Anda di halaman 1dari 38

Nadia Annisa Ratu

Pembimbing:
dr. Imawan Hardiman, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
RSUD BANGKINANG
2018
1
Bab I. Pendahuluan

Dermatitis atopik (DA) merupakan inflamasi pada kulit yang bersifat


kronik residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama
di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase
anak).
Prevalensi kejadian dermatitis atopik pada anak-anak berkisar antara
10-20% kasus, sedangkan prevalensi pada dewasa berkisar antara 1-3% kasus.
Dermatitis atopik terjadi karena adanya kombinasi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor predisposisi genetik (melibatkan gen)
dan faktor eksternal adalah faktor psikologis dapat merupakan penyebab atau
sebagai dampak dermatitis atopik.
Bab II
Dermatitis atopik (DA) :
• Inflamasi kulit kronik
• Residif
• Pruritus hebat
• Etiologi multifaktorial
• Masa bayi dan anak-anak
• Berhubungan erat dengan penyakit atopi lain

Prevalensi
• Anak : 10-20%
• Dewasa : 1-3%
• Peningkatan insidensi kisaran 3
kali lipat selama beberapa dekade
terakhir
Etiopatogenesis
Gangguan Sawar Kulit

 Mutasi gen cytoskeleton


keratin (filaggrin dan lorikrin)
 Penurunan kadar seramid
 Peningkatan enzim proteolitik
endogen
 Peningkatan transepidermal
waterloss (TEWL).
Gambar. Hubungan disfungsi sawar kulit dan patogenesis DA
Etiopatogenesis
Pada kulit pasien DA terjadi perubahan sistem imun yang erat hubungannya dengan
faktor genetik, sehingga manifestasi fenotip DA bervariasi. Penelitian genetik terhadap
pasien asma memperlihatkan gen yang sama dengan pasien dermatitis atopik, yaitu gen
pada 11q13 sebagai gen pengkode reseptor IgE. Ekspresi reseptor IgE tersebut pada sel
penyaji antigen dapat memicu terjadinya rangkaian peristiwa imunologi pada DA.

Mekanisme imunologi pada fase akut dan fase kronik dermatitis


atopik.
Etiopatogenesis
Genetik
• Risiko DA pada kembar monozigot sebesar 77% dan dizigot 25%
• Keterkaitan antara dermatitis atopik, asma bronkial, rinitis alergik, dan peningkatan kadar
IgE dalam serum dengan human leukocyt antigen (HLA) pada kromosom 6 dan lokus
yang berbeda.

1.Kromosom 5 (interleukin cluster): banyak penelitian terhadap kromosom 5 memperlihatkan


hubungan antara asma, atopi, dan dermatitis atopik dengan 5q23-31 yang merupakan kluster
sitokin. Sitokin tersebut adalah IL-4, IL-13, CD14 antigen dan IL-12B.
2. Kromosom 6-Major Histocompatibility Complex (MHC): hasil penelitian menunjukkan
keterikatan antara asma dan atopi dengan gen MHC-II, yaitu pada alel HLA-DR4 dan DR7.
3. Kromosom 16: telah terdeteksi keterkaitan polimorfisme gen IL-4RA dengan IL-4, IL-13,
sitokin Th2, dan IgE dengan fenotip dermatitis atopik serta asma bronchial.
Faktor lain penyebab pruritus pada DA

Stimulus ringan (misalnya mekanis, elektris dan termal) dapat menyebabkan


pruritus melalui jalur refleks akson terminal yang mengeluarkan substansi P,
sehingga menyebabkan vasodilatasi atau rangsangan terhadap sel mast.

Kulit yang kering menyebabkan diskontinuitas sel keratinosit sehingga bahan


pruritogenik yang dikeluarkan merangsang reseptor dan dapat meningkatkan ksi
hipersensitivitas kulit.
Faktor psikologis

