Anda di halaman 1dari 17

MITOS BOCAH SUKERTA DALAM MASYARAKAT JAWA

(TELAAH TERHADAP SERAT MANIKMAYA)

Muhammad Safii*
gussyafii088@gmail.com

Abstract
Serat Manikmaya is a manuscript of the collection Yogyakarta Sanabudaya Museum and is the work of the
famous poet Kraton Kesunanan Surakarta Adiningrat, namely Raden Bagus Burhan or Raden Ngabehi
Ranggawarsita III. In his work there are uniqueness to study, including: 1. Myth of children or bocah sukerta, 2.
Birth of Batara Kala. The purpose of this study are: 1. to study the meanings contained in in the Serat Manikmaya
cript or manuscript collection number PB.. A 374, 2. Ranggawarsita’s motivationwrites Serat Manikmaya.
The methodology used to method found in the science of philology, namely: 1. Inventory the manuscript, 2.
Describing script. Inside the script of Serat Manikmaya has pasemon or symbol and meaning, the writer uses
Roland Barter’s semiotic theory. The results of this study include: 1. Stories of sukertachildren who fall prey to
Batara Kala, 2. How to ruwat children who are sukerta 3. Intellectual contributions to Hinduism and Islam, 4.
History of Kraton Kasunanan Surakarta Adiningrat especially in pattern fields religious, 5. Ranggawarsita’s
biography 6. Description of Serat Manikmaya script.
Keywords: Serat Manikmaya, Sukerta, Ruwatan, Ranggawarsita

Abstrak
Serat Manikmaya adalah naskah koleksi Museum Sanabudaya Yogyakarta dan merupakan karya dari
pujangga kenamaan Kraton Kasunanan Surakarta Adiningrat, yakni Raden Bagus Burhan atau Raden Ngabehi
Ranggawarsita III. Dalam karya tersebut terdapat keunikan untuk diteliti, antara lain: 1. Mitos anak atau
Bocah Sukerta, 2. Lahirnya Batara Kala. Tujuan penelitian ini adalah 1. Menelaah makna yang terdapat dalam
teks yang terdapat dalam naskah Serat Manikmaya atau manuskrip nomer koleksi PB. A 374, 2. Motivasi
Ranggawarsita menulis Serat Manikmaya. Metodologi yang digunakan adalah metode yang terdapat dalam
ilmu filologi, yakni: 1. Menginventarisasi naskah, 2. Mendiskripsikan naskah Serat Manikmaya. Berhubung
teks Serat Manikmayabanyak terdapat pasemon atau lambang serta makna, maka penulis menggunakan teori
semiotika milik Roland Barter. Hasil dari penelitian ini, antara lain: 1. Cerita anak sukerta yang menjadi mangsa
Batara Kala, 2. Cara me-ruwat atau membersihka anak yang sukerta, 3. Sumbangan intelektual agama Hindu
dan Islam, 4. Sejarah Kraton Kasunanan Surakarta Adiningrat terutama pada bidang pola keagamaannya, 5.
Biografi. Ranggawarsita, 6. Deskripsi naskah Serat Manikmaya.
Kata Kunci: Serat Manikmaya, Sukerta, Ruwatan, Ranggawarsita

PENDAHULUAN yang artinya: kotor, terganggu, mala atau


Suku Jawa adalah salah-satu suku bangsa cacat.3 Dengan demikian bocah sukerta adalah
yang ada di Nusantara atau Indonesia. Sejak orang yang cacat, dan golongan anak yang
zaman dahulu suku Jawa sangat kaya akan terkena sukerta menjadi catu atau mangsa
tradisi serta ritual keagamaan. Tradisi Ruwatan Batara Kala. Dalam kepercayaan yang dianut
dan mitologi anak ataubocah sukerta bagi masyarakat Jawa, bocah yang sukerta harus
masyarakat Jawa mempunyai arti penting.1 diruwat atau dibersihkan agar dikemudian
Kata sukerta berasal dari bahasa Jawa suker,2 hari anak tersebut tidak terkena sial atau apes
serta marabahaya.4 Masyarakat Jawa percaya
* Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 3
Udreka, M.Sn, Dosen Jurusan Pedalangan ISI Yogyakarta,
1
Masyarakat Jawa yang dimaksud adalah masyarakat Pentingnya Acara Ruwatan bagi Anak Sukerta, Senin 25 Maret
yang berada di daerah Jateng, Jatim dan DIY. 2019.
2
Tim Balai Bahasa Yogyakarta, Bausastra Jawa, 4
Muhammad Solikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa
(Yogyakarta:Kanisius, 2011), hlm. 15. (Yogyakarta:Narasi, 2010), hlm. 28.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 113


setiap fase kehidupan yang dilalui manusia hingga sekarang Kraton Kasunanan Surakarta
mempunyai arti penting dan sakral, seperti: Adiningrat telah dipimpin oleh Sunan
kelahiran, pernikahan, serta kematian. Bagi Pakubuwana II hingga Sunan Pakubuwana
masyarakat Jawa setiap momentum harus XIII (sunan yang memeriytah sekarang). Pada
diperingati dengan: syukuran, bancakan, masa Sunan Pakubuwana IV, lahirlah seorang
kenduren, slametan. Agar terhindar dari bayi yang bernama Raden Bagus Burhan (ada
kemalangan atau marabahaya.5 yang menngatakan Bagus Burhan) yang kelak
Cerita mitos bocah sukerta tersebut akan menjadi pujagga yang terkenal yakni
terdapat dalam naskah kuna Jawa, berjudul Raden Ngabehi Ranggawarsita III, Raden Bagus
Serat Manikmaya yang tersimpan di Museum Burhan adalah putra dari Raden Suradimeja
Sanabudaya dengan nomer koleksi PB. A. atau Raden Ngabehi Ranggawarsita II.
374. Serat Manikmaya merupakan karya dari Pembahasan dalam penelitian ini antara
Ranggawarsita seorang pujangga kenamaan lain: mitos bocah sukerta dan meruwatnya,
dari Kraton Kasunanan Surakarta Adiningrat. motivasi Ranggawarsita menulis Serat
Cerita anak yang terkena sukerta terdapat Manikmaya, sekilas mengenai Kraton
dalam pupuh atau bagian laire Batara Kala. Kasunanan Surakarta Adiningrat. Kajian
Perlu diketahui juga bahwa Serat Manikmaya Pustaka yang dipakai antara lain: 1. Buku
karya sang pujangga tersebut bersifat yang berjudul Ranggawarsita Menjawab Takdir
sinkretik, yaitu perpaduan dua atau lebih ditulis oleh J. Syahban Yasasusastra, yang
suatu keyakinan. Keyakinan yang dimaksud diterbitkan oleh Imperium pada tahun 2012
adalah keyakinan Hindu dan keyakinan Islam, di Surakarta, dalam buku tersebut berbicara
sehingga menghasilkan ajaran yang sering biografisangpujangga dan tidak spesifik
disebut Islam Kejawen. Sudah disinggung bahwa membahas karya-karya Ranggawarsita 2.
Ranggawarsita adalah pujangga atau juru Buku yang berjudul Mistik Islam Kejawen Raden
tulis kraton. Kraton Kasunanan Surakarta Ngabehi Ranggawarsita ditulis oleh Simuh,
Adinigrat adalah kerajaan yang terbentuk dari yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia
adanya perjanjian antara Sunan Pakubuwana Press, di Jakarta, pada tahun 1988, dalam buku
II, Pangeran Mangkubumi dan pihak Belanda tersebut, Prof. Simuh menuliskan ajaran mistik
pada 13 Februari 1755 di Dusun Janti, Desa Ranggawarsita, yang isinya adalah tentang:
Kerten (dusun tersebut sekarang termasuk martabat tujuh, hubungan murid dengan guru,
wilayah Kab. Sukoharjo, Prov. Jateng). ilmu makrifat yang diajarkan oleh para wali,
Inti dari perjanjian Giyanti tersebut dll.
membagi kekuasaan Kraton Kasunanan Penelitian terhadap Serat Manikmaya
Surakarta Adiningrat yang merupakan menggunakan teori semiotika milik Roland
kelanjutan Kasultanan Mataram Islam menjadi Barter. Teori semiotik cocok dipakai karena
dua bagian yaitu: 1. Sebelah utara agak ke dalam teks terdapat simbol dan lambang-
timur, 2. Selatan agak ke barat. Sebelah utara lambang. Untuk mengetahui simbol serta
agak ke timur tetap dipimpin oleh Sunan lambang-lambang yang terdapat dalam teks
Pakubuwana II yang berkedudukan di Kraton dapat dibaca secara denotatif (kejadian yang
Kasunanan Surakarta Adiningrat dan sebelah terjadi dimaknai memang begitu adanya) atau
selatan agak ke barat dipimpin oleh Pangeran konotatif (kejadian yang terjadi mempunyai
Mangkubumi yang berkedudukan di Kraton isyarat atau makna tertentu).7 Berhubung
Ngayogyakarta Hadiningrat yang bergelar penelitian ini membahas tentang naskah
Sultan Hamengkubuwana I.6 Semenjak berdiri kuno, maka metode yang tepat digunakan
adalah metode yang ada dalam disiplin ilmu
5
Cliford Geerzt, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi, terj.
Aswab Mahasin, (Depok:Komunitas Bambu, 2013), hlm. 3.
6
Soecipto Abimanyu, Kitab Terlengkap Sejarah Mataram 7
Yasraf Amiir Piliang, Kecerdasan Semiotik Melampaui
(Yogyakarta:Yaufa, 2015), hlm. 137. Dialektika dan Fenomena, (Yogyakarta:Aurora, 2017), hlm. 138.

