Warisan sejarah yang diturunkan oleh Kerajaan Singasari dapat kita lihat melalui peninggalan-
peninggalannya. Bukti arkeologis yang ditemukan terkait sejarah Kerajaan Singasari membantu kita
untuk menilik apa yang sebenarnya terjadi di masa lampau.
5 Raja Kerajaan Singasari dan Kisah Tragedi yang Menyertai Jelang Suksesi
Sejarah Lahirnya Kerajaan Singasari
Lahirnya Kerajaan Singasari yang pada awalnya bernama Tumapel lahir dari keinginan Ken Arok
untuk memperistri Ken Dedes yang saat itu merupakan istri dari Tunggul Ametung. Keinginan Ken
Arok tersebut membuatnya membunuh Tunggul Ametung sehingga ia dinobatkan menjadi Akuwu
Tumapel sekaligus memperistri Ken Dedes.
Kemudian, Ken Arok melakukan penyerangan terhadap Daha dengan izin para Brahmana.
Kemenangan Ken Arok meluluhlantakkan Daha menjadi pertanda berdirinya sebuah kerajaan baru
yaitu Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi.
Ken Arok saat itu segera menaiki tahta sebagai raja pertama Kerajaan Singasari dan melahirkan
sebuah wangsa baru. Wangsa ini diberi nama Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Selanjutnya wangsa tersebut akan menurunkan raja-raja Singasari dan Majapahit yang menguasai
Jawa.
Berikut merupakan daftar kepemimpinan dari Kerajaan Singasari dari awal hingga keruntuhannya
menurut kitab Pararaton:
1. Ken Arok (1222-1227 M)
2. Anusapati (1227-1248 M)
3. Tohjaya (1248 M)
4. Wisnuwardhana (1248-1272 M)
5. Kertanegara (1272-1292 M)
Kertanegara dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas khususnya dalam bidang politik dan
keagamaan pada saat memimpin Singasari.
Pada masa itu, Kertanegara juga diketahui memiliki pengetahuan yang sempurna dalam ilmu
ketatanegaraan, ilmu tentang hakikat, ilmu pengetahuan dan bahasa serta patuh terhadap aturan
agama.
Cakrawala Mandala Dwipantara merupakan sebuah wawasan kemaritiman yang digagas oleh
Kertanegara. Gagasan ini yang kemudian mempelopori aksi dan kejayaan yang dimiliki Kerajaan
Singasari.
Gagasan politik untuk menyatukan pulau-pulau di luar Jawa agar tunduk dalam suatu kepemimpinan,
merupakan gagasan yang dimiliki oleh Kertanegara. Puncak kejayaan dari Singasari juga terlihat dari
kerjasama yang terjalin.
Hubungan diplomatik yang dimiliki Singasari pada saat itu, terlihat pada saat mereka mengirimkan
ekspedisi bahari ke Kerajaan Malayu dan Campa (saat ini Vietnam).
Tujuan hubungan diplomatik ini adalah untuk mencegah serangan Mongol yang saat itu diisukan akan
melakukan serangan ke wilayah Asia Tenggara.
Setelah kematian Kertanegara beberapa daerah Singasari mulai melepaskan diri. Tetapi, pencapaian
Kertanegara tetap menjadi inspirasi bagi penerusnya. Selain itu, pengadopsian akan konsep pemikiran
Kertanegara juga dilakukan.
Adopsi terhadap Cakrawala Mandala Dwipantara diteruskan oleh Kerajaan Majapahit. Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Singasari terakhir
Kertanegara, demikian dilansir dari buku Sejarah Kelam Majapahit yang ditulis Peri Mardiyono.
Pada awal berdirinya wilayah kerajaan ini hanya berada di bekas wilayah Singasari. Namun,
Majapahit terus melakukan ekspansi baik di wilayah Jawa maupun Luar Jawa.
3. Candi Jawi
Nama asli Jajawa, dibangun sekitar abad 13, berada di kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates,
Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Candi ini adalah tempat penympangan abu raja terakhir
Singasari, Kertanegara.
4. Arca Amoghapasa
Menurut Budi Istiawan (2006) dalam buku Selintas Prasasti dari Melayu Kuno dilansir dari laman
indonesia.go.id, prasasti ini ditulis dengan huruf Jawa Kuna dan bahasa campuran antara
Sansekerta dan Melayu Kuno.
Isinya menceritakan tentang Arca Amoghapasa yang berasal dari Bhumi Jawa dan ditempatkan di
Dharmmasraya. Arca ini merupakan persembahan dari Kertanegara, Raja Singasari di Jawa
kepada Sri Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmmadewa yang berkuasa di Kerajaan
Dharmmasraya di Melayu.
Arca ini kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
5. Prasasti Gondang
Batu prasasti ini ditemukan di sawah milik Atkim, Dusun Rejoso, Desa/Kecamatan Gondang,
Kabupaten Mojokerto pada 2020 lalu.
Prasasti yang dipahat pada batu andesit tersebut mempunyai diameter 127 cm. Bagian yang
tampak setinggi 54 cm. Sebagian besar batu ini masih terpendam di dalam sawah yang kini
ditanami jagung, demikian dilansir dari detikNews.
Prasasti Gajah Mada diawali dengan penyebutan tahun 1214 Śaka bulan Jyeṣṭa adalah wafatnya
(kamoktan) Raja Kĕrtanagara yang disebut sebagai Paduka Bhaṭā ra sang lumah ring Siwa
Buddha. Tahun 1214 Saka bertepatan dengan tahun 1292 M, saat raja terakhir Singasari,
Kertanegara wafat dalam serangan Jayakatwang.
Gmbr