Anda di halaman 1dari 9

REVIU ARTIKEL JURNAL

DAKWAH PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL

Dipresentasikan dalam Diskusi Kelas Matakuliah Pengantar Studi Islam


Semester Gasal Tahun Akademik 2022/2023
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Kelas A1

Oleh:
Abdul Wahid (04010122001)
Ahmad Akhtar Nazmy (04020122030)
Ahmad Wildan Abdillah (04020122029)
Nuril Izza Sya’bana (04010122018)

Dosen Pembimbing:
Dr. Sokhi Huda, M.Ag.
NIP: 196701282003121001

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
OKTOBER 2022
REVIU ARTIKEL JURNAL

DAKWAH PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL

Abdul Wahid1, Ahmad Akhtar Nazmy2, Ahmad Wildan Abdillah3, Nuril Izza Sya’bana4

Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya

wahidartim123@gmail.com1, akhtarahmad067@gmail.com2,
amd.wildanabdillah@gmail.com3, nurilizzasyabana@gmail.com4

A. Deskripsi Artikel

1. Judul : Dakwah Pada Pekerja Seks Komersial

2. Penulis : H. A. Sunarto AS.

3. Nama Jurnal : Jurnal Komunikasi Islam

4. Volume : 01

5. Nomor : 01

6. Halaman : 1-15

7. Link Artikel : http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/view/91

8. Abstrak Indonesia:

Dakwah bil hikmah merupakan salah satu metode dakwah yang tepat untuk diterapkan
kepada obyek dakwah (mad'u) yang khusus seperti Pekerja Sex Komersial (PSK).
Karena metode bil hikmah diterapkan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
obyek dakwah termasuk juga pendekatan dakwah yang di pilih. Faktor yang harus
dipertimbangkan oleh da'i adalah meliputi faktor; pengetahuan, sosiologi dan mental,
pekerjaan dan situasi yang melingkupinya yang menjadi kebutuhan dan keinginannya.
Seorang da'i dalam menghadapi para PSK harus memahami situasi dan kondisi mereka
sehingga dakwah yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang maksimal, yaitu
mengentas dan menyadarkan mereka (PSK) untuk beralih pada kehidupan yang normal.
Sedangkan model penerapan dalwah bil hikmah yaitu dengan memposisikan mereka
(PSK) sebagai layaknya manusia normal adalah sangat tepat dalam menunjang
keberhasilan dakwah dan Pendekatan dakwah yang dapat dipertimbangkan untuk
dipilih sebagai pendekatan dakwah terhadap PSK adalah dengan pembinaan mental
spiritual dan pemberian ketrampilan sesuai dengan keinginan dan potensi mereka.

9. Abstract (Inggris)

Da'wah by wisdom is one of the methods of da'wah that appropriate to be applied to


special da'wah objects (mad'u) such as Commercial Sex Workers (CSW). Because the
wisdom method is applied with consider the situation and condition of the object of
da'wah including chosen da'wah approach. Factors to be considered by da'i is covering
factor; knowledge, sociology and mental, work and the circumstances surrounding him
that become his needs and wants. A preacher in dealing with prostitutes must
understand the situation and their conditions so that the da'wah carried out can achieve
results maximally, namely eradicating and awakening them (CSW) to move on to a
normal life. While the application model of dalwah by wisdom is to position them
(PSK) as appropriate normal human being is very appropriate in supporting the success
of da'wah
and Da'wah approaches that can be considered to be selected as Da'wah approach to
prostitutes is mental development spiritual and the provision of skills in accordance
with the wishes and their potential.
10. Temuan Baru (Novelty)

Novelty penelitian ini adalah model penerapan dakwah bil hikmah yaitu dengan
memposisikan mereka (PSK) sebagai layaknya manusia normal. Tindakan tersebut
sangat tepat dalam menunjang keberhasilan dakwah dan Pendekatan dakwah yang dapat
dipertimbangkan dan dipilih dengan pembinaan mental spiritual dan pemberian
ketrampilan sesuai dengan keinginan dan potensi mereka.