114 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
Filologi. Pertama-tama peneliti melacak sebagai istanayang baru, mengapa Pakubuwana
naskah dengan mendatangi museum atau II menjadi raja pertama, bukan Pakubuwana
tempat penyimpanannaskah yakni di Museum I, hal ini dikarenakan sebelum pindah ke
Sanabudaya Yogyakarta. Lalu mengadakan Surakarta ibukota Kerajaan Mataram berada di
studi katalog. Dalam katalog digital naskah Kartasura. Dipindah karena sudah rusak akibat
Serat Manikmaya bernomor panggil No. PB penyerbuan Trunajaya. Trunajaya adalah
A 274. Setelah itu proses selanjutnya adalah seorang bangsawan dari Kerajaan Sumenep,
mendiskripsikan naskah tersebut.8 Berhubung Madura. Para pegawai yang diperintah antara
Serat Manikmaya sudah ditranslitrasi dari lain: Raden Tumenggung Hanggawangsa, Raden
huruf Jawa ke huruf Latin dan diterjemahkan Adipati Pringgalaya, Raden Adipati Sindureja,
dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia Raden Tumenggung Mangkuyuda, Mayor
oleh pihak museum, maka peneliti tidak Hogengdarp, Raden Kyai Ngabehi Yasadipura I
melakukan translitrasi dan penerjemahan teks (kakek buyut Ranggawarsita). Ada tiga dusun
naskah, penulis langsung memanfaatkan hasil yang diajukan waktu itu, salah-satunya adalah
sajian dari museum tersebut. Dusun Sala dan akhirnya disetujui oleh Sunan
Pakubuwana II. Adapun dua dusun lainya
SEKILAS KRATON KASUNANAN SURAKARTA adalah Dusun Kadipala dan Sana sewu tidak
ADININGRAT menjadi pilihan sang sunan. Dari sinilah nama
Nama Surakarta memiliki sejarah Solo muncul dan menjadi nama alternatif dari
tersendiri, konon nama Surakarta dilhami nama Surakarta.9
dari nama ibukota Kasultanan Mataram Islam Mengenai raja-raja atau para sunan
sebelumnya yaitu Kartasura, namun dibalik yang pernah memerintah Kraton Kasunanan
menjadi Surakarta dengan harapan lebih baik Surakarta Adingrat sejak berdiri hingga
dari istana sebelumnya. Surakarta juga dikenal sekarang. Kraton Kasunanan Surakarta
dengan nama Solo. Nama Solo atau Sala konon Adiningrat yang merupakan pecahan dari
berasal dari nama sebuah pohon (sejenis Kasultanan Mataram Islam ini telah diperintah
pohon pinus suci) yang berasal dari negara oleh dua belas orang sunan, adapaun dua belas
India. Menurut cerita Sunan Pakubuwana II sunan tersebut adalah sebagai berikut:10
memerintahkan beberapa orang pegawainya
untuk mencari dusun yang akan dipakai
Tabel 1. Nama-Nama Sunan yang Pernah Memeritah
No Gelar Nama Kecil Masa Pemerintahan
1 Sri Sunan Pakubuwana II Raden Mas Prabusuyasa Tahun 1745 M-1749 M
2 Sri Sunan Pakubuwana III Raden Mas Suryadi Tahun 1749 M-1788 M
3 Sri Sunan Pakubuwana IV Raden Mas Subagya Tahun 1788 M-1820 M
4 Sri Sunan Pakubuwana V Raden Mas Gusti Sugandi Tahun 1820 M-1823 M
5 Sri Sunan Pakubuwana VI Raden Mas Sapardan Tahun 1823 M-1830 M
6 Sri Sunan Pakubuwana VII Raden Mas Malikus Solikin Tahun 1830 M-1858 M
7 Sri Sunan Pakubuwana VIII Raden Mas Kusen Tahun 1859 M-1861 M
8 Sri Sunan Pakubuwana IX Raden Mas Duksina Tahun 1861 M-1893 M
9 Sri Sunan Pakubuwana X Raden Mas Malikul Kusna Tahun 1893 M-1939 M
10 Sri Sunan Pakubuwana XI Raden Mas Antasena Tahun 1939 M-1944 M
11 Sri Sunan Pakubuwana XII Raden Mas Surya Guritna Tahun 1944 M-2004 M
12 Sri Sunan Pakubuwana XIII Raden Mas Hangabehi Tahun 2004 sampai
sekarang
9
Soetomo, Mengenal R.Ng. Yosodipura I (Semarang:Bidang
8
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi, Jarahnitra Kemendikbud RI, 1990), hlm. 9-10.
(Yogyakarta:BP2F FIB UGM, 1994), hlm. 67. 10
Abimanyu, Kitab Terlengkap., hlm. 219.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 115


BIOGRAFI SINGKAT R.NG. RANGGAWARSITA di daerah Jatim dan Bali. Dari pengalaman
III mondok inilah Ranggawarsita mendapatkan
Ranggawarsita dilahirkan pada hari wawasan ke-Islaman dan ketika mengembara
Senin Legi, pada tanggal 10 Besar tahun Be di daerah Bali Ranggawarsita mendapatkan
(tahun Jawa), atau 15 Maret 1802 M atau 11 wawasan ke-Hinduan.
Dzulhijah 1216 H, wuku Sungsang, Dewa-nya Ranggawarsita menikah dengan Raden Ayu
Dewi Sri musim Jita dan wafat pada tahun Gombak putri adipati Kediri, yakni Kanjeng
24 Desember 1873 M. Atau 4 Sela tahun Alif Raden Adipati Cakradiningrat I dan Mas Ayu
1290, atau 4 Dzuqodah 1290. Dengan nama Pujadewata (pembantu Raden Ayu Gombak).
kecil Raden Burhan (ada yang menyebutkan Karir pekerjaan Ranggawarsita dimulai sebagai
Burham) pada waktu itu kraton diperintah juru tulis biasa bergelar Mas Ngabehi Sarantaka
oleh Sunan Pakubuwana IV. Ranggawarsita pada tahun 1822 M dengan karya pertama
bersal dari keluarga besar Yasadipura, seorang berjudul Jaka Lodang, pamor kepujanggaan
pujangga kraton. Ranggawarsita adalah Ranggawarsita semakin cemerlang sehingga
cucu pujangga kenamaan Kraton Kasunanan pangkatnya dinaikan dari juru tulis biasa
Surakarta Adiningrat yakni Raden Kiai Ngabehi menjadi Mantri Kadipaten Anom dengan gelar
Yasadipura I dari garis ayah. Raden Ngabehi Mas Ngabehi Pajanganom beberapa tahun setelah
Ranggawarsita III sebenarnya merupakan gelar Ranggawarsita bekerja. Pamor kepujanggaan
kehormatan pemberian dari kraton untuk Ranggawarsita semakin bersinar, dan pada
seorang carik atau penasehat spritual dan juru tahun 1845 M Ranggawarsita diangkat menjadi
tulis kraton. Sedangkan ibu Raanggawarsita juru tulis utama dan dinaikan pangkatnya
bernama Raden Ayu Retnadumillah adalah menjadi Penewu Sepuh bergelar Raden Ngabehi
keturunan dari sorang ulama yakni Kanjeng Ranggawarsita III, menggantikan ayahnya
Kiai Kajoran, yang berasal dari Desa Palar sebagai juru tulis utama kraton.
(sekarang masuk daerah Kec. Trucuk, Kab. Saking kondangnya banyak orang ingin
Klaten, Prov. Jateng).11 berguru kepada Ranggawarsita salah-satunya
Sewaktu kecil, pendidikan Ranggawarsita adalah Bendara Raden Mas Gandakusuma, yang
berada di lingkungan keluarga di bawah kelak menjadi raja di Pura Mangkunegaran
asuhan sang kakek yakni Raden Tumenggung yang bergelar Kanjeng Gusti Bendara Pangeran
Sastranegara atau Raden Ngabehi Adipati Ario Mangkunegara IV. Hubungan
Ranggawarsita I. Dalam kehidupan sehari- Ranggawarsita dengan Sunan Pakubuwana
hari diasuh oleh Ki Tanujaya abdi kepercayaan IX dapat dikatakan kurang harmonis, hal
Raden Tumenggung Sastranegara. Ketika ini dikarenakan Sunan Pakubuwana IX
remaja pendidikan Ranggawarsita di membenci keluarga Ranggawarsita, perlu
bawah arahan Panembahan Buminata adik diketahui bahwa Sunan Pakubuwana IX adalah
Pakubuwana IV. Ranggawarsita juga pernah keturunan dari Pakubuwana VI yang dibuang
menimba ilmu pada Kanjeng Kiai Ageng ke Ambon oleh Belanda karena membantu
Hasan Besari pimpinan Pondok Pesantren perang Pangeran Diponegara, pembuangan
Tegalsari di daerah Ponorogo. Diceritakan tersebut dimanfaatkan oleh Belanda untuk
sewaktu menjadi santri di Pondok Pesantren menfitnah ayah Ranggawarsita, dengan
Tegalsari, Ranggawarsita termasuk santri membuat fitnah bahwa yang melaporkan
yang nakal, namun berkat kesabaran sang kiai persekongkolan Sunan Pakubuwana IX dengan
kenakalan Ranggawarsita dapat dihilangkan. Pangeran Diponegara untuk melawan Belanda
Setelah belajar di Pondok Pesantren Tegalsari adalah ayah Ranggawarsita. Ranggawarsita
pencarian ilmu Ranggawarsita dilanjutkan hidup sejak masa Pakubuwana IV sampai
11
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Pakubuwana IX, banyak pasang-surut
Suatu Studi Terhadap Serat Hidayat Jati, (Depok:UI Press, 1988), kehidupan yang Ranggawarsita lalui. Di
hlm. 37.

