Anda di halaman 1dari 1

Cari

Ekspedisi
Unduh Pamalayu !

Diunggah oleh Akai Suichi pada Apr 25, 2018

' 0 penilaian · 403 tayangan · 13 halaman


Informasi Dokumen (
Ekspedisi Pamalayu: Politik Ekspansif Kertanegara
Data diunggah
Apr 25, 2018

Judul Asli
Unduh !
ekspedisi pamalayu

Hak Cipta
© © All Rights Reserved

Format Tersedia
EKSPEDISI PAMALAYU: POLITIK EKSPANSIF PADA MASA SRI
DOCX, PDF, TXT atau baca onlineKERTANEGARA
dari Scribd

Bagikan dokumen Ini Dony Agustio Wijaya


Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail : donywijaya715@gmail.com

Abstrak
Facebook Twitter
Artikel ini membahas tentang Ekspedisi Pamalayu sebagai bentuk politik
ekspansif pada masa Kertanegara. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
mengetahui bagaimana berjalannya Ekspedisi Pamalayu pada masa
pemerintahan Kertanegara. Adapun yang menjadi latar belakangnya adalah

%
kepemimpinan Singasari pada masa Kertanegara yang berhasil membawa
Singasari pada puncak kejayaannya serta dikenal sebagai raja yang tegas dan
ambisius yang mendobrak politik leluhur dengan wawasan politik ekspansif.
Artikel ini akan mengidentifikasi masalah berupa kondisi Singasari menjelang
Email
Ekspedisi Pamalayu, berjalannnya Ekspedisi Pamalayu dan dampak yang terjadi
setelah diadakan Ekspedisi Pamalayu. Penulisan artikel ini berasal dari
penilitaan yang menggunakan metode historis, melalui tahapan berupa pencarian
sumber buku lalu kemudian didapati fakta-fakta Ekspedisi Pamalayu.
Apakah menurut Anda
K ata K unci dokumen
: Kertanegara, iniPamalayu,
Ekspedisi bermanfaat?
Singasari, Ekspansif.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Singasari merupakan sebuah kerajaan yang terletak di Singasari, Malang,
Jawa Timur. Ken Arok mendirikan kerajaan ini sekaligus sebagai raja pertama
dengan gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabumi (1222). Menurut prasasti
Apakah konten ini(1294),
Kudadu tidaknama
pantas?
kerajaanLaporkan Dokumen
Singasari yang Iniadalah
sesungguhnya Kerajaan
Tumapel dan Serat Paraton menceritakan bahwa wilayah Tumapel ini, mulanya
adalah wilayah kerajaan Kediri.1 Ken Arok sebagai raja pertama Tumapel
mendapatkan tahtanya dengan memenangi pertempuran melawan Raja Kertajaya
dari Kediri. Kemenangan Ken Arok atas pasukan Dandang Gendhis bertepatan
dengan tahun 1222 M.

1
Lily Turangan, Seni Budaya dan Warisan Indonesia (Jakarta: PT Aku Bisa, 2014), hlm. 84.

Tingkatkan Pengalaman Anda *


Nilai akan membantu kami untuk
menyarankan dokumen terkait yang
lebih baik kepada semua pembaca kami!

' Bermanfaat

) Tidak
bermanfaat

Menurut kitab Nagarakretagama, bahwa ibukota Kerajaan Tumapel


awalnya bernama Kutaraja. Baru kemudian pada tahun 1253, ketka Raja
Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai raja muda lalu mengganti nama
ibukota menjadi Singsari. Nama Singasari akhirnya menjadi lebih terkenal
daripada nama Tumapel.2 Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaannya pada
masa Raja Kertanegara, sekaligus bisa dikatakan sebagai raja terakhir karena
sesudahnya beliau dijatuhkan melalui kudeta oleh Jayakatwang.

