Anda di halaman 1dari 6

Laporan Hasil Observasi

HASIL OBSERVASI 3 DAERAH WISATA SEJARAH DI TROWULAN


MOJOKERTO
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Pancasila

Disusun oleh:
1.Raviky Shaumu Ramadhan
2. Nuril Izza Sya’bana
3. Muhammad Nabil Misy’al

Dosen Pengampu:

Bpk. Tias Satrio Adhitama, S.Sos.I., M.A.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
2022
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sejarah semakin hari kian dilupakan, latar belakang munculnya sebuah kerajaan dan
berbagai peristiwa lainnya makin tergerus dengan pergeseran budaya akibat globalisasi.
Indonesia memiliki ribuan pulau dan ratusan suku etnis. Dan dahulu Indonesia yang memiliki
nama Nusantara ini memiliki ratusan kerajaan di tiap dataran pulaunya. Adapun kerajaan yang
terkenal beberapa diantaranya: Kerajaan Brawijaya, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit,
hingga Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang besar, Kerajaan
Majapahit juga telah berhasil menguasai dan menyatukan seluruh wilayah Nusantara hingga ke
manca negara, sekarang kerajaan ini hanya menyisakan arca, sisa bangunan, dan relief. Kali ini
kami memilih untuk mengobservasi sisa-sisa kerajaan Majapahit dan kami telah mengobservasi
3 daerah wisata sejarah di daerah Trowulan, Mojokerto.

METODE OBSERVASI

Pada observasi yang kami lakukan di ke-3 lokasi tersebut kami menggunakan 2 (dua)
pendekatan metode yaitu metode wawancara dan metode observasi.

WAKTU OBSERVASI

Observasi di ke-3 lokasi daerah wisata sejarah ini dilakukan pada:

Hari, tanggal : Sabtu, 29 Oktober 2022

Waktu : 10.00 - 16.00 WIB

Tempat :Trowulan, Mojokerto

Narasumber : (tidak dapat dicantumkan)


BAB Ⅱ

PEMBAHASAN
Observasi 1

Nama tempat: Bajang Ratu


Alamat : Dusun Temon, Trowulan
Kabupaten : Mojokerto
Provinsi : Jawa Timur

Sejarah Bajang Ratu


Candi bajang ratu atau menurut narasumber menyebut candi ini dengan “gapura bajang ratu”
dibuat pada abad ke-14 oleh orang-orang majapahit dan termasuk sebagai salah satu gapura besar
pada masa keemas an majapahit, bangunan inipun dibangun sebagai pintu masuk bangunan suci
untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara pada masa itu, dan narasumber juga
menambahkan bahwa gapura suci ini berguna sebagai penyeleksi bagi mereka yang memiliki
aura baik atau buruk, mereka yang memiliki aura buruk tidak akan bisa masuk menuju halaman
kerajaan. Narasumber mengatakan bahwa gapura ini tidak sepenuhnya jadi, karena kalau dilihat
dengan seksama gapura ini pada bagian bawah ornamen pintu belum memiliki angka tahun
Penamaan Bajang Ratu
Adapun penamaan ini pada kala itu ditemukan pada buku orang belanda sejak tahun 1913.
Tipe Bangunan
Tipe bangunan dari candi atau gapura ini adalah paduraksa karena dari narasumberpun
menjelaskan mengenai bangunan paduraksa yakni bangunan yang beratap tunggal. Adapun
menurut Prof. Sukmono adalah bahwa bangunan ini termasuk bangunan profan atau tidak
dibentuk untuk hal yang berbau religi. Adapun menurut ibu suyatmi satari beranggapan bahwa
bangunan ini termasuk semi religi dikarenakan contoh replica yang digunakan ialah gunung, dan
gunung pada kala itu dianggap sebagai tempat suci.
Makna Simbol Gapura
- Makna simbol yang ada di atas pintu dinamakan kala atau biasa dikenal dengan buto
berfungsi sebagai penangkal dari mara bahaya atau aura jahat
- Adapun simbol dibalik samping kala itu digambarkan sebagai keseimbangan baik dan
buruk adapun yang kedua itu digambarkan sebagai abadi.
Adapun simbol dua binatang digambarkan sebagai gotong royong pada masa majapahit kala
itu