116 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
masa tuanya Ranggawarsita masih produktif Ranggawarsita II) putra Raden Tumenggung
menulis, namun lambat-laun kesehatanya Sastranegara (Raden Ngabehi Ranggawarsita
mulai menurun sejak mendiang istrinya I atau Raden Ngabehi Yasadipura II) putra
Raden Ayu Gombak meninggal. Pada tahun Raden Kiai Yasadipura I putra Raden
1873, Ranggawarsita menghembuskan nafas Tumenggung Padmanegara (Bupati Pekalogan
terakhir.12 I) putra Pangeran Adipati Danupaya (bupati
Kepercayaan yang dianut oleh sebagian Pekalongan II) putra Pangeran Serang
besar keluarga kraton dan masyarakat adalah (Pangeran Wiramenggala III) putra Pangeran
agama Islam yang bersifat sinkretis, yang Wiramenggala II putra Pangeran Wiramenggala
sering disebut Islam Kejawen. Islam Kejawen I putra Pangeran Raden (adipati Pajang II)
adalah hasil perpaduan antara ajaran Hindu putra Gusti Pangeran Benawa (adipati Pajang
dan Islam. Salah-satu hasil perpaduan tersebut I) putra Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya atau
dapat dilihat dari karya Ranggawarsita yang Sultan Pajang) putra ki Kebo Kenangga (ki
berjudul Serat Hidayat Jati atau Srat Hidayat Jati. Ageng Pengging) putra Adyaningrat (dari
Dalam kepustakaan Jawa kita mengenal kitab Pengging Boyolali) yang menikahi putri dari
primbon yang berisi ramalan dan doa-doa. Selain Raden Angkawijaya (Bre Kertabumi atau Prabu
itu ada karya sastra yang bernama suluk yang Brawijaya V raja terakhir Kerajaan Majapahit).15
di dalamya berisi ajaran yang mempertemukan Mengenai silsilah Ranggawarsita dari garis ibu,
kebatinan Jawa (Hindu) dengan Islam.13Dalam dibanyak sumber tidak spesifik diulas, hanya
perayaan kraton mempunyai tradisi Sekaten disebutkan bahwa ibu dari Ranggawarsita
untuk memperingati hari kelahiran atau adalah keturunan ulama Kajoran, yang
Miyosan Dalem Kanjeng Nabi Muhammad pada silsilahnya bertemu pada ki Ageng Pengging.
bulan Maulid setiap tahunya. Selain itu ada
perayaan bernama Maesalawung, perayaan ini UNSUR HINDU DAN ISLAM DALAM SERAT
ada untuk menghormati Batari Durga (dalam MANIKMAYA
Serat Manikmaya bernama Dewi Umayi dan Tradisi ruwatan tidak terlepas dari mitos
merupakan istri dari Batara Manikmaya). Batara Kala yang ingin memangsa anak yang
Ritual ini juga disebut juga dengan nama terkena sukerta serta Batara Wisnu yang
Labuhan Krendawahana, mengapa demikian, hal menyelamatkan anak sukerta yang akan
ini dikarenakan acara labuhan dilaksanakan di dimangsa Batara Kala. Batara Wisnu adalah
sebuah kawasan yang bernama Krendawahana manifestasi Tuhan dalam agama Hindu.
yang merupakan nama dari kerajaan Batari Masuknya agama Hindu ke Nusantara atau
Durga. Dalam dunia wayang sering disebut Indonesia membawa pengaruh yang sangat
dengan nama Setra Gandamayit atau Dandang besar terutama di Jawa. Sebelum datangnya
Mangore. Caos atau sesaji yang dibawa sangat agama Hindu, masyarakat Jawa sudah
beraneka macam dari nasi tumpeng sampai mempunyai ajaran atau agama yang disebut
buah-buahan, tetapi sesaji yang paling utama Kapitayan, yang oleh sarjana barat disebut
adalah daging kerbau goreng atau gecok.14 Animisme dan Dinamisme. Kedatangan agama
Adapun silsilah dari Ranggawarsita dari Hindu tidak merubah kepercayaan atau
garis ayah adalah sebagai berikut: Raden agama yang dipeluk masyarakat Jawa, malah
Bagus Burhan (Raden Ngabehi Ranggawarsita menambah subur kepercayaan yang dianut
III) putra Raden Suradimeja (Raden Ngabehi masyarakat Jawa. Sebagai contoh wayang,
wayang sebelum Agama Hindu datang sudah
12
Wiwien Widyawati, Serat Kalatidha:Tafsir Sosiologis dan
Filosofis Pujangga Jawa terhadap Kondisi Sosial, (Yogyakarta:Pura ada, wayang berfungsi sebagai perantara
Pustaka, 2012), hlm. 17-18. memuja roh para leluhur dengan datangnya
13
Simuh, Sufisme Jawa:Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik
Jawa (Yogyakarta:Narasi, 2006), hlm. 149.
14
Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 15
Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu
1830-1839 (Yogyakarta:Taman Siswa, 1989), hlm. 99-101. Studi Terhadap Serat Hidayat Jati, hlm. 36.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 117


agama Hindu wayang menjadi lebih bagus Unsur Agama Islam sangatterlihat dalam
karena ditambahi cerita dari agama Hindu Serat Manikmaya,yaitu adanya asma Allah
dengan nama dewa-dewa. SWT, nabi-nabi dan rasul-rasul yangada
Dewa-dewa dalam Agama Hindu tersebut dalam ajaran akidah keimanan agama Islam,
dikenal dari cerita wayang yang isinya diambil tidak semua nabi dan rosuldiceritakan atau
dari cerita Purana atau kumpulan cerita orang- disebutkan dalam naskah, namun hanya
orang sakti dalam Agama Hindu. Purana- beberapa yaitu: Nabi Adam A.s, Syits A.s, yang
purana yang terkenal di Nusantara adalah merupakan leluhur orang Jawa. Nama-nama
Ramayana dan Mahabarata. Pada masa Kerajaan tersebut muncul hampir diseluruh isi teks
Kahuripanpurana terebut diubah menjadi dalam Serat Manikmaya, seperti kata Allah dan
sebuah Kakawin atau gubahan sastra kuna salah seorang nabi(yakni Nabi Adam As), sudah
India ke Jawa pada masa pemerintahan Prabu muncul sejak awal akan dimulainya cerita.
Airlangga (memerintah tahun 1009 M-1042 Yang terdapat dalam pupuh I, sebagai berikut:
M).16 Dengan pujangganya yang terkenal adalah “Ayoga praptanira sacipta tan nekeni saang
Empu Panuluh. Sebelum agama Hindu datang Hyang Suksma tuhu yen asipat rahman trus
ke Nusantara, masyarakat Jawa khusnya sudah sayid wau jenising manusa tuhu anak putu
mengenal nama-nama dewa yang menguasai adam teka mrih tan kena pati para dene tinekan
usur alam misal samirana (udara) dan bantala sasedyanira”.
(bumi) dll. Hanya setelah agama Hindu datang
Artinya: Seorang anak lahirmu jadi tanda
samirana juga disebut Bayu. Begitupun Dewa
sang Hyang Suksma sejati bersifat rahman lalu
Siwa (salah-satu tiga dewa dalam agama
sayid tadi berjenis manusia sejati anak cucu
Hindu selain Brahma dan Wisnu) mengalami Adam tidak dapat terkena mati begitu juga tak
perubahan nama menjadi Batara Manikmaya dapat lebur.
atau Batara Guru. Dalam Serat Manikmaya,
nama Batara Manikmaya terdapat dalam: Motivasi R. Ng. Ranggawarsita III Menulis
pupuh atau bagian VI, sub pupuh atau sub Serat Manikmaya
bagian I, sebagai berikut: Alasan mengapa Ranggawarsita menulis
“Sira kang putih putraningsun anom,ingsun Serat Manikmaya, menurut penulis ada dua
patedhani jeneng Bathara Manikmaya.” faktor yaitu: faktor eksternal atau lingkungan
Artinya: “Kamu yang putih putraku yang dan faktor internal atau pribadi. Pertama faktor
muda, aku beri nama Bathara Manikmaya.” eksternal, untuk menjadi seorang raja yang
agung atau ratu gung binathara, seorang raja
Sewaktu Ranggawarsita belajar di Pondok memerlukan para punggawa yang mendukung
Pesantren Tegalsari di bawah asuhan Kanjeng semua kebijakanya. Peran pujangga sangat
Kiai Ageng Hasan Besari. Salah-satu pelajaran diperlukan dalam hal ini, tulisan atau karya
yang diberika di pondok tersebut adalah bidang seorang pujangga menjadi menjadi legitimasi
mistik Islam atau tasawuf, adan yang menjadi sang raja untuk memperkuat sabda sang raja.
acuan sang kiai mengajar salah-satunya adalah Dalam Serat Manikmaya diceritakan bahwa
Kitab Ihya ulumuddin karya dari Imam Syahid raja-raja Jawa adalah keturunan para nabi
Abu Hamid al-Ghazali yang lahir pada tahun dalam agama Islam dan para dewa dalam
1059 M. Dalam Serat Manikmaya ajaran Imam agama Hindu, dua kekuatan besar yaitu Islam
Ghazali tersebut terlihat pada empat nafsu serta Islam Kejawen (Hindu) menjadi aliran
ajaran sufisme Jawa, yaitu: amarah (amarah), besar pada saat itu, harapan sang sunan dan
lauwamah (aluamah), sufiyah (supiyah) serta Ranggawarsita adalah mendapatkan dukungan
mutmainah (mutmanginah).17 dari dua aliran tersebut. Dan memang Serat
Abimanyu, Kitab Terlengkap., hlm. 96.
16
Manikmaya ditulis Ranggawarsita untuk
Harun Nasution, Filsafat danMistisisme Islam, (Jakarta:
17
hadiah Sunan Pakubuwana IX.
BulanBintang, 1990), hlm. 87.