Kertanegara naik tahta dan menjadi raja penuh pada tahun 1268 M
menggantikan ayahnya, Wisnuwardhana (1248-1268). Ibunya bernama Waning
Hyun yang bergelar Jayawardhani. Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wonga
Taleng, putra Ken Arok. Istri Kertanegara bernama Sri Bajradewi yang dari hasil
perkawinan itu melahirkan beberapa orang putri yang dinikahkan dengan Raden
Wijaya dan Ardharaja. Nama empat orang putri Kertanegara yang dinikahi oleh
Raden Wijaya menurut Nagarakretagama adalah Tribhuwaneswari,
Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.3 Kertanagera dikenal sebagai sebagai
seorang raja yang mengembangkan aliran sinkritisme. Raja ini menampung tokoh-
tokoh agama yang berbeda-beda aliran dari dua ajaran berbeda yakni, Siwaisme
dan Buddhisme. Raja Kertanegara begitu dipuji oleh para penggantinya, yakni
raja-raja Majapahit sebagaimana diuraikan dalam prasasti-prasasti dan kitab, baik
memang penguasaanya yang sempurna dalam berbagai ilmu agama maupun
prestasinya dalam bidang kemiliteran.4

Pandangan Kertanegara terhadap luar bumi Singasari bisa dikatakan lebih


maju daripada raja-raja Jawa sebelumnya. Kertanegara adalah raja pertama yang
melakukan pengembangan kekuasaan jauh ke luar pulau jawa. Politik ekspansif
sepeti itu disebut dengan politik Cakrawala Mandala Dwipantara. Politik
Dwipantara (Nusantara) ala Kertanegara ini bisa dikatakan berhasil

2
Ibid.
3
Endik Koeswoyo, dkk., Kisah Raja-raja Legendaris Nusantara (Yogyakarta: Garailmu,
2009), hlm. 134.
4
Supratikno Rahardjo, Peradaban Jawa dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir
(Depok: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 59.

mengembangkan wilayah Kerajaan Singasari menurut Prasasti Camunda bertarikh


17 April 1292 yang berbunyi “Swasti Cakrawarsita 1 .....tatkala kaparatisthan
paduka bhatari maka tewek huwus cri maharaja ring sakala loka sadwipantara ”
yang berarti “salam bahagia! Tahun saka 1 (214) ....Pada waktu itu ditegakkan
Arca Paduka Bhatari. Sri Maharaja sudah puas dengan kemenangan-kemenangan
yang diperoleh di segenap tempat, menjadi pelindung seluruh dwipantara”.5
Sebagai bentuk penerapan dari konsep Dwipantara tadi dilakukan berbagai macam
upaya ekspansif salah satunya ialah Ekspedisi Pamalayu.

Ekspedisi Pamalayu bertujuan untuk menggalang persatuan Nusantara di


bawah bendera Singasari. Maka untuk merealisasikannya dikirimlah pasukan oleh
Kertanegara ke kerajaan-kerajaan di Sumatera pada tahun 1197 Saka atau 1275
Masehi. Ekspedisi ini ditujukan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di
Sumatera sehingga dapat memperkuat pengaruh Singasari di Selat Malaka yang
merupakan jalur ekonomis dan politik penting. Selain itu ekspedisi ini juga untuk
menghadang pengaruh kekuasaan Kaisar Mongol yang waktu itu telah menguasai
sebagian besar daratan Asia.6 Ekspedisi Pamalayu ini yang pada awalnya
diharapkan mampu menjaga keberlangsungan Singasari namun dalam
perkembangan selanjutnya malah menjadi bumerang yang menghancurkan
Singasari itu sendiri.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Singasari menjelang Ekspedisi Pamalayu ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan Ekspedisi Pamalayu ?
3. Apa dampak yang ditimbulkan setelah diadakan Ekspedisi Pamalayu ?

Tujuan Penelitian
1. Untuk menegtahui kondisi Singasari menjelang Ekspedisi Pamalayu
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Ekspedisi Pamalayu.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan setelah diadakan Ekspedisi
Pamalayu

5
Sobri, dkk., “Sri Kertanagara dalam Usaha Mewujudkan Wawasan Dwipantara Tahun
1275-1292”. Pesagi (Jurnal Pendidikan dan Penelitian). Vol. 2 No. 1, 2014, hlm. 2.
6
Teguh Panji, Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit (Yogyakarta: Laksana, 2015), hlm. 59.