Artikel ini berusaha mendeskripsikan metode dakwah yang tepat untuk diterapkan
kepada obyek dakwah yang khusus seperti Pekerja Sex Komersial (PSK), yakni dengan
dakwah bil hikmah. Artikel ini diterbitkan oleh Jurnal Komunikasi Islam, Volume 01,
Nomor 01, 2011, Halaman 1-15, http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/view/91

Penulis mendeskripsikan, bahwa Dakwah bil Hikmah merupakan salah satu metode
yang tepat untuk diterapkan kepada obyek dakwah (mad’u) yang khusus, seperti Pekerja
Sex Komersial (PSK). Karena metode bil hikmah diterapkan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi obyek dakwah termasuk juga pendekatan dakwah yang di pilih.
Faktor yang hams dipertimbangkan oleh da'i adalah meliputi faktor; pengetahuan,
sosiologi dan mental, pekerjaan dan situasi yang melingkupinya yang menjadi kebutuhan
dan keinginannya. Seorang da'i dalam menghadapi para PSK hams memahami situasi
dan kondisi mereka sehingga dakwah yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang
maksimal, yaitu mengentas dan menyadarkan mereka (PSK) untuk beralih pada
kehidupan yang normal. Sedangkan model penerapan dalwah bil hikmah yaitu dengan
rnernposisikan mereka (PSK) sebagai layaknya manusia normal adalah sangat tepat
dalam menunjang keberhasilan dakwah dan Pendekatan dakwah yang dapat
dipertimbangkan untuk dipilih sebagai pendekatan dakwah terhadap PSK adalah dengan
pembinaan mental spiritual dan pemberian ketrampilan sesuai dengan keinginan dan
potensi mereka.

B. Deskripsi Peneltian/ Kajian Terdahulu dalam Artikel

Pada bagian ini, penulis mendeskripsikan sejumlah penelitian terdahulu yang


mengkaji persoalan "dakwah pada pekerja komersial" sejumlah penelitian terdahulu
diberikan oleh Tjahyo Purnomo, Asheli Seregar, Soejono D. sejumlah penelitian terdahulu
ini, penulis deskripsikan sebagai berikut.

Pertama, Tjahyo Purnomo, Asheli Seregar mengartikan PSI< atau pealcur adalah Wanita
yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja atau banyak laki-laki yang
membutuhkan pemuasan nafsu seksual.1

Kedua, Soejono D., Pelacuran Ditinjau dari segi Hukum dan Kenyataan dalam
Masyarakat (1997), mengartikan, pelacur adalah Wanita yang menyerahkan diri atau
tubuhnya kepada banyak laki-laki tanpa pilihan yang untuk penyerahannya memperoleh
pembayaran dari laki-laki yang menerima penyerahan tersebut2

Ketiga, Simanjuntak, Beberapa Aspek Pat%gi Social (1981) mengartikan, "pelanggar


kesusilaan berupa hubungan kelamin antara dua orang atau lebih diluar perkawinan yang
sah menurut tata aturan agama, tata susila, tata adat atau tata hukum setempat.3

1
Ibid, h.14
2
Soejono D., Pelacuran ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Masyarakat, (Bandung : Karya
Nusantara, 1997), h.45
3
B. simanjuntak, Beberapa Aspek pat%gi Social, (Bandung : Alumni, 1981 J), h.26
Keempat, A.S. Alam, Pelacuran dan Pemerasan (1981) mendefinisikan, " Wanita tuna
susila adalah setiap Wanita yang menyediakan dirinya kepada setiap laki-laki untuk
mengadakan hubungan kelamin dengan mendapatkan bayaran berupa uang.4

Kelima, Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (1969) mendefiniskan bahwa


pelacur ialah perempuan yang menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan
perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapat upah.5

Keenam, Adapun menurut peraturan daerah Ibu Kota Jakarta tahun 1967 mengenai
penanggulangan masalah pelacuran yang disitir oleh Kartini Kartono, mengartikan bahwa
Wanita tuna susila adalah Wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan
kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa ataupun tidak.6

Ketujuh, dalam peraturan Pemda Jawa Barat yang digunakan untuk melakukan pembatasan
dan penertiban masalah pelacuran, dinyatakan, pelacur adalah mereka yang melakukan
hubungan kelamin diluar nikah, baik dengan mendapat imbalan pembayaran atau tidak.7

C. Pembahasan Reviu

Artikel yang ditulis Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya H.A.Sunarto AS. Ini
membahas tentang Dakwah pada pekerja Seks Moral atau PSK yang beralokasi di Kota
Surabaya. Reviu ini juga membahas Dakwah bil hikmah yang merupakan salah satu
metode dakwah yang tepat untuk diterapkan kepada obyek dakwah (mad’u) yang khusus
seperti Pekerja Sex Komersial (PSK). PSK ( Pekerja Seks Komersial ) memiliki banyak
sebutan nama seperti : "Wanita Tuna Susila (WTS)"," pelacur", "Wanita Penjaja Sex",
"Kupu-kupu Malam" "Balon", "Lonte", “Sundel", "Cabo" dan lain sebagainya.