118 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
Kedua, faktor internal sebagai seorang diberi hadiah sebuah buku penting dan langka
anak dan cucu dari seorang pujangga besar yang berjudul Sastra Budha.20
yaitu: Raden TumenggungSastranegara(sang
kakek), Raden NgabehiRanggawarsita II DESKRIPSI NASKAH SERAT MANIKMAYA
(sang ayah). Ranggawarsita, mewarisi darah ATAU MANUSKRIP NO. PB. A 374
kepujanggaan.18Sejak kecil Ranggawarsita Berdasarkan inventarisasi dan pelacaan
diasuh oleh orang kepercayaan Raden naskah yang dilakukan oleh penulis lewat studi
TumenggungSastranegara yang bernama Ki katalog, naskah tersebut terdapat di Museum
Tanujaya, darinya ia mendapatkan berbagai Sanabudaya, Daerah Istimewa Yogjakarta.
ilmu pengetahuan salah satunya adalah ilmu Naskah dengan no. PB A 274, Judul naskah
klenik (ilmu mistik dalam ajaran Kejawen). terdapat pada halaman cover depan naskah,
Dari ilmu tersebut, Ranggawarsita sering bertuliskan SeratManikmaya (dengan versi
bertapa di tempat-tempat yang angker lengkap Serat Manikmaya 1862), naskah ini ditulis
(tempat yang banyak di huni mahkluk halus) dengan menggunakan bahasa dan aksara Jawa
dan pernah bertapa di tempat yang sangat yang disalin oleh Raden Sastradiwirya (catatan
angker, sampai-sampai dibawa ke kerajaan kepemilikan Panti Budaya), pada bulan
jin selama tiga hari, yang berada di daerah Desember 1862. Tanpa tempat penyalinan.
Kraton Kasunanan Surakarta Adiningrat yang Kondisi fisik naskah bagus tetapi kendordan
bernama “Kedung Kol”.19Ketika usia dua belas tidak diketahui kelengkapanya. Naskah ditulis
tahun ia dititipkan kepada seorang ulama dari bahan kertas karton, keadaan tinta
besar saat itu, yakni Kanjeng Kiai Ageng Hasan tembus. Berukuran 22x34,5 cm dan bagian teks
Besari yang merupakan pimpinan Pondok berukuran 17,5x30,5cm, berjumlah 37 baris dan
Pesantren Tegalsari di Kab.Ponorogo danteman 115 lembar, dan berwarna kekuning-kuningan,
seperjuangan dari Raden Tumenggung tidak terdapat iluminasi, adapun temanya
Sastranegara. adalah sejarah yang menceritakan roman
Pencarian ilmu Ranggawarsita tidak Islam bercampur dengan HinduJawa dimulai
hanya sampai di Pondok Pesantren Tegalsari Sayid Anwar masuk Islam sampai dengan zaman
saja, namun sampai daerah Surabaya bahkan Kalamurti dan Sujarwa.
sampai daerah Bali yang menjadi pusat Berikut ini cuplikan teks Serat Manikmaya
peradaban Hindu waktu itu. Di daerah Tabanan halaman 2-3:
Ranggawarsita berguru kepada Brahmana Ajar “Ayoga praptanira sacipta tan nekeni saang
Sidalaku. Dari sang brahmana, Ranggawarsita Hyang Suksma tuhu yen asipat rahman trus
mulai mengenal kebudayaan Hindu Bali. Pada sayid wau jenising manusa tuhu anak putu
saat Ranggawarsita hendak meninggalkan adam teka mrih tan kena pati para dene tinekan
rumah Ajar Sidalaku memberikan buku-buku sasedyanira”.
atau naskah-naskah klasik yang penting dalam
Artinya:Seorang anak lahirmu jadi tanda sang
kebudayaan Hindu Bali yaitu: Kakawin Rama
Hyang Suksma sejati bersifat rahman lalu
Dewa, Kakawin Bima Suci, Kakawin Baratayudha. sayid tadi berjenis manusia sejati anak cucu
Yang tentu saja masih asli dalam corak ke- Adam tidak dapat terkena mati begitu juga tak
Hinduan. Semua buku atau naskah tersebut dapat lebur.
ditulis di atas Ron Tal (orang sering menyebut
dengan nama Lontar) daun dari pohon Siwalan Berikut ini sinopsis teks lahirnya Batara
(Kolang-kaling), adapula yang menyebut Kala dalam Serat Manikmaya, Pupuh atau
dengan nama Kropak. Selain itu, Ranggawarsita Bagian IX, sub pupuh atau sub bagian 1:
Pada saat Batara Manikmaya berjalan-
18
Zaairul Haq, Jalan Sufi Ranggawarsita, (Yogyakarta:Kreasi jalan dengan istrinya Dewi Uma, karena
Wacana,2011), hlm. 2
19
J. Syahban Yasasusastra, Ranggawarsita Menjawab Takdir, A.
20
Norman, Zaman Edan Ranggawarsita,
(Surakarta:Imperium, 2012), hlm. 55. (Yogyakarta:Farum, 2013), hlm. 153.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 119


melihat kecantikan Dewi Uma tiba-tiba ia (setahun setelah meninggal), mendak pindo (dua
ingin bermadu kasih dengan istrinya, namun tahun setelah meninggal) dan terakhir nyewu
Dewi Uma menolak dengan alasan malu karena yakni tepat seribu hari kematian seseorang.
sedang ngangklang Jagat atau berkeliling dunia Setiap orang tua menginginkan anaknya
dan sedang naik Lembu Andini. Tetapi hasrat lahir dengan selamat tanpa kekurangan suatu
Batara Manikmaya tidak tertahankan sehigga apapun (cacat). Namun harapan tersebut
spermanya keluar dan jatuh ke laut. Seketika kadang oleh Allah tidak dikabulkan, hal ini
itu spermanya berubah menjadi bayi raksasa, yang dianggap oleh orang Jawa sebagai anak
karena terkena kutukan para dewa, lalu bayi sukerta.
raksasa itu diberi nama Kala. Dalam kearifan masyarakat Jawa, ada anak
atau bocah yang terkena sukerta. Anak yang
MITOS ANAK ATAU BOCAH SUKERTA DALAM terkena sukerta dimakan oleh sang waktu
MASYARAKAT yang disimbolkan dengan tokoh Batara Kala.
Dalam tradisi masyarakat Jawa terdapat Dunia ini akan selalu berputar dan berubah.
sebuah upacara kecil yang disebut slametan Kalau kita menyepelekan waktu pasti kita akan
atau kenduren. Slametan tersebut diadakan dilibas oleh waktu tersebut. Orang yang bijak
untuk memohon keselamatan kepada Allah adalah orang yang menggunakan waktu dengan
Yang Maha Esadari segala macam marabahaya sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan dan
yang mengancam.21 Dalam pandangan hidup mencegah kemungkaran.22 Bocah yang terkena
orang Jawa manusia itu pasti tidak terlepas sukerta terikat marabahaya yang disebabkan
dari: salah, lupa, kematian dan naas atau sial, oleh keadaan pada saat ia dilahirkan dan
seperti falsafah Jawa yang yang mengatakan: termasuk dalam golongan sukerta, seperti lima
“Manungsa iku pesthi kanggonan luput, pati orang laki-laki semua. Untuk menghilangkan
lan apes” sukerta pada seorang anak, harus melalui ritual
upacara ruwatandengan tujuan melepaskan
Artinya:Manusia itu pasti terkena salah, mati
atau membebaskan anak tersebut dari kutukan
dan sial.
dewa yang dapat menimbulkan bencana bagi
Sejak manusia dilahirkan ke alam dunia anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
sampai meninggal,seorang manusia tidak akan upacara ruwatan diadakan untuk menolak
terlepas dari pepesthen atau takdir. oleh sebab bencana atau menetralisir energi negatif dari
itu, dalam setiap momentum ritus kehidupan kekuatan ghaib yang mencelakakan anak yang
dan bahkan kematian manusia harus diadakan tergolong sukerta tersebut. Kata ruwat berasal
slametan, mulai dari ditiupkan roh ke dalam dari bahasa Jawa, yang berarti lepas atau
jasad sampai meninggal.Dalam kearifan Jawa terhindar dari bahaya.23
bila seseorang yang sedang mengandung Ngruwat atau meruwat adalah usaha
harus didoakan atau melakukan slametan seseorang untuk lepas dari bahaya. Upacara
yakni: sejak usia kandungan empat bulan yang ruwatan adalah upacara tradisional Jawa
disebut mapati, dilanjutkan usia kandungan yang sakral, yang diatur menurut tata adat
tujuh bulan yang disebut mitoni sampai yang berlaku dalam kebudayaan Jawa.Selain
jabang bayi lahir yang disebut brokohan. Kalau anak ontang-anting dst, ada orang yang harus
seseorang meninggal juga dilakukan slametan dibersihkan atau diruwat seperti: laki-laki
dari: surtanah (slametan yang diadakan atau perempuan yang sulit dapat jodoh, anak
setelah pulang mengubur jenazah), mitung yang sakit-sakitan dikarenakan nama yang
dino (slametan selama tujuh hari), matang pulu disandangnya istilah Jawanya kabotan jeneng,
(empat puluh hari setelah meninggal), nyatus 22
Muh. Solikhin,Ritual dan Tradisi Islam Jawa,
(seratus hari setelah meninggal), mendak pisan (Yogyakarta:Narasi, 2010), hlm. 11.
23
Tim Balai Bahasa Yogyakarta, Bausastra Jawa,
21
Cliford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi, h. 41. (Yogyakarta:Kanisius, 2011), hlm. 15.