Manfaat Penelitian
1. Menambah pengatahuan dan wawasan bagi para pembaca mengenai
Ekspedisi Pmalayu pada masa Kertanegara.
2. Dapat digunakannya informasi dalam artikel ini sebagai sumber refrensi
untuk mengkaji masalah serupa.

Kajian Teori
Dalam artikel Ekspedisi Pamalayu: politik ekspansif pada masa Sri
Kertanegara ini, dilakukan kajian teori terhadap suatu kutipan dari buku yang
berjudul Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya karya Slamet Muljana.
Kutipannya sebagai berikut :

“Setelah Raja Wisnuwardhana wafat pada tahun 1270, maka Kertanagara


mempunyai tanggung jawab penuh sebagai seorang raja agung menguasai
Singhasari dan Kediri seperti mendiang ayahnya. Sri Kertanagara adalah Raja
Singhasari yang terakhir dan terkenal, baik dalam bidang politik maupun dalam
bidang agama dan kepercayaan. Ia meninggalkan politik tradisional yang berkisar
pada Janggala-Panjalu. Ia ingin mempunyai wilayah kekuasaan yang lebih luas
dan besar daripada Kerajaan Janggala-Panjalu warisan Raja Erlangga” (Slamet
Muljana)

PEMBAHASAN
Pembahasan dalam jurnal ini ialah mencakup (1) Kondisi Singasari
menjelang dilakukan Ekspedisi Melayu (2) Pelaksanaan Ekspedisi Pamalayu (3)
Dampak yang ditimbulkan setelah diadakan Ekspedisi Pamalayu. Adapun
pembahasannya sebagai berikut :

A. Kondisi Singasari Menjelang Ekspedisi Pamalayu


Setelah Wisnuwardhana mangkat pada tahun 1268 M, diangkatlah
putranya yang bernama Kertanegara menjadi raja selanjutnya. Naik tahtanya
Kertanegara membawa ide-ide besar bagi kerajaan Singasari. Pemikiran-
pemikiran Kertanegara seakan mendobrak paham tradisonal yang dianut
sebelumnya oleh para leluhur kerajaan. Kertanegara yang dianggap radikal sudah
pasti tentu mendapatkan pertentangan dari pihak-pihak yang masih menganut
politik kuno, karena golongan ini telah mengakar sejak lama.

Untuk melancarkan paham politik yang banyak tidak disenangi, maka


Kertanegara tidak segan-segan memelorotinya dari jabatan politik dan
menggantikannya dengan tokoh-tokoh yang sepaham dengan dirinya. Hal ini
berdasarkan apa yang diungkapkan dalam Kidung Panji Wijayakrama Pupuh I
seperti berikut :

“Raja Kertanegara mempunyai mahamantri bernama Mpu


Raganata. Mpu Raganata adalah orang baik, jujur, dan pemberani. Tanpa
tedeng aling-aling, ia berani mengemukakan keberatan-keberatannya
terhadap sikap dan pimpinan sang prabu. Hubungannya dengan Prabu
Kertanegara disamakan dengan hubungan Patih Sri Laksmikirana dengan
Prabu Sri Cayapurusa dalam cerita Singhalanggala. Juga patih Sri
Lakasmikirana bersikap jujur, berani membantah, dan mencela sikap sang
Prabu Cayapurusa. Prabu Kertanegara yang berwatak angkuh dan sadar
akan kekuatan dan kekuasaanya (ahangkara) menolak mentah-mentah
pendapat dan keberatan Mpu Raganata, bahkan beliau menjadi muram
lagi murka seolah-olah disiram dengan kejahatan mendengar ujaran Mpu
Raganata. Dengan serta merta, Mpu Raganata dipecat dari jabatannya,
digantikan oleh Mahisa Anengah Panji Angragani.” 7

Ini membuktikan bahwa orang yang jujur, baik, dan berani tidak cukup bagi
Kertanegara. Jika dirasa tidak sepaham dengan dirinnya sudah pasti tentu akan
bernasib seperti Mpru Raganata. Hal itu juga dilakukan terhadap Banyak Wide
yang bergelar Arya Wiraraja, ia dipindahkan menjadi adipati Sumenep
(Sungenep).