Seperti hal yang dikatakan Tjahyo Purnomo, Asheli Seregar mengartikan PSI< atau
pelacur adalah Wanita yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja atau banyak laki-
laki yang membutuhkan pemuasan nafsu seksual.

Namun berbeda dengan Soejono D., Pelacuran Ditinjau dari segi Hukum dan
Kenyataan dalam Masyarakat (1997), mengartikan, pelacur adalah Wanita yang
menyerahkan diri atau tubuhnya kepada banyak laki-laki tanpa pilihan yang untuk

4
A.S. Alam, Pelacuran dan Pemerasan, (Bandung : Alumni, 1981 I), h. 26
5
Soejono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta; UI, 1969), h.295
6
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta; CV Rajawali), jilid 1, h.209
7
Ibid, h. 210
penyerahannya memperoleh pembayaran dari laki-laki yang menerima penyerahan
tersebut.

Adapun menurut peraturan daerah Ibu Kota Jakarta tahun 1967 mengenai
penanggulangan masalah pelacuran yang disitir oleh Kartini Kartono, mengartikan bahwa
Wanita tuna susila adalah Wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan
kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa ataupun tidak.

Sedangkan dalam peraturan Pemda Jawa Barat yang digunakan untuk melakukan
pembatasan dan penertiban masalah pelacuran, dinyatakan, pelacur adalah mereka yang
melakukan hubungan kelamin diluar nikah, baik dengan mendapat imbalan pembayaran
atau tidak. Dua pengertian pelacur dati kedua peraturan daerah tersebut hanya
menekankan hubungan kelamin diluar nikah.

Secara historis dakwah Islam berjalan seiring dengan perjalanan kehidupan umat
Islam di berbagai penjuru dunia, dan hasilnya dapat dilihat dari meningkatnya jumlah umat
Islam yang ada saat ini, namun dari segi kwalitas umat Islam, masih perlu adanya
peningkatan melalui upaya-upaya dakwah yang lebih inten dan terencana secara baik.

Reviu ini juga membahas tentang faktor yang melatar belakangi tindakan seorang
pelacur dengan adanya interaksi antara berbagai faktor -sosial ekonomis, psikologis
dengan pembentukan kepribadian seseorang, yang menyebabkan seseorang melacurkan
diri. Oleh karena itu, diperlukan adanya metode dan pendekatan yang tepat untuk
mengentas mereka (para pekerja seks komersial) ke jalan yang lurus di kehidupan normal
ke depannya. Metode dakwah bil hikmah merupakan metode yang paling tepat untuk
diterapkan kepada Pekerja Seks Komersial melalui beberapa pendekatan, seperti
pendekatan kebudayaan, pendekatan Pendidikan, pendekatan psikologis,dan pendekatan
sosial.

Dengan mengetahui beberapa faktor yang melatarbelakangi para PSK memilih


profesi sebagai pelacur dapat dicari metode dakwah yang tepat dan pendekatan dakwah
yang akurat pula untuk mengentas mereka dari pekerjaannya sebagai pelacur yang digeluti
selama ini menuju kehidupan yang lebih baik dan normal. Bahkan bisa menjadikan mereka
menjadi sumber daya manusia potensial dengan perubahan kehidupan yang lebih baik
tentunya. Dan inilah kerja dakwah akanmenjadi lebih produktif dalam menghasilkan umat
yang berkualitas dalam kehiduapan bermasyarakat. Dakwah bil hikmah yaitu dengan
memposisikan mereka (PSK) sebagai layaknya manusia normal adalah sangat tepat dalam
menunjang keberhasilan dakwah dan Pendekatan dakwah yang dapat dipertimbangkan
untuk dipilih sebagai pendekatan dakwah terhadap PSK adalah dengan pembinaan mental
spiritual dan pemberian ketrampilan sesuai dengan keinginan dan potensi mereka,
misalnya menjahit, merias wajah dan rias kemanten, bordil dan membuat berbagai
hantaran pernikahan, masak memasak dan pemberian modal stimulant.

Seperti halnya artikel yang ditulis oleh A.S. Alam yang dikutip dari pernyataan
Rukmini, yang menyatakan bahwa: "Faktor moral individu dan masyarakat sebagai faktor
yang cukup penting didalam terjadinya pelacuran. Hal tersebut dapat dilihat di negara-
negara maju, dimana faktor ekonomi bukan lagi dianggap sebagai faktor yang
menyebabkan wanita melacurkan diri, tetapi karena adanya demoralisasi yang dialami oleh
masyarakat dan individu-individu penduduknya.

Adanya perbedaan dari artikel yang ditulis oleh H.A. Sunarto AS yang telah
menyebutkan bahwasanya faktor yang melatarbelakangi tindakan seorang pelacur salah
satunya adalah karena faktor ekonomi.