120 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
sebagai contoh sewaktu kecil presiden pertama Adapun yang termasuk anak atau bocah
Republik Indonesia yakni Sukarno sering sakit sukerta, antara lain:24
sehingga oleh ayahnya, Sukarno diganti nama
Tabel 2. Daftar Nama-Nama Bocah atau Anak Sukerta
No Nama Anak atau Artinya
Bocah Sukerta
1 Ontang-Anting Anak yang lahir dalam keadaan yatim atau sampai dewasa anak tersebut tidak
mempunyai saudara
2 Kedana-Kedini Anak yang lahir dalam keadaan dua bersaudara laki-laki dan perempuan
3 Kembar Anak yang lahir dalam keadaan kembar (mempunyai wajah yang sama)
4 Dampit Anak yang lahir dalam keadaan kembar siam
5 Gondang Kasih Anak yang lahir dalam keadaan kembar yang satu hitam yang satunya putih
6 Tawang Gantung Anak yang lahir dalam keadaan kembar tapi lahirnya lain hari
7 Sakrenda Anak yang lahir dalam keadaan kembar yang lahirnya dalam satu bungkus ketuban
8 Wungkus Anak yang lahir dalam keadaan terbungkus ketuban
9 Wungkul Anak yang lahir dalam keadaan tidak punya ari-ari
10 Tiba Sampir Anak yang lahir dalam keadaan berkalung usus
11 Tiba Ungker Anak yang lahir dalam keadaan terbelit usus
12 Jempina Anak yang lahir dalam keadaan prematur
13 Margana Anak yang lahir saat dalam perjalanan
14 Wahana Anak yang lahir saat dalam keramaian
15 Wangi Anak yang lahir saat terbitnya matahari
16 Sungsang Anak yang lahir saat tegaknya matahari
17 Pujut Anak yang lahir saat malam hari
18 Sarah Anak yang lahir saat terbenamnya matahari
19 Sekar Sepasang Anak yang lahir dalam keadaan dua orang perempuan semua
20 Uger-Uger Lawang Anak yang lahir dalam keadaan dua orang laki-laki semua
21 Sendang Kapit Anak yang lahir dalam keadaan tiga orang satu perempuan di tengah
Pancuran
22 Pancuran Kapit Anak yang lahir dalam keadaan tiga orang satu laki-laki di tengah
Sendang
23 Saramba Anak yang lahir dalam keadaan empat orang laki-laki semua
24 Sarimpi Anak yang lahir dalam keadaan empat orang perempuan semua
25 Pancala Putra Anak yang lahir dalam keadaan lima orang laki-laki
26 Pancala Putri Anak yang lahir dalam keadaan lima orang perempuan semua
27 Pipilan Anak yang lahir dalam keadaan lima orang salah-satunya laki-laki
28 Padangan Anak yang lahir dalam keadaan lima orang salah-satunya perempuan
29 Siwah Anak yang Idiot atau difabilitas
30 Kresna atau Gotang Anak yang lahir dalam keadaan hitam kelam (bahkan sampai berwarna hitam kebiru-
biruan)
31 Walika atau Bajang Anak yang lahir dalam keadaan bertaring
32 Bungkuk Anak yang lahir dalam keadaan bungkuk (skoliosis)
33 Dengkak Anak yang lahir dalam keadaan mendongak ke depan atau lordosis
34 Butun Anak yang lahir dalam keadaan mendongak ke belakang atau kifosis
35 Wujil Anak yang lahir dalam keadaan cebol

dari Kusno menjadi Sukarno. Pergantian nama


tersebut dengan pertunjukan wayang kulit. M. Hariwijaya, Islam Kejawen, (Yogyakarta:Gelombang
24

Pasang, 2006), hlm. 23.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 121


Mitos bocah atau anak sukerta tersebut Lare terus mencari ki Dalang Kandabuwana
terdapat dalam Serat Manikmaya,pupuh atau atau ki Dalang Kanurungan, untuk diruwat dan
bagian IX, sub bagian 1yang berbunyi sebagai memita perlindungan. Cerita orang sukerta
berikut: yang lain adalah Bapa Truna (lahir dalam
“Heh danawa wruhhanira sakluggune iya keadaan butun) mecari Tlaga Pangruwat yang
ingsuniki kang ayoga ning sira. Sakmengko, bertempat di Medanggawa, yang menjadi
ingsun patedhahi aran Batara Kala, amarga tempat bertapanya ki Dalang Kandabuwana
tumitahira ana ing marcapada mbeneri wayah dan seperti Garuda Lare, Bapa Truna juga ingin
candhikala. Sira ingsun paringi papan ana ing diruwat dan meminta perlindungan kepada
Nusatembini, lan sira bakal ingsun paringi ki Dalang Kandabuwana. Sebenarnya dalang
patedan bocah sukerta pepancen kang dadi Kandabuwana adalah titisan dari Batara Wisnu.
minangka memangsanira” Dalam berenkarnasi Batara Wisnu ditemani
Artinya: Hai raksasa ketahuilah sebenarnya Dewi Sri yang berenkarnasi menjadi sinden atau
saya inilah orang tuamu. Sekarang aku beri seorang perempuan yang bernyanyi dalam
namaBatara Kala, karena lahirmu ke dunia pementasan wayang, serta Batara Narada yang
saat candikala. Kamu aku beri tempat tinggal di berenkarnasi menjadi niyaga atau orang yang
Nusa Tembini dan kamu bakal aku beri kuasa bermain musik untuk mengiringi pementasan
untuk memakan anak sukerta yang memang wayang.
menjadi mangsamu.
PROSESI RUWATAN (PEMBERSIHAN) BAGI
Konsep tentang Candikala atau waktu gawat ANAK SUKERTA
untuk anak atau bayi yang baru lahir yang Anakyang terkena sukerta harus diruwat
termasuk bocah atau anak yang sukerta yang atau dibersihkan. Membersihkan anak yang
telah disebutkan pada nama-nama, seperti terkena sukerta banyak caranya dari kenduren
Julung Pujut. Juga disebutkan di dalam Serat sampai pertunjukan wayang, namun cara yang
Manikmayayaitu pupuh atau bagian II, yang paling banyak atau umun digunakan adalah
berbunyi: dengan wayangan atau pementasan wayang.
“Sareng ing sadinten wau anakipun Malaekat Lakon atau cerita yang dibawakan dalang
Ngazazil, kang anamaDewi Dlajah inggih adalah lakon khusus, seperti: Lakon Murwakala,
ambabar nuju julung pujut, dst.” Lakon Durga Ruwat atau Lakon Resi Sudamala.
Artinya: Bersamaan dalam sehari itu anak dari Murwakala berasal dari kata murwa atau purwa
Malaikat Ngazazil yang bernama Dewi Dlajah yang berarti awal mula dan kala yang artinya
juga melahirkan dan berpapasan pada saat waktu. Murwaka berarti awal mula sang waktu
25

julung pujut (bayi yang lahir saat matahari atau sangat.Purwakala dalam bahasa Sansekerta
tenggelam), dst. bermakna pada waktu dahulu. Pengertian lain
dari Murwakala atau Purwakala adalah awal
Secara singkat Lakon Murwakala atau mula sang waktu atau purwaning dumadi (awal
lahirnya Batara Kala, adalah sebagai berikut: mula ada atau awal eksistensi sesuatu hal).
Alkisah ada seorang kesatria tampan Apabila dalam anggota keluarga terdapat
yang sukerta (lahir dalam keadaan ontang- anak sukerta, kebanyakan orang tua dari anak
anting) bernama Garuda Lare dikejar-kejar oleh tersebut khawatir bila anak tersebut akan
Batara Kala. Karena tidak ketemu Batara Kala terkena naas atau mala, yang disimbolkan
menyuruh pungawanya Butapa dan Butapi, dengan tokoh Batara Kala. Para orang tua
kareana dikejar oleh kedua punggawa tersebut, mempercayai bahwa dengan kondisi seperti
lalu Garuda Lare bersembunyi di balik dandang itu, anak mereka dalam keadaan bahaya
atau periuk besar untuk merebus air.Setelah dikemudian hari. Maka dari itu, kebanyakan
lama bersembunyi dan tidak ketahuan oleh
Batara Kala beserta para punggawanya, Garuda 25
Tim Balai Bahasa Yogyakarta, Bausastra Jawa.