Konsep Wawasan Dwipantara yang dianut oleh Kertanegara ialah


bertujuan untuk menyatukan kerajaan-kerajaan seberang lautan Singasari.
Gagasan menyatukan negara-negara ini, belum pernah timbul dalam pikiran-
pikiran raja-raja Singhasari sebelumnya. Ken Arok sebagai Raja Singhasari
pertama selalu diliputi rasa ketakutan akan balas dendam keturunan Tunggul

7
Koeswoyo, Op. Cit., hlm. 134-135.

Ametung. Raja Wisnuwardhana dan Batara Narasingamurti masih sibuk


mengkonsolidasi Kerajaan Singhasari yang terpecah belah akibat perselisihan
antara keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung. Barulah pada masa
pemerintahan Raja Kertanagara timbul pemikiran Dwipantara untuk menyatukan
wilayah Nusantara.8

Sebelum melakukan upaya pengembangan ke luar dalam rangka


mweujudkan konsep Dwipantaranya, Kertanegara terlebih dahulu melakukan
pembersihan terhadap segala macam perlawanan atau pemberontakan yang
mengancam Singasari dari dalam. Pada tahun 1270 diperoleh keterangan bahwa
Kertanegara berhasil memadamkan pemberontakan Kalana Bhaya (Cahyaraja)
dan berhasil membunuhnya. Menjelang tahun 1275, Kertanegara melakukan
perluasan wilayah dengan menguasai dan mempersatukan pusat-pusat kekuasaan
kecil disekelilingnya.9 Itu semua merupakan beberapa langkah-langkah awal
sebelum melangkah lebih jauh lagi pada saat melakukan ekspedisi besar-besaran
ke luar pulau jawa.

Gagasan perluasan tersebut dimulai tahun 1275 dengan pengiriman


pasukan di bawah pimpinan Kebo Anabrang untuk menaklukkan bhumi Malayu
melalui Ekspedisi Pamalayu. Pengiriman tentara ke Suwarnabhumi mendapat
dukungan penuh dari Mahisa Anengah, pengganti Mpu Ragantha. Demikianlah
diputuskan untuk mengirimkan tentara ke Malayu yang dilaksanakan pada tahun
1275. Baik Nagarakretagama maupun Pararaton memberitahukan bahwa pada
tahun 1275 pada masa pemerintahan Sri Kertanagara tentara Singhasari dikirim ke
Suwarnabhumi. 10

B. Pelaksanaan Ekspedisi Pamalayu


Perlu diketahui terlebih dahulu, istilah Pamalayu berasal dari bahasa sastra
Jawa kuno yang berarti perang melawan Melayu. Walaupun dari segi penggunaan
bahasa mengandung indikasi peperangan, namun dalam catatan sejarah tidak

8
Sobri, Op.Cit ., hlm. 7.
9
Agus Aris Munandar, Indonesia dalam Arus Sejarah: Kerajaan Hindu-Buddha (Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2012), hlm. 232.
10
Sobri, Op.Cit., hlm. 7.

dinyatakan adanya pertumpahan darah dalam ekspedisi tersebut. Sehingga hal


tersebut menjadikan suatu anomali tersendiri dalam penggunaan istilah Ekspedisi
Pamalyu. Inisiatif raja Kertanegara mengadakan ekspedisi ke kerajaan Melayu
Dharmasaraya, Sumatra, pada tahun 1275 diketahui karena ia ingin terlebih
dahulu sampai di bumi Melayu sebelum kekuasaan Kubilai Khan. Demikian C. C.
Berg dan Slamet Muljana sepakat bahwa tujuan ekspedisi Pamalayu adalah untuk
1) memperluas kekuasaan teritori Singasari, dan 2) untuk membendung pengaruh
Kubilai Khan yang kian besar di Asia Tenggara. 11

Pada tahun 1275 Masehi, pasukan Pamalayu dibawah pimpinan Kebo


Anabrang berangkat meninggalkan Jawa. Mereka mendarat terlebih dahulu di
pantai timur Sumatra untuk merebut pelabuhan Jambi. Dengan demikian lalu
lintas perdagangan di Selat Malaka jatuh ke tangan Singasari. Pasukan Kebo
Anabrang kemudian bergerak untuk merebut daerah penghasil lada, yaitu Kuntu-
Kampar. Dahulu, Melayu Dharmasraya berhasil merebut daerah ini dari tangan
pedagang Arab yang didukung oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir. Pasukan
Singasari kemudian ganti merebutnya yang berakibat melemahnya perekonomian
Melayu.12 Setelah mengalami beberapa kekalahan, akhirnya Kerajaan Melayu
menyerah.