Pada psikoanalisis didapatkan tingkat gangguan psikis pada DA


tergolong tinggi, antara lain berupa rasa cemas, stres, dan depresi.
Rasa gatal yang hebat memicu garukan yang terus menerus
sehingga menyebabkan kerusakan kulit sebaliknya dengan
melihat kerusakan kulit rasa cemas makin meningkat.
klasifikasi
 DA murni hanya terdapat di kulit, sedangkan DA dengan kelainan di organ
lain, misalnya asma bronkhial, rhinitis alergika, serta hipersensitivitas
terhadap berbagai alergen polivalen (hirup dan makanan).
 Bentuk DA mumi terdiri atas 2 tipe, yaitu
 DA intrinsik adalah DA tanpa bukti hipersensitivitas terhadap alergen
polivalen dan tanpa peningkatan kadar IgE total di dalam serum.
 DA ekstrinsik, bila terbukti pada uji kulit terdapat hipersensitivitas terhadap
alergen hirup dan makanan.
 Klasifikasi yang lebih praktis untuk aplikasi klinis didasarkan atas usia saat
terjadinya DA, yaitu DA fase infantil, anak dan dewasa.
Gambaran Klinis
Dermatitis atopi dibagi menjadi 3 tipe :

1. Dermatitis Atopik Tipe Infantil

2. Dermatitis Atopik Tipe Anak

3. Dermatitis Atopik Tipe Remaja/Dewasa


Gambaran Klinis
Dermatitis Atopik Tipe Infantil
 Usia 2 bulan – 2 tahun
 Eritem, papul, plak, vesikel, erosi, ekskoriasi
 Pipi, kulit kepala, dahi, pergelangan tangan dan ekstremitas
bagian ekstrensor

Predileksi dermatitis atopik Gambaran DA berupa papul


pada wajah bayi eritema konfluens di regio
buccalis
Gambaran Klinis
Dermatitis Atopik Tipe Anak
 Usia 2 – 10 tahun
 Lesi lebih kering, tidak eksudatif, papul, likenifikasi, dan
skuama
 Lipat siku, lipat lutut, kelopak mata, wajah, dan leher

Likenifikasi dan ekskoriasi di regio dorsalis manus


DA anak pada daerah lipatan
pada anak dengan DA
Gambaran Klinis
Dermatitis Atopik Tipe Remaja/Dewasa
 DA fase remaja dan dewasa (usia >13 tahun) dapat merupakan
kelanjutan fase infantil atau fase anak.
 Tempat predileksi mirip dengan fase anak, dapat meluas mengenai
kedua telapak tangan, jari- jari, pergelangan tangan, bibir, leher bagian
anterior skalp, dan puting susu.
 Manifestasi klinis bersifat kronis, berupa plak hiperpigmentasi,
hiperkeratosis likenifikasi, ekskoriasi dan skuamasi.
Kriteria minor
a. Xerosis
b. Ichthyosis/hiperlinear plantaris/keratosis linear
Gambaran Klinis c.
d.
IgE reaktif
Peningkatan serum IgE
 Penegakkan diagnosis e. Awitan pada usia dini
f. Infeksi kutaneus
Kriteria mayor
g. Dermatitis non spesifik pada kaki/tangan
1. Pruritus h. Eksim pada papilla mamae
2. Distribusi dan morfologi yang khas: i. Cheilitis
 Dewasa & anak-anak: likenifikasi daerah fleksor j. Konjungtivitis rekurens
 Infantil: daerah wajah dan ekstensor. k. Lipatan infraorbital Dennie-Morgan
1. Dermatitis relaps dan kronik l. Keratokonus
2. Riwayat pasien atau keluarga yang memiliki m. Katarak subkapsular anterior
penyakit atopik (asma, rhinitis alergi, DA) n. Orbital darkening
o. Eritema wajah
p. Pityriasis alba
q. Gatal ketika berkeringat
r. Intoleransi terhadap wool dan pelarut lipid
s. Aksentuasi perifolikular
t. Hipersensitivitas terhadap makanan
u. Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan atau
faktor emosional
Tabel 1. Kriteria dermatitis atopik8 v. White dermatographismatau delayed blanch
Gambaran Klinis
 Penilaian Derajat Keparahan

SCORAD (Scoring
Atopic Dermatitis)