122 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
orang tua dari anaksukerta tersebut wayang, serta Batara Narada menjadi Niyaga
mempunyai keinginan untuk membebaskan atau pemain musik dalam pementasan
anak mereka dari bahaya dengan meruwatnya. wayang.29
Mengapa sebagian besar carameruwat anak Upacara ruwatanbiasanya dilakukan
sukerta banyakmenggunakan pertunjukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00. Setelah
wayang kulit. Menurut Prof. Dr. Simuh:26 tamu undangan banyak yang hadir, upacara
“Wayang mempunyai daya magis tertentu, diawali dengan datangnya anak-anak
salah-satunya untuk: permohonan doa, wasilah sukertaberpakaian adat Jawa atau pakaian putih
atau jalan dalam budaya masyarakat Jawa. bersih atau pralampito (sebagai perlambang
Dari penuturan Prof. Dr. Simuh tersebut bahwa anak itu telah diruwat. Pertama-tama
di atas, pementasan wayang bagi masyarakat anak sukerta dipotong rambutnya (sebagai
Jawa sangat sakral, hal ini dikarenakan di perlambang kalau anak yang sukerta tersebut
dalam pementasan wayang terutama alur sudah dibuang sukernya. Selanjutnya anak
ceritanya mengandung pitutur luhur atau sukerta digandeng menuju ke maligi (tempat
ajaran luhur. Arti kata dalang adalah kijang,27 untuk memandikan), sesampainya di maligi
jadi menjadi seorang dalang haruslah cerdik para sesepuh dan orang tuanya memandikan
atau lincah. Seorang dalang harus bisa menjadi dengan air dan kembang setaman (yang
tuntunan sekaligus juga tontonan, sebab kata mempunyai arti untuk membersihkan diri dari
dalang adalah akronim dari Ngudal Piwulang, kotoran), air diambilkan dari air sungai atau
yang artinya memberi ilmu dan pengetahuan. air dari tujuh sumur (sumber mata air orang
Dalam pementasan wayang kulit yang Jawa menyebutnya dengan nama Tuk).30
ditujukan untuk meruwatseseorang anak Setelah selesai siraman atau dimandikan,
sukerta maka, dalang atau sutradara anak sukerta dibawa ke kamar rias kembali
pementasan wayang haruslah mempunyai untuk diganti pakaian serba putih. Kemudian
kriteria khusus yakni seorang dalang sejati. dilanjutkan dengan sungkeman (yaitu minta
Karena selain kriteria dalang sejati, ada doa restu kepada kedua orang tuanya dan para
kriteria dalang yang bukan sejati yakni dalang sesepuh). Setelah sungkeman, anak sukerta
wasis.28 Kriteria dalang tersebut diambil dari diserahkan kepada dalang yang akan meruwat
sebuah mitos bahwa setelah Batara Kala anak tersebut. Dalang membawa anaksukerta
diusir oleh ayahnya yakni Batara Guru dari tersebut ke belakang kelir atau layar yang
Kayangan Jungring Saloka, Batara Guru masih sering digunakan dalam pementasan wayang
dihinggapi rasa was-was bila Batara Kala untuk diruwat. Kemudian yang terakhir
membuat masalah di muka bumi maka, Batara melarung pakaian yang dikenakan pada
Guru memerintahkan putranya yakni Batara saat siraman sebagai tanda keikhlasan dan
Wisnu untuk menyamar atau lebih tepatnya sekaligus pelajaran tentang kesadaran bahwa
disuruh manitis atau renkarnasi sebagai manusia tidak berhak memiliki apa yang
dalang bernama Ki Dalang Karungrungan atau digelar di dunia, karena semua yang digelar
Kiai Dalang Kandhabuwana, sedangkan istrinya di dunia ini pada hakikatnya adalah milik
mendampingi Batara Wisnu yakni Dewi Sri Tuhan, dan manusia hanya diberi kewenangan
menjadi Sinden atau penyayi dalam pementasan memanfaatkan titipan-Nya tersebut.
Ruwatan adalah prosesi yang sakral dan
26
Simuh, Islam dan Perkembangan Budaya Jawa, khusuk serta keramat. Maka dalang di dalam
(Jakarta:Teraju,2003), hlm.41.
melaksanakan upacara ruwatan itu tidak boleh
27
Tim Balai Bahasa Yogyakarta, Bausastra Jawa.
28
Kriteria dari dalang sejati adalah dalang yang murni,
murni adalah gelar dalang diperoleh dari turun temurun. 29
S. Subalidinata. dkk, Serat Kandhaning Ringgit Purwa,
Sedangkan dalang wasis gelar dalang diperoleh dari belajar, (Yogyakarta: UGM Press, 1985), hlm. 12.
misal kuliah di Jurusan Pedalangan atau nyantrik (belajar) dari 30
Udreka, Dosen Jurusan Pedalangan, Fakultas Seni
dalang sejati. Informasi tersebut penulis dapatkan sewaktu Pertunjukan ISI Yogyakarta, Pentingnya Tradisi Ruwatan, 28
aktif kuliah di ISI Yogyakarta. Maret 2019.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 123


semaunya sendiri, tetapi harus dilakukan (jeruk, blimbing, mangga, jambu, dll),
dengan khusuk penuh kesakralan. Begitu pula dilengkapi pula pisang mas, pisang raja, daun
si anak sukerta, orang tua, dan semua penonton sirih, serta kemenyan atau dupa dan jenewer
harus mengikutinya dengan khusuk. Ada atau arak. Ada pula dari jenis hewan yang
beberapa ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijadikan sesaji antara lain “kewan darat”
selama dilakukanya upacara ruwatan ialah: (pithik sajodo atau sepasang ayam), “kewan
- Di dalam menjalankan acara ruwatan harus iber-iberan” (burung dara, kepodang), “kewan
dilakukan dengan khidmad dan khusuk, banyu” (ikan lele, ikanwader) yang kesemuanya
tidak dapat hanya dengan semaunya sendiri. itu mengajarkan kitatentang falsafah hidup
- Penonton harus mengikutinya dengan yang masing-masing telah digariskan untuk
tenang, tidak boleh mengeluarkan suara menempati posisi yangsemestinya karena
gaduh, bersorak sorai, dan sebagainya. semua itu menjadi pelengkap bagi yang lain,
- Kalau ada penonton anak-anak harus dijaga oleh karena itu siapapun kita selayaknya
jangan sampai ada yang menangis atau bersyukur atas takdir yang telah digariskan.31
usil, kalau ada yang menangis atau usil Ada juga bubur abang atau merah serta puteh
hendaknya menyingkir dahulu, sebab dapat atau putih (perlambang unsur tubuh kita
mengganggu jalannya upa­ cara ruwatan darah dan air), bubur eneng (berwarna hitam),
tersebut. Dengan adanya pantangan-panta­ bubur ening (berwarna kuning), jenang baro-
ngan tersebut apabila tidak dilanggar baro (segala warna), yang merupakan simbol
diharap­kan jalannya upacara ruwatan sedulur papat lima pancer dalam falsafah Jawa.
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan Dari jenis masakan juga dilengkapi rujak
selamat. crobo yang bermakna aja ngejak crobo (artinya
jangan suka hal yang kotor), gecok kebo (daging
Upacara ruwatan tersebut sampai sekarang
kerbau satu potong yang secara utuh diwakili
masih sering dijalankan oleh orang-orang
dari potongan-potongan bagian saja lengkap
yang ingin membersihkan diri dari noda-noda
dari kepala hingga kaki) biasanya dibumbui
alamiah. Dalam pelaksanaannya ada yang
dengan kunir untuk menghilangkan bau
hanya cukup mengadakan ruwatan dengan
amisnya. Selain gecok kebo ada juga gecok
kenduri atau mengadakan pengajian, ada pula
pithik yang biasanya dibumbu dengan santen.
yang mengadakan pertunjukan wayang kulit.
Ada juga makanan ketupat (yaitu diharapkan
Ruwatan sebenarnya sarat akan perlambang
bahwa setelah diruwat anak sukerta tersebut
dan ajaran-ajaran kehidupan. Secara
melakukan laku papat (empat keutamaan),
simbolis menggugah kesadaran manusia atas
yaitu sembah ragaatau mejaga raga, sembah
pengakuannya bahwa di kehidupan dunia ini
sukma atau memelihara lingkungan, sembah
tidak hanya ditempati oleh manusia saja, tetapi
rasa atau berhubungan baik dengan sesama
juga terdapat keterikatan dan keterlibatan
manusia, sembah sejati atau taat kepada Tuhan,
dengan alam dimensi lain terutama alam
tumpeng yang berarti tanda syukur karena
semesta yang masih berada pada dimensi yang
sudah diruwat. Sebenarnya masih banyak lagi
sama baik udara, tanah, air, hewan, tumbuhan
sesaji yang dihidangkan.
dan semacamnya yang semua itu tersirat
Jika anak sukerta ada yang laki-laki maka
dalam rangkaian sesaji sebagai salah satu
biasanya dilengkapi dengan obor kecil dan
syarat diadakannya ruwatan.
alat pertukangan seperti palu, gergaji, caping
Sesaji dalamruwatan antara lain terdiri
atau penutup kepala yang sering dipakai
dari: tanaman buah-buahan yang tumbuh
oleh petani, cangkul,sabit, cambuk dan
di sekitar kita, seperti “pala kesimpar atau
semacamnya. Tak ketinggalan pula jarik atau
kumleser” (labu, semangka, blewah, dll), “pala
kependhem” (ketela, kacang, gembili, uwi,
31
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen, Singkretisme,
Sufisme, Simbolisme dalam Budaya Jawa, (Yogyakarta: Narasi,
ganyong), “pala gumantung, pala gumandhul” 2003), hlm. 39.