Tidak dipungkiri bahwa pada awalnya perintah Raja Sri Kertanegara yang
membawa bala tentaranya ke Kerajaan Malayu Dharmasraya dipersepsikan
sebagai ancaman penaklukan militer. Pengiriman pasukan besar-besar ke Tanah
Melayu oleh Kertanegara merupakan lebih ke bentuk tindakan hati-hati apabila
nantinya terjadi pertempuran tidak terduga. Memang betul akhinrya, Raja Melayu
tidak mau menerima begitu saja kedatangan Singasari untuk mengintervensi
mereka. Melayu lebih senang untuk berkerja sama dengan penguasa Cina daripada
harus mengikuti keinginan dari Jawa. Kerajaan sempat melakukan perlawannan

11
Diansasi Proborini, “Analisis Aspek Diplomasi Kultural dalam Ekspedisi Pamalayu,
1275–1294 M”. Jurnal Analisis Hubungan imternasional. Vol. 6 No. 2, September 2017, hlm. 8.
12
Koeswoyo, Op.Cit., hlm. 141.

terlebih dahulu sebelum kemudian berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Singasari.


Ini berdasarkan apa yang diuraikan dalam Nagarakretagama Pupuh 41/4 13 :

“Pengiriman tentara Singasari ke Suwarnhabumi pada tahun 1275


itu hanya dimaksudkan untuk menakut-nakuti Raja Suwarnabhumi,
namun karena Raja Suwarnabhumi tidak takut, maka serangan benar-
benar dilancarkan.”

Setelah Melayu ditaklukkan, Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa


lantas tidak langsung dipeloroti dari tahtanya, namun tetap diperkenankan menjadi
raja dengan syarat harus berdaulat kepada Sri Maharaja Kertanegara dari
Singasari.14

Sebagai bukti ingin memulai hubungan baik dengan Melayu, Raja


Kertanegara mengirim Arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan
hubungan diplomatic antara dua kerajaan. Pengiriman arca itu dipimpin oleh
Adwayabrahma bersama pembesar kerajaan lainnya pada tahun 1268 M. Konon
katanya, Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa menyambut baik
pemberian arca tersebut begitupun dengan rakyak yang bersuka cita. Isi dari alas
Arca Amoghapasa tersebut, sebagai berikut :

“Salam Bahagia! Pada tahun 1208 Saka, bulan Bhadrapada, hari


pertama bulan naik, Hari Wawulu, Wage, Hari Kamis, wuku
Madangkungan, letak raja bintang di barat daya… Tatkala itulah arca
paduka Amoghapasa Lokeswara dengan empat empat belas pengikut
serta saptaratna tujuh ratna permata dibawa dari bumi Jawa ke
Suwarnabhumi ditegakkan di Dharmasraya, sebagai hadiah Sri
Wiswarupa. Untuk tujuan tersebut, Sri Kertanegara
Wikramottunggadewa memerintahkan Rakryan Sirikan Dyah
Sugatabrahma, Payanan Hyang Dipangkaradasa, dan Rakryan Demung
Wira untuk mengantar Arca Amoghapasa. Semoga hadiah itu membuat

13
Slamet Muljana, Tafsir Sejarah Nagarakretagama (Yogyakarta: LKis, 2006), hlm. 114.
14
Koeswoyo, Op.Cit., hlm. 142.

gembira segenap penduduk negeri Melayu, termasuk para brahmana,


ksatria, waisya, sudra dan terutama pusat segenap para arya, Sri
Maharaja Srimat Tribhuwana Mauliwarmadewa.”15

