Penyakit Perikardial
Kelainan Neuromuskular
Gangguan memori, gangguan tidur
Iritabilitas : cegukan, kram, fasikulasi
Asterixis, mioklonus, kejang, koma
Restless legs syndrome
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Kelainan Gastrointestinal dan Gizi
Anoreksia, mual,muntah
Fetor uremikum, dysgeusia,gastritis
Gangguan Metabolik Endokrin
Kadar estrogen ↓ : infertilitas
Kelainan Dermatologik
Endapan metabolit pigmen urokrom
Pruritus uremikum
Nephrogenic fibrosing dermopathy
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Pendekatan Awal
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologis
Biopsi Ginjal
Menegakkan Diagnosis dan Etiologi dari CKD
Restriksi Protein
0,6-0,75 g/kg/hari
Asupan energi 35 kkal/kgBB
↓ Hipertensi Intraglomerular dan Proteinuria
Target 130/80 mmHg
1st line : ACEinhibitor dan/atau ARB
↓ Progresivitas Nefropati Diabetik
Target HbA1C < 7%
Obat-obatan hipoglikemia
Manajemen Komplikasi Lain CKD
Anemia, hiperPTH, asidosis, dll.
Penyesuaian dosis obat
Dialisis
Adanya gejala uremia
Hiperkalemia, ECFV,asidosis refrakter
Diatesa hemoragika
GFR< 10 ml/min/1,73 m2
Transplantasi Ginjal
Edukasi Pasien
Benign Prostatic Hyperplasia
IPSS 8-19
Gejala
Sedang
IPSS 20-35
Gejala
Berat
• IPSS Farmakologi
– Alpha-1 adrenergik blocker
– 5 Alpha Reductase Inhibitor (5-ARI)
• IPSS gejala ringan
dan sedang
mulai dengan
monoterapi
• IPSS gejala berat
kombinasi
terapi alpha-1
blocker + 5-ARI
• Monoterapi awal Alpha-1 Blocker
– Efek pengurangan gejala BPH cepat didapat
– Lebih efektif dibandingkan monoterapi 5-ARI dalam pengobatan jangka
panjang BPH
• 5-ARI dapat digunakan sebagai monoterapi BPH, apabila terdapat kontraindikasi
alpha-1 blocker. Namun, butuh waktu 6-12 bulan pengobatan untuk
memunculkan efek terapi 5-ARI
• Alpha-1 Blocker merelaksasikan otot polos di bladder neck, kapsul
prostat, dan urethra prostatika mengurangi obstruksi
– Efek samping = hipotensi orthostatik dan dizziness.
– Alpha-1A Blocker (tamsulosin, alfuzosin, silodosin) lebih uroselektif, EFEK
SAMPING HIPOTENSI MINIMAL
• 5-Alpha Reductase Inhibitor (5-ARI) menghambat enzim 5-Alpha
Reductase yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron
mengurangi volume prostat jangka panjang & menurunkan kebutuhan
pembedahan
– Efek samping = penurunan libido dan disfungsi ereksi
BPH – Tatalaksana Bedah
Indikasi : • TURP (Trans Urethral
• Retensi urin akut Resection Prostatectomy)
• Retensi urin kronis (selalu
90-95%
>300 mL)
• Volume residu urin >100 mL
• ISK berulang
• Gross hematuria
• Gagal ginjal
• Divertikulum buli yang besar
• Batu buli
• Keluhan pasien sedang-berat • Open prostatectomy
• Tidak ada perbaikan dengan
terapi non-bedah yang – 5-10 %
optimal – BPH besar (>50-100 gram,
volume >80-100 cm3)
Kanker Prostat
Jenis terbanyak
adenokarsinoma (95%)
Manifestasi klinis
NYERI TEKAN + + - -
PSA N N N NAIK/>10
PHREN TES + - - - -
TRANSLUMINASI - - + - -
TRAUMA - - - - +
Clinical Manifestation
• Fever
• Chills
• Malaise
• Arthralgias
• Myalgias
• Perineal/prostatic pain
• Dysuria
• Obstructive urinary tract symptoms, including frequency, urgency,