124 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
kain khas tradisional Jawa yang biasanya Paham ini mengarah pada pensifatan
disampirkan di atas kelir wayang, dan dihiasi Tuhan yang antropomorpis, yang artinya Tuhan
pula tanaman tebu (kata tebu akronim dari digambarkan mempunyai sifat manusia dan
anteping kalbu, yang bermakna mantapnya begitu sebaliknya.32Konsep ngejawantah
hati), kelapa yang masih cengkir (kelapa yang sangat kental dengan ajaran yang terdapat
masih sangat muda, kata cengkir akronim dari dalam agama Hindu. Agama Hindu memiliki
ngencengke pikir, yang bermakna memusatkan juga memiliki landasan pokok mengenai
pikiran), serta janur (daun kelapa yang masih keimanan atau Panca Srada seperti halnya
muda, kata janur akronim dari sejatine nur yang agama Islam,, salah-satunya adalah Percaya
bermakna petunjuk yang sejati) di kanan dan kepada samsara (manitis atau renkarnasi).
kiri kelir. Dalam agama Hindu konsep tentang samsara
Ruwatan tidak harus dilakukan pada atau reinkarnasi terlihat pada epos Ramayana
bulan Suro dalam sistem penanggalan Jawa yang menceritakan bahwa Sri Rama adalah
atau Muharam dalam sistem penanggalan reinkarnasi dari Dewa Wisnu, begitu juga dalam
Islam. Ruwatan dapat dilakukan pada bulan cerita Mahabarata diceritakan bahwa Sri Krisna
apa saja selain Suro dan juga bisa pada hari adalah reinkarnasi dari Dewa Wisnu. Tujuan
apa saja. Tetapi tidak boleh dilakukan pada renkarnasi Batara Wisnu adalah menjaga
hari naas atau hari dalam hitungan Jawa yaitu ketentraman alam raya dari kejahatan. Saat
hari apes. Contohnya orang yang lahir pada renkarnasi menjadi manusia Batara Wisnu
hari Rabu, hari sialnya jatuh pada hari Sabtu juga mempunyai sifat kamanungsan atau sifat
dll. Tetapi semua itu tergantung kepercayaan alamiah manusia, salah satunya kematian.
setiap individu. Jika masyarakat yang masih Ketika tugasnya belum selesai, maka ia
mengikuti adat Jawa dengan kental pasti akan berenkarnasi dan dikarenakan kejahatan
percaya dengan hal semacam itu.Menurut akan ada terus sampai akhir dunia maka tugas
nenek moyang sebenarnya semua orang menjaga ketentraman juga terus berlanjut
harus diruwatuntuk menghilangkan sial. Jadi, (bereinkarnasi terus-menerus).
melakukan ruwatan tergantung bagaimana
Berikut ini renkarnasi dari Batara Wisnu:33
orang mempercayai atau tidak.
Batara Wisnu atau Hyang Suman menitis ke
Sudah disinggung bahwa Batara Wisnu
Begawan Padmanaba menitis ke Brahmana Ayogi
meruwat anak sukerta dengan berenkarnasi
Kanurungan atau Kyai Dalang Kandhabuwana
menjadi dalang yang bernama ki Kandabuwana.
menitis ke Begawan Birawa Kala menitis ke
Maka penulis akan menjelaskan sekilas tentang
Prabu Batara Buda Kresnamenitis ke Brahmana
reinkarnasi atau manitis. Dalam konsep Jawa
Winara Watara menitis ke Prabu Setmata menitis
disebut ngejawantah, konsep ngejawantah
ke Prabu Pali Driya menitis ke Prabu Wisnu Pati
tersebut diungkapkan dengan falsafah Jawa
menitis ke Prabu Harjuna Sasrabahu menitis
yang berbunyi:
ke Begawan Parasurama menitis ke Prabu Rama
“Manungsatitsingdewa trah kusuma rembesing Wijaya menitis ke Prabu Batara Kresna menitis ke
madu.” Prabu Angling Darma menitis ke Resi Kandiawan
Artinya: Manusia adalah titisan dewa menitis ke Prabu Jayabaya menitis ke Prabu Inu
keturunan yang utama (ibarat kusuma yang Kertapati dst.
artinya bunga dan madu). Ki Dalang Kandabuwana ketika meruwat
“Curigamanjing ingwarangka.” anak sukerta yakni: Garuda Lare dan Bapa
Truna, sang dalang membacakan beberapa
Artinya: Keris masuk ke rangkanya (keris
dibaratkan Tuhan dan manusia diibaratkan 32
Simuh,Mistik Islam., hlm. 64.
sebagai rangka). 33
Kasidi, Guru Besar Jurusan Pedalangan Fakultas Seni
Pertunjukan ISI Yogyakarta, Alur Cerita Murwakala, 30 Maret
2019.

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 125


mantra atau doa penolak balak, antara lain: terkena hancur dan gosong-menjadi abu
mantra caraka balik, setra bedati,saepigeni, karena kodratnya Allah.
saepiangin, saepibanyu, saepibumi, rajah eka
Terus sang dalang membaca mantra
kalacakra, dan terakhir kidung pangruwat.
saepiangin:
Adapun bacaan mantra-mantra tersebut
seperti di bawah ini:34 “Ingsun abukak sadulur saepiangin kang asal
Mantra caraka balik: saka angin ngabdul musamad kang dadi wijining
sekehing nyawa sun sapokaken mangetan
“Nga, ta, ba, ga, ma, nya, ya, ja dha, pa, la, wa,
trus segara wetan mangidul trus sagara kidul
sa, ta, da, ka, ra, ca, na, ha”
mangulon trus segara kulonmangalor trus
Sebenarnya caraka balik aadalah aksara segara lor saking sipatolah.”
carakan atau huruf Jawa yang dibalik (huruf Artinya: Aku membuka saudaraku saepiangin
yang paling belakang diletakan di depan). yang berasal dari angin Abdulmusamad, yang
Berbicara mengenai huruf Jawa tidak terlepas menjadi asalnya semua nyawa, aku sapukan ke
dari cerita Dora dan Sembada, keduanya arah timur sampai laut timur, ke arah selatan
merupakan murid dari Aji Saka dalam Serat sampai laut selatan, ke arah barat sampai laut
Manikmaya disebut Jaka Sengkala. Dikisahkan barat, ke arah utara sampai laut utara karena
Aji Saka menyuruh mengambil sebuah pusaka sifat Allah.
di tanah Hindu, namun dalam perjalanan
Terus sang dalang membaca mantra
terjadi salah paham antar keduanya sehingga
saepibanyu:
terjadi perkelahian dan akhirnya tewas semua.
Dalam falsafah Jawa huruf tersebut mempunyai “Ingsun abukak sedulurku saepibanyu kang
makna. Adapun maknanya sebagai berikut: 35 saka banyu tahura kang dadi wijining sekehing
roh ingsun siramaken ing banjar pakarangane
Tabel 3. Makna Huruf atau Aksara Jawa si Hatmakarjana adem saking kodratolah.”
No Aksara Jawa Artinya Artinya: Aku membuka saudaraku saepibanyu
1 Ha, na, ca, ka Ada perutusan yang berasal dari air tahura, yang menjadi
2 Da, ta, sa, wa, la Terjadi perkelahian asalnya semua ruh, aku siramkan di halaman
3 Pa, dha, ja, ya, nya Sama-sama perkasanya rumahnya si Hatmakarjana dingin kodranya
4 Ma, ga, ba, tha, nga Kedunya tewas menjadi mayat Allah.
Kemudian sang dalang membaca mantra
setra bedhati: Terus sang dalang membaca mantra
saepibumi:
Ya midusa sadumiya, ya miruda darimiya, ya
siyasa sayasiya, ya liraya yaraliya, ya dayuda “Ingsun abukak sadulurku saepibumi kang asal
dayudaya, ya dayani nidayani.” seka bumi bahura kang dadi wijiling sekehing
jisim sun tamakake ing banjar pekarangane
Kemudian sang dalang membaca mantra Hatmakarjana sentosa saking kodratolah.”
saepigeni:
Artinya: Aku membuka saudaraku saepibumi
“Ingsun abukak sadulurku saepigeni kang yang berasal dari bumi bahura yang
asal saka geni nur kadim kang dadi wijining menjadi asalnya semua raga aku bacakan di
sakehing urip ingsun tamake katon geseng dadi pekarangan rumahnya Hatmakarjana sentosa
awu saking kodratulah.” dari kodratnya Allah.
Artinya: Aku membuka saudaraku saepigeni Dilanjutkan membaca mantra rajah eka
yang berasal dari api nur kadim, yang menjadi kalacakra:
asalnya semua kehidupan, aku baca apa yang
“Kalamusa samukala, kayaramu murakaya,
34
Kasidi, Alur Cerita.. kadibuda dabudika, kalibaya yabadika.”
35
Damarjati Supajar, Filsafat Manusia, (Yogyakarta:UGM
Press,1995), hlm. 11-13.