Observasi 3

Nama tempat: Museum Trowulan


Alamat : Jl. Pendopo Agung, Ngelinguk, Trowulan
Kabupaten : Mojokerto
Provinsi : Jawa Timur

Sejarah Museum Trowulan


Museum trowulan merupakan museum yang berkaitan dengan sejarah kerajaan majapahit,
yang mana museum ini merupakan salah satu icon di kota Mojokerto yang banyak dikunjungi
wisatawan karena banyaknya peninggalan sejarah dari kerajaan majapahit yang masih
dilestarikan oleh masyarakat sekitar. Kerajaan majapahit didirikan pada tanggal 12 November
1293 yang dulunya kerajaan ini masih bersangkutan dengan kerajaan singosari dengan pimpinan
adipati kertanegara. Sedangkan museum tempat menyimpan benda sejarah bekas kerajaan
majapahit didirikan pada tanggal 24 April 1934.
Tokoh arkeologi dari museum tersebut menceritakan bahwa jumlah temuan peninggalan
kerajaan majapahit pada saat ini ada 19 situs, padahal wilayah tersebut membawahi satu provinsi
jawa timur. Maka dari itu, trowulan bisa diindikasikan sebagai bekas ibu kota kerajaan majapahit
dengan adanya bukti-bukti peninggalan yang sudah diperlihatkan di museum tersebut. Baik itu
peninggalan-peninggalan yang bisa bergerak (ornament) atau benda-benda yang tidak bisa
bergerak.
Salah satunya adalah Arca yang digambarkan dengan dewa wisnu yang menaiki garuda.
Arca tersebut memiliki asal usul Dikisahkan tentang kehidupan Sang Winata (ibu Garuda) yang
menjadi budak Sang Kadru (ibu para Naga), karena kalah taruhan mengenai warna Kuda
Uchaisrawa. Garuda yang merasa kasihan terhadap penderitaan ibunya, membantu merawat
anak-anak Sang Kadru. Atas permintaan Garuda, Sang Kadru mau membebaskan ibunya dari
perbudakkan dengan syarat diberi air suci (Amerta). Dalam pencariannya Garuda bertemu
dengan Dewa Wisnu, yang kemudian berkata kepada Garuda: “Hai Garuda, jika engkau
menginginkan Amerta, hendaklah meminta kepadaku”. Sementara itu Dewa Wisnu minta supaya
Garuda bersedia menjadi kendaraannya. Garuda kemudian berhasil melepaskan penderitaan
ibunya dari perbudakan sang Kadru dengan Amerta pemberian Batara Wisnu yang diwadahi
dalam kendi Kamandalu. Sejak saat itulah Garuda menjadi kendaraan Wisnu. Nah, karena latar
belakang dari arca ini cukup menarik menurut masyarakat sekitar, maka arca ini merupakan arca
yang paling utama dimuseum tersebut.
Keterkaitan Majapahit dengan Pembentukan 4 Pilar Negara
1. Pancasila
Pancasila merupakan salah satu pilar Negara Indonesia yang dilambangkan dengan burung
garuda. Lambang burung garuda tersebut berkaitan dengan kerajaan majapahit yang ceritanya
sudah dituliskan di Kitab Adiparwa.
2. Bhineka Tunggal Ika
Pilar ini ditulis di kitab sutasoma yang didalamnya berisikan istilah “Tanhana Dharma
Mangkua” yang memiliki makna bahwa setiap manusia harus berpegang teguh pada
kebenaran yang satu. Bhineka Tunggal Ika lahir di majapahit pada masa raja Hayam Wuruk,
yang mana pada masa ini agama yang dianut oleh masyarakat sekitar ada empat, yaitu Hindu,
Budha, Karsyan, dan Islam.
3. NKRI
NKRI juga memiliki keterkaitan dengan kerajaan majapahit yang dibentuk melalui sumpah
palapa dengan tujuan mempersatukan nusantara dibawah panji-panji Majapahit. Sebagaimana
bentuk politik Majapahit yang dulu, yakni politik ekspansif.
4. Merah Putih
Istilah merah putih lahirnya juga di kerajaan Majapahit, dengan perbedaan makna pada setiap
warna. Warna merah yang berarti berani, dan putih yang berarti suci.

Anda mungkin juga menyukai