A/5 + 7B/2 + C

• A = luas lesi
• B = intensitas lesi
• C = gejala subjektif
Diagnosis Banding

Tipe infantil Tipe anak Tipe dewasa

• Dermatitis • Dermatitis • Liken


seboroik numularis simpleks
• Psoriasis • Dermatitis kronis
infantil intertriginosa
Tatalaksana
 Edukasi dan konseling
 Identifikasi dan Eliminasi Faktor Pencetus
 Terapi Topikal
 Pelembab
 Kortikosteroid topikal
 Terapi Sistemik
Komplikasi
DA yang mengalami perluasan dapat menjadi eritroderma. Atrofi kulit
(striae atroficans) dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid
jangka panjang.
Prognosis
 Dermatitis atopik lebih berat dan persisten pada
anak.
 84% pada anak –anak menderita DA sampai dewasa
 20% pasien bisa sembuh
 65% anak terjadi penurunan tingkat keparahan.
 Faktor prognosis : luas lesi, rhinitis alergi, asma,
riwayat DA pada keluarga atau saudara kandung,
onset dini, anak tunggal dan kadar serum IgE yang
tinggi.
BAB III
Ilustrasi kasus
 Nama : Tn. A
 Umur : 53 th
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Wiraswasta (Jual beli motor)
 Alamat : Jl. Nusa Indah No.1 Bangkinang
 Status Pernikahan : Sudah menikah
 Pendidikan : SMA
 Agama : Islam
 Suku : Ocu
 Masuk Rumah Sakit : 19 Februari 2019
 Nomor Rekam Medis : 100475
Anamnesis
 Keluhan Utama :
Ruam kemerahan yang terasa gatal pada kedua lengan bawah.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin dengan keluhan
muncul ruam kemerahan yang terasa gatal pada lengan bawah
kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang lalu. Muncul bercak merah pada
daerah lengan disertai dengan rasa gatal. Pasien juga mengeluhkan
kulit pada kedua lengan bawah terasa kering. Keluhan gatal pasien
bersifat hilang dan timbul. Bercak kemerahan yang disertai gatal
semakin lama semakin bertambah banyak dan rasa gatal semakin
bertambah saat pasien berkeringat. Rasa gatal semakin kuat
apabila bagian yang gatal digaruk, dan akan timbul gelembung
berisi cairan jernih. Pasien juga mengatakan sedang banyak fikiran
karena masalah keuangan dan tidak mempunyai pekerjaan yang
tetap.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap debu ataupun
cuaca dingin.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan
serupa, dan riwayat alergi juga tidak ada.
 Riwayat Pengobatan :
Pasien sudah pernah berobat sebelumnya dengan dokter keluarga,
pasien diberi obat penghilang gatal, yang diminum saat gatal
muncul. Pasien juga pernah membeli obat merk dextamin di
Apotik, Namun setelah obat tersebut habis, keluhan pasien
muncul kembali.
 Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengganti alas tempat tidur satu bulan sekali.
STATUS GENERAL
 Keadaan Umum : Baik

 kesadaran: Compos Mentis


STATUS DERMATOLOGIS
 Lokasi : Pada regio brachii dextra et sinistra, regio coli,
dan regio thorakalis anterior.
 Distribusi : Bilateral pada regio brachii.
 Bentuk : Bulat
 Susunan : Tidak Beraturan.
 Batas : Sirkumskrip
 Ukuran : miliar sampai lentikular
 Efloresensi:Tampak makula eritema papul, dan
papulovesikel, berjumlah multiple, berukuran miliar
sampai lentikular, berbentuk bulat, berbatas tegas,
susunan tidak teratur, distribusi bilateral pada regio
brachii.
 Kelainan Selaput mukosa : Dalam Batas Normal
 Kelainan Mata : Dalam Batas Normal
 Kelainan Kuku : Dalam Batas Normal
 Kelainan Rambut : Dalam Batas Normal
 Kelainan KGB : Tidak diperiksa
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pada pasien. Dilakukan bila ada
keraguan klinis (contoh pemeriksaan: pemeriksaan IgE
serum, Atopic patch test dan prick test).
Resume
Pasien datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin dengan keluhan
muncul ruam kemerahan yang terasa gatal pada lengan bawah kanan dan kiri,
sejak 2 bulan yang lalu. Muncul bercak merah pada daerah lengan disertai dengan
rasa gatal. Pasien juga mengeluhkan kulit pada kedua lengan bawah terasa kering.
Keluhan gatal pasien bersifat hilang dan timbul. Bercak kemerahan yang disertai
gatal semakin lama semakin bertambah banyak dan rasa gatal semakin
bertambah saat pasien berkeringat. Rasa gatal semakin kuat apabila bagian yang
gatal digaruk, dan akan timbul gelembung berisi cairan jernih. Pasien tidak
mempunyai riwayat alergi terhadap debu ataupun cuaca dingin. Anggota keluarga
pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa, dan riwayat alergi juga tidak
ada. Pasien sudah pernah berobat sebelumnya dengan dokter keluarga, pasien
diberi obat penghilang gatal, yang diminum saat gatal muncul. Pasien juga
pernah membeli obat merk dextamin di Apotik, Namun setelah obat tersebut
habis, keluhan pasien muncul kembali.
Diagnosis Banding