Berbeda dengan artikel yang ditulis oleh A.S. Alam yang dikutip dari pernyataan
Rukmini yang menyatakan bahwa hal yang melatarbelakangi tindakan seorang pelacur
bukan dari faktor ekonomi lagi, melainkan karena faktor demoralisasi yang dialami oleh
individu dan masyarakat. Dengan mengetahui beberapa faktor yang melatarbelakangi para
PSK memilih profesi sebagai pelacur dapat dicari metode dakwah yang tepat dan
pendekatan dakwah yang akurat pula untuk mengentas mereka dari pekerjaannya sebagai
pelacur yang digeluti selama ini menuju kehidupan yang lebih baik dan normal. Bahkan
bisa menjadikan mereka menjadi sumber daya manusia potensial dengan perubahan
kehidupan yang lebih baik tentunya.

Salah satu penelitian yang dilakukan di lokalisasi bangunsari sejak tahun 1987
sampai tahun 2008 mengkaji tentang keefektifan dakwah bil hikmah. Di lokalisasi
bangunsari pola pendekatan dakwah yang dilakukan terhadap para PSK ialah dengan
ceramah agama secara rutin setiap jumat sore dan pembinaan agama melalui TP A/TPQ
yang ada. Dengan pendekatan semacam ini banyak mucikari dan psk yang mau belajar
mengaji, sholat dan pengetahuan agama yang lain. Disamping juga pemberian pelatihan
ketrampilan secara priodik dapat menyadarkan dan mengentas merka menuju hidup
normal/insaf. Dengan dakwah bil hzkmah dan pndekatan dakwah semacam ini ternyta ada
beberapa mucikari dan PSK yang sadar dan insaf kemudian memilih berhenti dari
profesinya sebagai pelacur dan lebih memilih bekerja di pabrik kopi, ada yang alih profesi
dengan membuka depot makanan, mebuka butik dan membuka salon kecantikan.43
Bahkan ada beberapa Germo/mucikari yang insaf dan menutup usahanya bahka ada
bebebrapa yang menunaikan ibadah haji. Pada tahun 2003 ada dua orang mucikari yang
berangkat haji, tahun 2007 ada tiga orang, bahkan ada seorang mucikari yang mewakafkan
rumah bordilnya untuk dijadikan mushalla setelah ia menunaikan ibadah haji tahun 2003.
Dan mushaUa tersebut terletak di jalan rembang diberi nama "Nurul Iman" yang
peresmlannya dilakukan oleh sekretaris kota Surabaya atas nama wali kota. Dengan
dakwah bil hikmah dan pendekatan dakwah yang selama ini dilakukan di lokalisasi
Bangunsari ternyata telah menampakkan hasilnya, yaitu dengan berkurangnya jumlah
rumah bordil (tutup) dan PSK yang ada. Hal ini dapat dilihat dari data tahun 1987 jumlah
rumah bordil 231, jumlak PSK 720. Pada tahun 2008 jumlah mucikari tinggal 79 dan
jumlah PSK tinggal 340 orang, turun hamper 70%.44 Hal ini tidak lepas dari uapaya-
upaya dakwah yang selalu dilaksanakan di lokalisasi bangunsari

D. Kontribusi Artikel bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Prodi

Temuan atau gagasan baru (novelty) yang diberikan oleh penulis artikel adalah model
penerapan dakwah yang paling tepat untuk diterapkan kepada obyek dakwah (mad'u) yang
khusus seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) yaitu Dakwah Bil Hikmah dengan
memposisikan mereka (PSK) sebagai layaknya manusia normal. Tindakan tersebut sangat
tepat dalam menunjang keberhasilan dakwah dan Pendekatan dakwah yang dapat
dipertimbangkan dan dipilih dengan pembinaan mental spiritual dan pemberian
ketrampilan sesuai dengan keinginan dan potensi mereka. Temuan ini memberikan
kontribusi pengembangan wawasan bidang kajian komunikasi dakwah antar obyek dakwah
(mad’u) yang mempunyai sifat khusus. Selain merubah kehidupan mereka ke arah yang
lebih baik, namun temuan ini juga bisa mengurangi angka kriminalitas di dalam negara.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjosisworo, Soejono. Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam
Masyarakat. Bandung: Karya Nusantara, 1997

Simanjutak, Herris B. Beberapa Aspek Pat%gi Sosial. Bandung: Alumni, 1981

Alam, AS. Pelacuran dan Pemerasan. Bandung: Alumni, 1981

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI, 1969

Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali, jilid 1

Anda mungkin juga menyukai