dysuria, nocturia, hesitancy, weak stream, and incomplete voiding
• Low back pain
• Low abdominal painSpontaneous urethral dischargeHistory of
sclerotherapy for rectal prolapse
Treatment
• Nephrolithiasis
• Ureterolithiasis
• Vesicolithiasis
• Urethrolithiasis
Lokasi Gejala
GINJAL Nyeri regio flank / nyeri pinggang, dapat berupa
(Nephrolithias -Nyeri kolik akibat aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, atau
is) -Non-kolik akibat peregangan kapsul ginjal, hidronefrosis, atau infeksi pada
ginjal
-Nyeri ketok kostovertebra (+), massa ginjal (bila hidronefrosis)
URETER Nyeri pinggang kolik (akibat peristaltik) dan menjalar (nyeri alih), tergantung
(Ureterolithias letak batu :
is) - Ureter proksimal pinggang setinggi pusar (T10)
- Ureter media medial paha, inguinal, skrotum (L1-3)
- Ureter distal ujung penis (S2-3), + disuria
VESICA -Gejala iritatif (frekuensi, urgensi, nokturia)
(Vesicolithiasi -Miksi tiba-tiba berhenti dan menjadi lancar kembali dengan perubahan
s) posisi tubuh.
-Nyeri berkemih pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, atau kaki
-Anak sering mengeluh enuresis nokturna, sering menarik-narik penisnya
(laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (perempuan)
URETHRA Miksi tiba-tiba berhenti, retensi urin.
(Urethrolithia -Batu pada urethra anterior benjolan keras di penis, atau tampak di
sis)
meatus uretra eksterna. Nyeri pada glans penis.
-Batu pada urethra posterior nyeri pada perineum atau rektum
Urinary Tract Referred Pain
Jenis-jenis Batu
• f
Urinalisis
• Hematuria, kristal, tanda infeksi
Radiologi
• BNO / KUB hanya untuk batu radioopak (kalsium, sistin, staghorn)
• IVP bisa untuk batu radiolusen / non-opak (asam urat)
• USG aman untuk ibu hamil dan pasien yang memiliki kontraindikasi IVP.
Dapat melihat semua batu (radioopak atau radiolusen pada BNO)
• Pyelografi antegrade/retrograde bila fungsi voiding terganggu (misal
pada obstructive uropathy)
BNO
USG
Tatalaksana Urolithiasis
Indikasi pengeluaran batu aktif
• Kasus batu dengan kemungkinan keluar spontan rendah
• Adanya obstruksi saluran kemih persisten
• Ukuran batu >15 mm
• Adanya infeksi
• Nyeri menetap atau berulang
• Disertai infeksi
• Batu metabolik yang tumbuh cepat
• Adanya gangguan fungsi ginjal
• Keadaan sosial pasien
Pelarutan
• Batu asam urat, hanya terjadi pada urin yang asam (pH 6,2) alkalinisasi urin dengan
Natrium bikarbonat. Lakukan terapi untuk hiperurisemia
Lithotripsi
Pembedahan
• Batu kaliks adanya hidrokaliks, nefrolitiasis kompleks, ESWL gagal
• Batu pelvis adanya hidronefrosis, infeksi, nyeri hebat, staghorn calculi
• Batu ureter telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat, impaksi ureter
• Batu buli-buli ukuran >3 cm
Pasien dengan batu
ginjal
>5 mm <5 mm
Konservatif, observasi,
5-10 mm 10-20 mm >20 mm terapi ekspulsif
medikamentosa
ESWL atau
Ideal untuk ESWL?
endourologi
ESWL Extracorporeal
Ya ESWL atau Shockwave Lithotripsy
endourologi RIRS Retrograde
Intrarenal Surgery
PNL Percutaneous
Tidak 1. Nephrolithotomy
Endourologi; 2. ESWL
TERIMAKASIH