 Diagnosis : Dermatitis Atopik


 Diagnosis Banding : Dermatitis Kontak Iritan dan
Dermatitis Kontak Alergi
Terapi :
Umum:
 Memakai pelembab untuk mencegah kulit agar tidak kering.
 Menjaga kebersihan lingkungan, hindari tungau debu rumah.
 Hindari paparan suhu yang terlampau panas/dingin.
 Gunakan pakaian yang memiliki bahan dasar lembut dan menyerap keringat.
 Jangan menggaruk bagian yang gatal.
 Hindari faktor yang dapat memicu stres dan cemas

Khusus:
 Pelembab emolien 2-3 kali sehari 3 menit setelah mandi atau ketika kulit terasa kering, kortikosteroid
topikal (cream betametason valerat 0,1% tube no.1), Antihistamin sistemik (loratadin 10 m/hari).

 Prognosis
 Quo ad sanam : dubia ad bonam
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad Fungtinoam : dubia ad bonam
 Quo ad Kosmetikum : dubia ad sanam
Bab IV
Analisa Kasus

Pada anamnesis, pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 53 tahun.


Dermatitis atopik paling sering terjadi pada masa anak-anak yaitu dengan
prevalensi kejadian sekitar 10-20%, sedangakan prevalensi pada saat dewasa
hanya terjadi pada 1-3% kasus. Meskipun jarang, serangan dermatitis atopik
mungkin saja terjadi pada usia dewasa, dan biasanya terjadi setelah dekade
ketiga kehidupan. Menurut data terakhir yang diperoleh dari International
Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) menunjukkan bahwa
dermatitis atopi merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi yang terjadi di
negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang.
Pasien juga mengeluh gatal dan kulit kemerahan dan kering. Sesuai
dengan teori, gejala yang sering muncul pada pasien dermatitis atopik adalah
rasa gatal, kulit kering, bercak kemerahan, papula eritema, ekskoriasi
sekunder, sampai likenifikasi. Rasa gatal dan kulit kemerahan terjadi karena
terlepasnya mediator radang seperti histamin dari sel-sel radang akibat
terjadinya reaksi hipersensitivitas yang diperantarai IgE. Rasa gatal yang
menimbulkan keinginan untuk menggaruk dapat membuat ambang rasa gatal
menurun akibat peregangan pada serabut saraf epidermis karena akantosis dan
likenifikasi akibat garukan yang dilakukan. Garukan selanjutnya pada
penderita dermatitis atopik akan mencetuskan rasa gatal yang lebih hebat.
Pada pemeriksaan fisik, tampak makula eritema papul, dan
papulovesikel, berjumlah multiple, berukuran miliar sampai lentikular,
berbentuk bulat, berbatas tegas, susunan tidak teratur, distribusi bilateral
pada regio brachii. Sesuai dengan teori, gejala yang sering muncul pada
pasien dermatitis atopik adalah rasa gatal, kulit kering, bercak
kemerahan, papula eritema, ekskoriasi sekunder, sampai likenifikasi.
Pada kasus dengan kecurigaan dermatitis atopik dapat digunakan
kriteria Hanifin-Rajka untuk membantu menegakkan diagnosa. Pada kasus,
ditemukan 3 gejala mayor dan 3 gejala minor. Hal ini dapat membantu
menegakkan diagnosa dermatitis atopik. Adapun kriteria mayor yang
ditemukan pada pasien adalah rasa gatal atau pruritus, morfologi dan distribusi
lesi yang khas yaitu distribusi simetris, serta perjalanan penyakit yang bersifat
kronik dan berulang. Sedangkan kriteria minor pada pasien ini antara lain kulit
kering, gatal bila berkeringat, perjalanan penyakit dipengaruhi oleh lingkungan
atau emosi.
Diagnosis Banding
Dermatitis Atopi DKI DKA Neurodermatitis (liken simpleks
kronis)

