Tampak samping Gedung utama Museum Trowulan Mojokerto. Di belakang bangunan gedung
utama terdapat bangunan joglo tanpa dinding yang digunakan untuk menyimpan arca-arca dan
benda-benda peninggalan lainnya. Benda yang disimpan di sini berasal dari jaman Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Kediri, dan juga Kerajaan Singasari.
1
Wawancara dengan Bapak Sunoto, 12 Mei 2016 pukul 23.10.
Trowulan tersebut. Pada waktu itu, wilayah Trowulan masih berupa hutan jati,
sehingga menyulitkan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan
terperinci. Untuk mengatasi penjarahan dan penggalian yang ilegal maka
dibangunlah sebuah gudang sederhana untuk menyipan hasil-hasil temuan
tersebut.
Kemudian pada tanggal 24 April 1924 dibentuklah Oudheeidkundige
Vereeneging Majapahit atau disingkat OVM yang diprakarsai oleh R.A.A
Kromodjojo Adinegoro yang merupakan Bupati Mojokerto serta bekesjasama
dengan seorang arsitek Belanda yang juga berprofesi sebagai arkeolog, yaitu Ir.
Henry Maclaine Pont. OVM merupakan suatu organisasi atau pekumpulan yang
dibentukun untuk meneliti peninggalan-peninggalan Majapahit. Pada saat itu
OVM berkantor disebuah bangunan/rumah yang berada di areal situs trowulan
yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang (sekarang kantor BP3 Trowulan).
Kantor tersebut digunakan untuk menyimpan hasil dari temuan artefak-artefak
baik melalui cara penggalian,survei, maupun penemuan secara tak sengaja.
Kemudian karena banyaknya temuan-temuan serta dirasa pantas untuk
dipamerka, maka pada tahun 1926 dibangunlah sebuah museum untuk
menyimpan sekaligus memamerkan hasil-hasil temuan yang kemudian dikenal
dengan nama Museum Trowulan. Museum ini terbuka untuk umum dan
didirikan bangunan khusus untuk tempat memamerkan koleksi-koleksi museum.
Ketika masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, museum ini sempat
ditutup untuk umum karena Ir. Henry Maclaine Pont ditawan oleh Jepang. Guna
menjaga aset museum tersebut maka pemerintah mengambil alih
pengelolaannya. Semenjak Indonesia merdeka kemudian museum ini dikelola
oleh lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) yang sekarang
bernama Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur. Lembaga
atau kantor tersebut selain mengelola museum, juga melakukan perlindungan
peninggalan-peninggalan kuno yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sehingga
Museum Trowulan pada akhirnya menampung benda cagar budaya yang rawan
rusak atau hilang di tempat aslinya. Oleh karena itu, koleksi museum semakin
bertambah banyak. Untuk mengatasi hal tersebut kemudian Museum dipindah ke
tempat yang lebih luas berjarak sekitar 2km ke selatan dari tempat semula,
namun masih di areal situs Trowulan. Karena perpindahan tersebut kemudian
Museum tersebut juga berganti nama menjadi Balai Penyelamatan Arca.
Penamaan tersebut didasarkan atas fungsinya, yaitu sebagai tempat
penyelamatan arca dan sejenisnya. Walaupun museum tersebut telah berganti
nama, namun masyarakat masih mengenal dengan nama Museum Trowulan.
Jumlah koleksi Museum Trowulan semakin bertambah banyak pada
tahun 1999 karena adanya pemindahan dan penggabungan koleksi dari Gedung
Arca Mojokerto dengan Museum Trowulan. Penambahan tersebut terutama
berasal dari R.A.A Kromodjojo Adinegoro pada masa sebelumnya yang
disimpan di Gedung Arca Mojokerto. Kemudian perkembangan pada tahun 2008
tepatnya pada tanggal 3 November secara resmi berganti nama dari Balai
Penyelamatan Arca/ sering dikenal dengan museum Trowulan menjadi Pusat
Informasi Majapahit (PIM). Penamaan tersebut didasarkan atas peningkatan
kebutuhan masyarakat akan informasi tentang Majapahit baik oleh peneliti
maupun masyarakat umum.
Walaupun seiring perjalanannya museum ini sering berpindah dan
berganti-ganti nama, namun fungsi dan tujuan dasarnya tetap sama yaitu tetap
sebagai museum dan Balai Penyelamatan Benda Cagar Budaya di wilayah Jawa
Timur.
6. Alat Musik
Salah satu alat
music peninggalan
Majapahit adalah
alat-alat musik
gamelan. Gambaran
tentang jenis-jenis
alat musik gamelan
dapat dilihat dalam
relief candi
Penataran, candi Rimbi dan candi Sukuh. Gamelan pada masa Majapahit
berfungsi sebagai penambah semangat dalam berperang, upacara keagamaan,
untuk dinikmati dan pengiring seni pertunjukkan seperti sendratari, wayang,
lawak dan tandak atau tayub.
7. Situs Pemukiman BPA Majapahit
Situs pamukiman BPA
Majapahit letaknya berada di
selatan Museum Majapahit
yang secara administrasi
masuk desa Trowulan,
Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Majapahit.
Bangunan ini merupakan
peninggalan dari perumahan dari masyarakat Majapahit dengan ukuran 5,2 m
dan lebar 2,15 m dengan kapasitas 2-3 orang. Tangga terdiri dari 3 undakan
dengan ukuran panjang 50cm, lebar 50 cm dan tinggi 25 cm pada sebelah
utara. Hal itulah yang dapat disimpulkan bahwa rumah-rumah pada saat itu
menghadap ke utara sekitar 100 ke arah timur laut. Perumahan itu terbuat dari
batu bata merah, atap terbuat dari atap terakota dan di sekeliling rumahnya
terdapat selokan seluas 78 cm. Di sebelah utara timur terdapat halaman
dengan posisi lebih rendah 50 cm dari batur bangunan. Halam utara
diperkeras dengan susunan batu kerakal yang dalam keluasan tertentu
dibingkai segi empat dengan bata-bata yang diletakkan secara horizontal.
Luas halaman utara adalah 6x4 m2. Konsep ini merupakan konsep yang sudah
modern pada saat itu, kerna halaman akan tidak becek pada musim hujan dan
tidak berdebu pada musim kemarau. Pada halaman timur rumah juga
ditemukan sisa-sisa perkerasan dengan kerakal berbingkai sama halnya di
halaman utara dengan luas 10x5 m2. Pada bagian tengah halaman ditemukan
jembangan yang diduga berfungsi sebagai tempat air yang setiap saat
diperlukan orang ketika berada di halaman itu. Di sisi barat dan timur
halaman ini ditanamkan sebuah wadah tembikar. Terdapat pula selokan
terbuka di halaman timur dengan lebar 10-15 cm dengan kedalaman 8-10 cm.
8. Perhiasan