Setelah hampir 20 tahun tinggal di Melayu, para tentara dan pembesar Singasari
kembali ke tanah jawa. Mereka memboyong dua putri dari Raja
Mauliwarmadewa, yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Kedua putri ini kelak akan
menikah dengan penguasa Kerajaan Majapahit yang menggantikan kedudukan
Singasari.16

C. Dampak Ekspedisi Pamalayu


Upaya perluasan wilayah jauh ke luar Jawa berdasarkan konsep
Dwipantara bisa dikatakan berhasil, terlebih setelah dilakukannya Ekspedisi
Pamalayu, banyak wilayah di sekitaran Selat Malaka yang menjadi bawahan
Singasari. Selama kurun 9-17 tahun Kertanegara memerintah Singasari, wilayah
yang berhasil ditaklukkan meliputi seluruh wilayah Semenanjung Malaya,
Sumatra, Kalimantan, kepulauan Indonesia bagian timur, tidak terkecuali Pulau
Jawa.17 Dengan demikian kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan
terus berkembang pesat

Sri Kertanegara menjadi amat senang dengan pencapaian-pencapaiannya


sehingga telah mengantarkan Kerajaan Singasari menuju puncak kejayaannya.
Namun ada satu hal yang masih mengganjal Kertanegara dan membuat hatinya
tidak tentram yaitu tentang pedagang dari Cina yang dengan bebas keluar masuk
kawasan Nusantara tanpa memperdulikan kedaulatan dan tidak bersedia
membayar bea. Hal yang demikian berarti telah meremahkan kedaulatan negeri
Nusantara. Segeralah Sri Maharaja Kertanegara mengutus Ki Kebo Anabrang
untuk menemui prabu Darmasrya di Palembang, dengan maksud mengajak
menutup Selat Malaka terhadap para pedagang dari China. Prabu Darmasraya

15
Bambang Pramudio, Kitab Negara Kertagama (Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2006),
hlm. 132.
16
Nino Oktorino, dkk., Ensiklopedia Sejarah dan Budaya: Sejarah Nasional Indonesia
(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009), hlm. 135.
17
Munandar, Loc.Cit.

bersedia memenuhi permintaan Prabu Kertanegara. Maka Selat Malaka kemudian


ditutup sehingga pada akhirnya menimbulkan kekecewaan dari Kubilai Khan raja
Dinasti Yuan, Cina (Imperium Mongolia). 18

Kubilai Khan yang kecewa segera mengutus duta wasesa yang bernama
Meng Khi. Diperintahlah Meng Khi ke Singasari menemu Sri Kertanegara. Meng
Khi beserta pengawalnya telah sampai di Jawa dan mendarat di pelabuhan Tuban
kemudian melanjukan perjalanan darat ke Singasari. Segera setelah menghadap
Sri Kertanegara, Meng Khi mengajukan keberatnnya terkait penutup Selat Malaka
dan menjngajak Kertanegara untuk datang ke Mongol dan menyatakan diri
menjadi bagian dari dari Dinasti Yuan (Imperium Mongolia). 19 Sebagai raja dari
kerajaan kuat, Kertanegara marah dan murka serta merasa terhina. Ketika para
utusan itu terus mendesak Kertanegara, dengan amat marah ia memerintahkan
para bawahannya untuk mengambi besi panas dan dicapnya wajah para utusan
Mongol itu. Dalam keadaan demikianlah mereka kembali.

Sudah tentu ini merupakan penghinaan besar bagi Mongol. Kaisar Mongol
Kubilai Khan yang melihat para utusannya kembali dengan wajah bercap bakaran
besi menganggap ini adalah suatu tantangan terbuka dari raja jawa. Ekspedisi
yang memakan biaya besar disiapkan. Kaisar menyiapkan sebuah armada yang
terdiri dari 1.000 kapal perang dan 20.000 tentara. Para jendral dan admiral
terbaik ditugaskan untuk memimpin ekspedisi ini. Mereka pun dibekali dengan
logistk yang cukup untuk setahun. Pendek kata, biaya mahal tak menjadi masalah
jika nantinya dapat ditutup dengan harta rampasan perang.20

Sementara itu dilain tempat, kondisi Singasari pada tahun 1292 tidak
begitu menguntungkan. Berkali-kali Kertanegara mendapat laporan dari mata-
mata akan kemungkinan terjadi penghianat yang ingin menjatuhkan dirinya.
Ekspedisi Pamalayu yang gilang-gilang gemilang, mempunyai akibat buruk di

18
Dibudpar Provinsi Jawa Timur, Banjaran Singhasari (Surabaya: Dibudpar Provinsi Jawa
Timur, 2012), hlm. 53.
19
Ibid., hlm. 54.
20
Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 8.

