Pembimbing:
dr. Imawan Hardiman, Sp.KK
Prevalensi
• Anak : 10-20%
• Dewasa : 1-3%
• Peningkatan insidensi kisaran 3
kali lipat selama beberapa dekade
terakhir
Etiopatogenesis
Gangguan Sawar Kulit
SCORAD (Scoring
Atopic Dermatitis)
A/5 + 7B/2 + C
• A = luas lesi
• B = intensitas lesi
• C = gejala subjektif
Diagnosis Banding
Khusus:
Pelembab emolien 2-3 kali sehari 3 menit setelah mandi atau ketika kulit terasa kering, kortikosteroid
topikal (cream betametason valerat 0,1% tube no.1), Antihistamin sistemik (loratadin 10 m/hari).
Prognosis
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtinoam : dubia ad bonam
Quo ad Kosmetikum : dubia ad sanam
Bab IV
Analisa Kasus
Inflamasi pada kulit yang bersifat Inflamasi pada kulit melalui mekanisme non Merupakan dermatitis yang diperantarai oleh Merupakan peradangan kulit kronis, gatal,
kronik residif, disertai rasa gatal, dan imunologi, disebabkan kulit terpapar bahan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) yang sirkumskrips, ditandai kulit tebal dan garis
mengenai bagian tubuh tertentu, iritan eksogen berupa agen kimiawi, fisik, disebabkan akibat kontak dengan bahan alergen. kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)
faktor yang berperan dalam maupun biologik. menyerupai kulit batang kayu, akibat
terjadinya atopi: genetic, lingkungan, garukan atau gosokan yang berulang-
sawar kulit, imunologik, psikologis. ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik.
Pada pemeriksaan fisik yang Pada pemeriksaan fisik kulit didapatkan Untuk lesi akut: bercak eritematosa berbatas Lesi biasanya tunggal, awalnya berupa
dilakukan pada pasien tampak makula efloresensi monomorf, berupa skuama, tegas, diikuti edema, papulovesikel, vesikel, atau plak eritematosa, sedikit edematosa,
eritema papul, dan papulovesikel, makula eritematous berbatas tegas, edema, bula. Lesi kronik: kulit kering, skuama, papul, lambat laun edema dan eritema
berjumlah multiple, berukuran miliar vesikel/bula, atau erosi. likenifikasi, fissura, batasnya tidak tegas. menghilang. Bagian tengah berskuamadan
sampai lentikular, berbentuk bulat, menebal, likenifikasi. Gambaran klinis
berbatas tegas, susunan tidak teratur, dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.
distribusi bilateral.
Ditemukan 3 kategori kriteria mayor Adanya rasa gatal yang disertai dengan Pasien umumnya mengeluh gatal. Gejala sangat gatal biasanya timbul pada
adalah rasa gatal atau pruritus, sensasi terbakar segera setelah terpapar waktu yang tidak sibuk.
morfologi dan distribusi lesi yang khas bahan iritan.
yaitu distribusi simetris, serta
perjalanan penyakit yang bersifat
kronik dan berulang. Sedangkan
kriteria minor pada pasien ini antara
lain kulit kering, gatal bila berkeringat,
perjalanan penyakit dipengaruhi oleh
lingkungan atau emosi.
Prinsip pengobatan pada pasien dengan dermatitis atopik adalah hidrasi kulit
dengan memberikan pelembab dan mengatasi gejala yang muncul dengan pemberian
anti inflamasi dan anti pruritus. Pada pasien ini diberikan pelembab emolien 2-3 kali
sehari 3 menit setelah mandi atau ketika kulit terasa kering, terapi kortikosteroid topikal
(cream betametason valerat 0,1% tube no.1), Antihistamin sistemik (loratadin 10
m/hari).
Sesuai dengan teori, pengobatan pasien dengan dermatitis atopi dapat
diberikan dapat digunakan kortikosteroid golongan V, misalnya flutikason, betametason
17 valerat, atau golongan IV, yaitu mometason furoat (MF), atau aklometason.
Walaupun MF tergolong kortikosteroid potensi sedang, namun hasil penelitian klinis
membuktikan bahwa MF tidak mengakibatkan efek atrofogenik atau hanya minimal.
Dalam keadaan tertentu kortikosteroid topikal potensi kuat dapat digunakan secara
singkat (1-2 minggu). Bila DA sudah teratasi segera diganti dengan potensi sedang atau
lemah.
Daftar Pustaka
Barbarot S, et al. Epidemiology of atopic dermatitis in adults: Results from an international survey.
European Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2018;1-2.
Eichenfield LF, et al. Guidelines of care for the management of atopic dermatitis. Section 2.
Management and treatment of atopic dermatitis with topical therapies. J Am Acad Dermatol
2014;71:116-32
Friedmann PS, Arderm-Jones MR, Holden CA. Atopic dermatitis. In: Griffiths CEM, Barker J, Bleiker T,
Chalmers R, Creamer D, editors. Rook’s textbook of dermatology, 9th ed. UK: John Wiley & Sons. 2016.
p.24.1-24.31.
James WD, Berger TG, Elston DM, Neuhaus IM.Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious
immunodeficiency disorders. In:Andrews’ diseases of skin: clinical dermatology, 12th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016. p.62-69.
Leung DYM., Eichenfield L,Boguniewicz M. Atopic dermatitis (Atopic eczema). In:Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors.Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine, 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2012. p. 165-182.
Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2017.