126 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
Dan terakhir sang dalang membaca mantra karya-karya Ranggawarsita, adalah sebagai
suluk pangruwat: berikut:
“Tan samar pamoring suksma winuksmaya - Karya-karya yang ditulis sendiri, Babon Serat
winayohing asepi sumimpen kalbu Pustaka Raja Purwa, Serat Pustaka Raja Purwa
pambukaning warana tarling saking liyep ini berupa sebuah buku yang diterbitkan
luyuping aluyup pinda kombang mangiseping oleh H. Kolfh Bunning di Yogyakarta pada
maduning tawang, dst.” tahun 1884 M. Buku merupakan karya
Ranggawarsita dalam bentuk gancaran.
Selain mantra-mantra khusus nada atau Berjenis non-fiksi dan berisi tentang silsilah
gending-gending yang dibawakan juga khusus, raja-raja dari N. Adam As. Sampai berdirinya
seperti: Cucur Bawuk, Pare Anom, Sri Katon, Kerajaan Majapahit. Serat Hidayatjati
Suksma Ilang, Ayak-ayakan, Srepegan, dan Sampak diterbitkan oleh Tan Koen Swie di Kediri
yang semuanya ditabuh terus-menerus tanpa pada tahun 1941M. Buku ini merupakan
berhenti., dll. karya Ranggawarsita yang berbentuk
Kata-kata yang terdapat dalam teks Serat gancaran. Berjenis non-fiksi yang berisi
Manikmayatersebut, juga menjadi rujukan ajaran moral dan mistik.
dalam membuat pocapan atau bahasa dialog - Karya-Karya yang disalin oleh orang lain,
dalam pementasan wayang bagi sang dalang, Serat Ajidarma ini masih berupa naskah
seperti: hong, kulup, kaki, sanghyang, batara, carik (masih asli tulisan tangan). Naskah
danawa, marcapadha dll. Beserta nama-nama ini merupakan karya Ranggawarsita yang
senjata ampuh para dewa, seperti: kayu rewan, berbentuk tembang. Yang ditulis orang lain
cupumanik astagina, jimat sandilata maosadi, yakni Raden Ngabehi Surakartika. Berjenis
ratna dumillah dll. Dan nama-nama dari tempat non-fiksi yang berisi biografi Dewi Satati.
tinggal para dewa seperti: Kailasa, Jungring Serat Aji Pamasa ini masih berupa naskah
Saloka,dll. Selain berisikan tentang mitos carik. Naskah ini ditulis oleh orang lain
anak yang terkena sukerta. Serat Manikmaya yakni Raden Mas Penewu Hanustika.
dijadikan rujukan utama para dalang aliran - Karya-Karya yang ditulis bersama orang
Surakarta maupun dalang aliran Yogyakarta lain, Serat Saridin ini berbentuk buku yang
untuk menulis sebuah cerita pagelaran wayang, diterbitkan oleh Muller di Belanda pada
dalam ilmu seni pedalangan, cerita tersebut tahun 1`858. Buku ini merupakan karya
dibagi menjadi dua jenis yaitu: Lakon carangan Ranggawarsita berjenis non-fiksi dan
atau cerita yang baru (cerita yang tidak berbebtuk prosa yang isisnya tentang
ada dalam epos Ramayana dan Mahabarata), percakapan dirinya dengan Winter tentang
contohnya seperti: Resi Sudamala, Kalimasada sastra.
Kajarwa, dll. Lakon babon atau cerita induk yang - Karya-karya yang digubah orang lain
ada dalam epos Ramayana dan Mahabarata. (pada umumnya digubah oleh Kanjeng
Gusti Bendara Pangeran Adipati Ario
KARYA-KARYA R.NG. RANGGAWARSITA III
Mangkunegaran IV atau sahabat karibnya
Derasnya arus perubahan zaman tak kuasa Ranggawarsita) dan dipakai sebagai acuan
menggulung kehebatan Ranggawarsita. Alur cerita wayang, Pakem Pustaka Raja Purwa,
pemikiran Ranggawarsita dalam mengemas untuk wayang kulit Purwa. Pakem Pustaka
karya- karyanya sudah pada tingkat yang Raja Madya, untuk wayang kulit Madya.
adi luhung atau istimewa. Karya-karya yang Pakem Pustaka Raja Antara, untuk wayang
melegenda tercipta dari tangan sang pujangga Gedhog. Pakem Pustaka Raja Wasana untuk
tidak Lepas dari dukungan keluarga, elite wayang Klithik.
kraton. Penulis tidak menyebutkan semuanya - Karya-karya orang lain yang diubah oleh
karena terlalu banyak, yang disebutkan hanya Ranggawarsita, Serat Barathayuda ini berupa
sebagian dan yang monumental saja. Adapun

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 127


buku. Buku ini diterbitkan oleh Alberth Ponorogo, sedangkan wawasan ke-Hinduan
Rusche di Surakarta pada tahun 1901. Buku Ranggawarsita peroleh sewaktu pergi
ini merupakan karya Ranggawarsita yang mengembara ke daerah Jawa Timur (Surabaya
berjenis fiksi, berbentuk puisi ia menyalin dan Banyuwangi) dan Bali (Tabanan).
dari karya Raden Kiai Ngabehi Yasadipura Hingga akhir hayatnya Ranggawarsita masih
I, yang berisi ajaran moral yang diambil berpangkat penewu, namun hal ini tidak menjadi
dari cerita epos Baratayuda,yang isinya alasan Ranggawarsita patah semangat, selama
perang antara Pandawa dengan Kurawa. hidup Ranggawarsita banyak menghasilkan
Serat Jayabaya ini berupa sebuah buku yang karya yang sampai saat ini masih melegenda
diterbitkan oleh Sadu Budi di Surakarta salah-satunya adalah Serat Manikmaya.
pada tahun 1930. Buku ini adalah karya Ranggawarsita meninggal dunia pada tahun
dari Raden Kiai Ngabehi Yasadipura I. Buku 1873 M dan dikebumikan di Desa Palar, Kec.
ini merupakan karya Ranggawarsita yang Trucuk, Kab. Klaten, Prov. Jawa Tengah.
berjenis fiksi, berbentuk puisi isinya tentang
ramalan yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Serat Manikmaya atau manuskrip no.
PB. A. 374 adalah karya dari Raden Ngabehi Abimanyu, Soecipto, Kitab Terlengkap Sejarah
Ranggawarsita yang dilahirkan pada hari Mataram Yogyakarta:Yaufa, 2015.
Senin Legi, pada tanggal 10 Besar tahun Be Amir Piliang, Yasraf, Kecerdasan Semiotik
(tahun Jawa), atau 15 Maret 1802 M atau 11 Melampaui Dialektika dan Fenomena,
Dzulhijah 1216 H, wuku Sungsang, dewanya Yogyakarta: Aurora, 2017.
Dewi Sri musim Jita dan wafat pada tahun 24
Balai Bahasa Yogyakarta, Bausastra Jawa
Desember 1873 M. Atau 4 Sela tahun Alif 1290,
Yogyakarta: Kanisius, 2011.
atau 4 Dzuqodah 1290. Dengan mana kecil
Raden Bagus Burhan, ia adalah keturunan dari Baried, Siti Baroroh dkk., Pengantar Teori
trah seorang pujangga ternama yakni Raden Filologi, Yogyakarta: BP2F FIB UGM, 1994.
Tumenggung Sastranegara (kakek) dan Raden Budiono, Herusatoto, Mitologi Jawa, Depok:
Kiai Ngabehi Yasasdipura I (kakek buyut). Obor Semesta Ilmu, 2012.
Serat Manikmaya ditulis kira-kira pada tahun
1861 M atau 1790 J,pada masa pemerintahan Endraswara, Suwardi, Mistik Kejawen,
Sunan Pakubuwana IX. Singkretisme, Sufisme, Simbolisme
Serat Manikmaya berisi tentang sejarah dalamBudaya Jawa, Yogyakarta: Narasi,
atau babad asal-usul raja-raja tanah Jawa yang 2003.
diturunkan oleh Nabi-nabi dan dewa-dewa Geerzt, Cliford, Agama Jawa: Abangan, Santri,
dalam mitologi Hindu (bersifat sinkretis). Priyayi, terj. Aswab Mahasin, Depok:
Ranggawarsita juga memasukan tentang Komunitas Bambu, 2013.
mitos anak atau bocah sukerta (seperti dalam
Haq, Zaairul, Jalan Sufi Ranggawarsita
teks disebut anak yang sukerta disebut julung
Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011.
wangi) dan cerita lahirnya Batara Kala.
Semuailmudanpengetahuan Ranggawarsita Hariwijaya, M., Islam Kejawen Yogyakarta:
diperolehdari pengalaman pribadinya Gelombang Pasang, 2006.
dalam mencari ilmu.Wawasan tentang ke- Nasution, Harun Filsafat dan Mistisisme Islam,
Islaman ia dapatkan sewaktu belajar mengaji Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
kepada Kanjeng Kiai Ageng Hasan Besari
di Pondok Pesantren Tegalsari, di daerah Norman, A., Zaman Edan Ranggawarsita,
Yogyakarta: Farum, 2013.

128 Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli 2019 | 113-129
Simuh, Islam dan Perkembangan Budaya Jawa,
Jakarta: Teraju, 2003.
..........,Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi
Ranggawarsita: Suatu Studi Terhadap Serat
Hidayat Jati, Depok: UI Press, 1988.
Soeratman, Darsiti Kehidupan Dunia Kraton
Surakarta 1830-1839, Yogyakarta:Taman
Siswa, 1989.
Soetomo, Mengenal R.Ng. Yosodipura I, Semarang:
Bidang Jarahnitra Kemendikbud RI, 1990.
Solikhin, Muhammad, Ritual dan Tradisi Islam
Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2010.
Subalidinata, S. dkk,. Serat Kandhaning Ringgit
Purwa, Yogyakarta: UGM Press, 1985.
Supajar, Damarjati Filsafat Manusia, Yogyakarta:
UGM Press, 1995.
Syahban Yasasusastra, J., Ranggawarsita
Menjawab Takdir, Surakarta: Imperium,
2012.
Widyawati, Wiwien, Serat Kalatidha: Tafsir
Sosiologis dan Filosofis Pujangga Jawa terhadap
Kondisi Sosial, Yogyakarta: Pura Pustaka,
2012.
Wawancara
Udreka, Pentingnya Acara Ruwatan bagi Anak
Sukerta, Senin 25 Maret 2019.
Kasidi, Alur Cerita Murwakala, 30 Maret 2019.
-

Muhammad Safii, Mitos Bocah Sukerta dalam Masyarakat Jawa 129

Anda mungkin juga menyukai