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses


lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau gangguan!

Mulai Coba Gratis


Batalkan Kapan Saja.

dalam negeri. Sebagian besar angkatan perang Kerajaan Sriwijaya ditugaskan ke


luar Pulau Jawa, sehingga terjadi kekurangan pertahanan di dalam kerajaan yang
pada 1292 dimanfaatkan oleh Jayakatwang yang merupakan sepupu, ipar,
sekaligus besan Kertanegara untuk mengkudeta dirinya. Kertanegara tidak
menduga karena hubungannya dengan Jayakatwang baik saja tanpa pernah ada
pertentangan di istana. Kertanegara lengah karena merasa aman dan berpuas diri
terhadap capaiannya di luar Jawa tanpa terlalu memerhatikan kondisi intern
kerajaanya sehingga tanpa disadarinya terjadilah kudeta yang dilakukan oleh
Jayakatwang.

Bala tentara Jayakatwang menyerang Singasari dengan taktik perangnya


yang cerdik. Jayakatwang menyiapkan dua pasukan. Pasukan pertama bertugas
untuk mengalihkan pasukan istana agar menjauh dari istananya, sementara
pasukan istana sibuk terhadap pasukan pertama Jayakatwang, pasukan kedua
menyerbu melumpuhkan istana yang lowong penjagaan. Pasukan pertama
ditampilkan secara mencolok. Mereka berangkat dari Kediri melalui daratan
Berantas kea rah timur. Lengkap dengan bendera dan music gendering perang
sehingga mudah dilihat.21

Pasukan kedua, pasukan terbaiknya, bergerak diam-diam melalui


pegunungan sebelah selatan Singasari. Pasukan ini luput dari penjagaan karena
pasukan istana sibuk dengan pasukan pertama. Akhirnya dengan taktik itu
Kertanegara terkurung dalam keratonnya sendiri dan berhasil dengan mudah
dibunuh oleh pasukan Jayakatwang. Para pengawal istana yang masih tersisa
kemudian ditombaki dan ditusuk keris. 22 Masa keemasan Kertanegara sebagai raja
terakhir Singasari, berakhir tragis karena sibuk terhadap politik ekspansifnya
sehingga membuatnya lengah terhadap sekitar tanpa merasakan ada duri kecil di
negerinya.

21
Suyono, Ibid., hlm. 8.
22
Suyono, Op.Cit., hlm. 9.

KESIMPULAN
Sri Kertanegara adalah raja terbesar yang berhasil membawa Singasari
pada puncak kejayaannya. Kertanegara naik tahta menggantikan ayahnya,
Wisnuwardhana yang mangkat pada tahun 1268 M. Pandangan Kertanegara
terhadap dunia luar bumi Singasari berbeda dengan para leluhurnya. Baru ada
ketika pada masa Kertanegara upaya untuk mengembangkan wilayah Singasasari
jauh ke luar Pulau Jawa dengan konsep politik Dwipantara yang ekspansif. Salah
satu bentuk implementasi dari konsep politik Dwipantara adalah dengan
melakukan Ekspedisi Pamalayu.

Ekspedisi Pamalayu bertujuan untuk menguasai teritori tanah Melayu, agar


nantinya bisa dijadikan sebagai benteng pertahanan dalam menahan gelombang
Kaisar Mongol yang kian meluas pengaruhnya ke selatan. Ekspedisi Pamalayu
bisa dikatakan telah berhasil mengembangkan wilayah Singasari dan
menjadikannya sebagai kerajaan yang paling berpengaruh di Nusantara ketika itu.
Kertanegara terlalu sibuk dan terbuai atas capaiannya dalam berbagai ekspansi,
sehingga kemudian tanpa disadari ancaman yang paling membahayakan dirinya
dan kerajaannya justru merupakan orang terdekatnya. Kelengahan Kertanegara
dimanfaatkan oleh Jayakatwang untuk menggulingkan kekuasaanya.

