Anda di halaman 1dari 4

Konfrensi Pemalang

• Surat yang diterima oleh pejabat residen Pekalongan yaitu


R.M. Suprapto pada tanggal 6 Desember berisi bahwa
badan-badan perjuangan di pekalongan segera melakukan
sidang.
• Sidang itu lebih kepada perundingan rakyat dengan rakyat
dan pemerintahan tidak berhak ikut, ini menurut Sayuti
Melik
• Pertemuan itu diadakan di hotel Merdeka Pemalang, di
hadiri oleh K.H. Syirat, K.H. Syafi’i, kepala polisi karsidenan,
seorang tokoh KNI dan wakil dari barisan buruh indonesia.
• Perwakilan dari Badan Perjuangan Pekalongan menyutui usul-usul
Tiga Derah, untuk memulai perubahan-perubahan “demi perbaikan
dan kemajuan bangsa” yang berarti akan membantu Pekalongan
dalam pertempuran di Front Semarang
• Hasil dari pertemuan itu adalah surat perjanjian yang berisi bahwa
pemerintahan karsidenan pekalongan diserahkan kepada rakyat dan
Sarjio diangkat enjadi residennya, sedangkan para pejabat yang tidak
sejalan dengan revolusiagar mengundurkan diri, dan tidak
diperkenankan meninggalkan kediamnya hngga keadaan mereka
kembali.
• Walaupun tidak tercantum di perjanjian bahwa residen baru dan staff
pengoperan akan di kawal oleh 50 pemuda bersenjata dan berperan
sebagai pengawal.
Pemerintah Baru
• K. Mijaya dan GBP3D merasa bahwa kersidenan kini telah
di persatukan, dengan kurang lebih 60 orang anggoa kompi
dari 3 daerah.
• Staff pengoperan menjalankan tugasnya dimulai dari
pemindahan kekuasaan administratif keresidenan kepada
pemerintah baru, pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
administratif di berbagai kantor karsidenan.
• Pada tanggal 11 desember Sarjio mengumumkan bahwa
pemerintahan Karsidenan Pekalongan telah jatuh ketangan
rakyat dan memerintahkan agar semua gelar kepriyayian
harus di ganti.
• Pemerintah baru ini berprinsip demokrasi dan
kekeluargaan, dimana semua hubungan antara
pejabat dan rakyat harus didasari oleh prinsip
ini.
• Sebutan untuk “ndoro” atau “paduka” di ganti
dengan “bapak”

Anda mungkin juga menyukai