Inflamasi pada kulit yang bersifat Inflamasi pada kulit melalui mekanisme non Merupakan dermatitis yang diperantarai oleh Merupakan peradangan kulit kronis, gatal,
kronik residif, disertai rasa gatal, dan imunologi, disebabkan kulit terpapar bahan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) yang sirkumskrips, ditandai kulit tebal dan garis
mengenai bagian tubuh tertentu, iritan eksogen berupa agen kimiawi, fisik, disebabkan akibat kontak dengan bahan alergen. kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)
faktor yang berperan dalam maupun biologik. menyerupai kulit batang kayu, akibat
terjadinya atopi: genetic, lingkungan, garukan atau gosokan yang berulang-
sawar kulit, imunologik, psikologis. ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik.
Pada pemeriksaan fisik yang Pada pemeriksaan fisik kulit didapatkan Untuk lesi akut: bercak eritematosa berbatas Lesi biasanya tunggal, awalnya berupa
dilakukan pada pasien tampak makula efloresensi monomorf, berupa skuama, tegas, diikuti edema, papulovesikel, vesikel, atau plak eritematosa, sedikit edematosa,
eritema papul, dan papulovesikel, makula eritematous berbatas tegas, edema, bula. Lesi kronik: kulit kering, skuama, papul, lambat laun edema dan eritema
berjumlah multiple, berukuran miliar vesikel/bula, atau erosi. likenifikasi, fissura, batasnya tidak tegas. menghilang. Bagian tengah berskuamadan
sampai lentikular, berbentuk bulat, menebal, likenifikasi. Gambaran klinis
berbatas tegas, susunan tidak teratur, dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.
distribusi bilateral.

Ditemukan 3 kategori kriteria mayor Adanya rasa gatal yang disertai dengan Pasien umumnya mengeluh gatal. Gejala sangat gatal biasanya timbul pada
adalah rasa gatal atau pruritus, sensasi terbakar segera setelah terpapar waktu yang tidak sibuk.
morfologi dan distribusi lesi yang khas bahan iritan.
yaitu distribusi simetris, serta
perjalanan penyakit yang bersifat
kronik dan berulang. Sedangkan
kriteria minor pada pasien ini antara
lain kulit kering, gatal bila berkeringat,
perjalanan penyakit dipengaruhi oleh
lingkungan atau emosi.
Prinsip pengobatan pada pasien dengan dermatitis atopik adalah hidrasi kulit
dengan memberikan pelembab dan mengatasi gejala yang muncul dengan pemberian
anti inflamasi dan anti pruritus. Pada pasien ini diberikan pelembab emolien 2-3 kali
sehari 3 menit setelah mandi atau ketika kulit terasa kering, terapi kortikosteroid topikal
(cream betametason valerat 0,1% tube no.1), Antihistamin sistemik (loratadin 10
m/hari).
Sesuai dengan teori, pengobatan pasien dengan dermatitis atopi dapat
diberikan dapat digunakan kortikosteroid golongan V, misalnya flutikason, betametason
17 valerat, atau golongan IV, yaitu mometason furoat (MF), atau aklometason.
Walaupun MF tergolong kortikosteroid potensi sedang, namun hasil penelitian klinis
membuktikan bahwa MF tidak mengakibatkan efek atrofogenik atau hanya minimal.
Dalam keadaan tertentu kortikosteroid topikal potensi kuat dapat digunakan secara
singkat (1-2 minggu). Bila DA sudah teratasi segera diganti dengan potensi sedang atau
lemah.
Daftar Pustaka
 Barbarot S, et al. Epidemiology of atopic dermatitis in adults: Results from an international survey.
European Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2018;1-2.
 Eichenfield LF, et al. Guidelines of care for the management of atopic dermatitis. Section 2.
Management and treatment of atopic dermatitis with topical therapies. J Am Acad Dermatol
2014;71:116-32
 Friedmann PS, Arderm-Jones MR, Holden CA. Atopic dermatitis. In: Griffiths CEM, Barker J, Bleiker T,
Chalmers R, Creamer D, editors. Rook’s textbook of dermatology, 9th ed. UK: John Wiley & Sons. 2016.
p.24.1-24.31.
 James WD, Berger TG, Elston DM, Neuhaus IM.Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious
immunodeficiency disorders. In:Andrews’ diseases of skin: clinical dermatology, 12th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016. p.62-69.
 Leung DYM., Eichenfield L,Boguniewicz M. Atopic dermatitis (Atopic eczema). In:Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors.Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine, 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2012. p. 165-182.
 Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2017.

Anda mungkin juga menyukai