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Supraktino. 2011. Peradaban Jawa dari Mataram Kuno sampai
Majapahit Akhir. Depok: Komunitas Bambu.

Koeswoyo, Endik, dkk. 2009. Kisah Raja-raja Legendaris Nusantara.


Yogyakarta: Garailmu.

Pramudito, Bambang. 2006. Kitab Negara Kertagama: Sejarah Tata


Pemerintahan dan Peradilan Kraton Majapahit. Yogyakarta: Gelombang Pasang.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jatim. 2012. Banjaran


Singhasari. Surabaya: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jatim.

Oktorino, Nino, dkk. 2009. Ensiklopedia Sejarah dan Budaya: Sejarah


Nasional Indonesia. Jakarta: PT Lentera Abadi.

Munandar, Agus Aris. 2012. Dkk. Indonesia dalam Arus Sejarah:


Kerajaan Hindu-Buddha. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.

Panji, Teguh. 2015. Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit . Yogyakarta:


Laksana.

Suyono. 2004. Peperangan Kerajaan di Nusantara. Jakarta: PT Grasindo.

Adji, Krisna Bayu. 2012. Buku Pintar Raja-raja Jawa dari Kalingga
hingga Kesultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Araska.

Turangan, Lily, dkk. 2014. Seni Budaya dan Warisan Indonesia: Sejarah
Awal. Jakarta: PT Aku Bisa.

Muljana, Slamet. 2006. Tafsir Sejarah Nagarakretagama. Yogyakarta:


LKiS Yogyakarta.

Sobri, dkk. 2014. Sri Kertanagara dalam Usaha Mewujudkan Wawasan


Dwipantara Tahun 1275-1292. Lampung: Pesagi (Jurnal Pendidikan dan
Penelitian Sejarah). Vol. 2, No. 1, 2014. Diambil dari :
jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/3702 (18 Maret 2018, 18.30
WIB).

Proborini, Diansasi. 2017. Analisis Aspek Diplomasi Kultural dalam


Ekspedisi Pamalayu, 1275 - 1294 M . Surabaya: Jurnal Analisis Hubungan
Internasional. Vol. 6, No. 2, 2 September 2017. Diambil dari :
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi1310fed9eddfull.pdf (13 Maret
2018, 12.30 WIB).

Bagikan dokumen Ini


" # $ % &

Anda mungkin juga menyukai

Qatar Dony
Akai Suichi

Format Laporan Mhs KKN


Kependidikan th 2013-Fix.doc
Akai Suichi

EKSPEDISI PAMALAYU: POLITIK


EKSPANSIF PADA MASA SRI
KERTANEGARA
Akai Suichi

Majalah Podcast Partitur

Kedudukan Pujangga dalam


Historiografi Tradisional
Akai Suichi

METODE SEJARAH "Imajinasi


dalam Sejarah"
Akai Suichi

Tentang Dukungan

Tentang Scribd Bantuan / Pertanyaan Umum

Media Aksesibilitas

Blog kami Bantuan pembelian

Bergabunglah dengan tim AdChoices


kami!
Penerbit
Hubungi Kami

Undang teman Sosial


Hadiah Instagram
Scribd untuk perusahaan Twitter

Facebook
Hukum
Pinterest
Syarat

Privasi

Hak Cipta

Preferensi Cookie

Jangan menjual atau


membagikan informasi
pribadi saya

Dapatkan aplikasi gratis kami

Buku • Buku audio • Majalah • Podcast • Partitur •


Dokumen • Snapshots

Bahasa: Bahasa Indonesia

Hak cipta © 2023 Scribd Inc.

Apa itu Scribd? +

Jutaan judul di ujung jari Anda


Beranda
Hanya Rp70,000/bulan.
Buku
Batalkan kapan saja. Dokumen
Buku audio

Anda mungkin juga menyukai