Anda di halaman 1dari 6

Narasi Film Dokumenter Sejarah

Judul : Misteri Kerajaan Majapahit di balik Punden Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharmma Mangrva

Tema: Kita Indonesia (Kebhinekaan)

Pesan: Bhinneka Tunggal Ika diharapkan tidak hanya sekadar menjadi sebuah semboyan negara, tetapi mampu
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di IndoneFilm

Pembuka:
(ditampilkan logo Direktorat Sejarah, Logo LKAS Kemdikbud 2017)
Tulisan: Mempersembahkan
“Misteri Kerajaan Majapahit di balik Punden Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharmma Mangrva”
oleh SMA Taruna Nusa Harapan Mojokerto, Jawa Timur

Bagian ke-1 (Profil Mojokerto)

(ditampilkan gambar “Selamat Datang di Kota Mojokerto”, dilanjutkan dengan gambaran keramaian jalan
raya di Mojokerto)

(ditampilkan peta keseluruhan Indonesia, fokus ke Jawa, fokus ke Jawa Timur, lalu Mojokerto

Narator : Mojokerto merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini memiliki
luas wilayah 909.360 km2. (Ditampilkan visual dengan peta)

Wilayah ini mempunyai beberapa perbatasan daerah, yakni sebelah utara Mojokerto berbatasan
dengan Gresik dan Lamongan. Sebelah timur berbatasan dengan Sidoarjo dan Pasuruan, Sebelah
barat dengan Jombang. Sebelah selatan berbatasan dengan Malang. (Ditampilkan fokus peta
dengan perbatasannya)

Mojokerto termasuk daerah yang padat dan ramai penduduk. (ditampilkan jalan raya dan Pasar
Tanjung)

Kegiatan masyarakat sehari-hari pada saat santai seringkali dipusatkan di alun-alun mojokerto.
(ditampilkan Alun-alun)

Pusat birokrasi pemerintahan terletak di tengah wilayah Mojokerto. Hal ini dibuktikan dengan
adanya Kantor Kabupaten dan Walikota di tengah Kota Mojokerto. (Ditampilkan kantor bupati
dan Walikota)

Tujuan pemerintah daerah Mojokerto adalah mewujudkan masyarakat yang bermoral dan beriman.
(ditampilkan gambaran “bermoral” yaitu Bu Sani (memakai kalung salib) ditolong orang untuk
menyebrang *yang menolong orang berpakaian muslim*, dengan latar tempat penyebrangan di
depan klenteng. Beriman: fokus gambaran pada kalung salib yang dikenakan Bu Sani dan busana
muslim yang dikenakan penolong)

Sebutan Kota Onde-onde telah diberikan untuk Mojokerto karena di daerah ini mempunyai kuliner
khas yaitu Onde-onde. Makanan ini merupakan salah satu hidangan yang telah dibawa sejak zaman
Kerajaan Majapahit. (Ditampilkan foto Onde-onde dari Boliem)

Bagian ke-2 (Judul Film)


Narator : Tahukah Anda? Bahwa ketika Anda mendengar tentang “Mojokerto”, (ditampilkan tulisan
Mojokerto yang terdapat di alun-alun), maka Anda akan teringat dengan salah satu kerajaan
terbesar yang pernah ada di Nusantara yakni Kerajaan Majapahit (ditampilkan gambar Kerajaan
Majapahit/video terkait).

Kerajaan ini memiliki patihnya yang termashyur, yaitu Patih Gajahmada (ditampilkan foto
gajahmada).

Sampai sekarang masih banyak peninggalan Kerajaan Majapahit yang sudah banyak diketahui
masyarakat hingga yang belum tersebar secara luas. Peninggalan yang belum tersebar secara luas
tentang seluk-beluknya inilah yang menjadi sebuah misteri.

(ditampilkan judul utama dengan animasi, “Misteri Kerajaan Majapahit di balik Punden Bhinneka Tunggal Ika
“Tan Hana Dharmma Mangrwa”)

Bagian ke-3 (Kerajaan Majapahit)

Narator : Dahulu kala Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Siwa-Budha terbesar di Jawa Timur yang berdiri
pada tahun 1293M oleh Raden Wijaya. Puncak kejayaan Kerajaan ini terjadi pada abad ke-14 pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk, yaitu tahun 1350-1389 Masehi. Ketika itu Raden Wijaya
mencapai kejayaan dengan didampingi oleh patih Gajahmada pada tahun 1331-1364 Masehi.
(ditampilkan animasi buku terbuka atau gambar-gambar kuno Kerajaan Majapahit dan foto
Raden Wijaya, Pemerintahan Hayam Wuruk).

*) Wawancara narasumber Dosen Universitas Sanata dharma tentang perjalanan Kerajaan


Majapahit dan kebesaran Kerajaan Majapahit). Raden Wijaya dahulu berkelana menggunakan
kapal menyusuri sungai brantas...(menyesuaikan dengan penyampaian narasumber). (diselingi
dengan animasi perjalanan Kerajaan Majapahit ketika memasuki wilayah semenanjung Malaya
sampai ke Jawa Timur dengan melewati Sungai Brantas *cuplikan gambar Sungai Brantas
dilanjutkan Gapura Waringan Lawang* hingga sampai ke Trowulan)

Kebesaran yang dikisahkan terwujud dalam berbagai situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit
yang memiliki fungsi yang berbeda-beda, seperti: candi tikus, candi bajangratu, kolam segaran,
Gapura Wringinlawang, candi jedong, candi kedaton, Candi sumur upas, Candi Berahu, dan candi
Gentong. (ditampilkan slide secara cepat candi-candi)

Yang beridiri ditengah-tengah kampung Majapahit. (Ditampilkan sekilas tentang kampung


Majapahit/tulisan Kampung Majapahit).

*) Wawancara dengan narasumber Kepala Museum Purbakala Mojokerto (diselingi dengan


tampilan candi yang sedang dijelaskan, misalnya 1) Candi Tikus merupakan tempat petirtaan atau
penyucian diri sebelum melakukan sembayang atau bersemedi. 2) Candi Bajang Ratu merupakan
tempat pendidikan Yuwa Raja atau calon raja dan kaum bangsawan untuk dididik ilmu
ketatanegaraan. 3) Kolam Segaran merupakan salah satu tempat untuk menyambut tamu Agung
atau mancanegara. Tamu agung atau mancanegara tersebut dengan berbagai hidangan makanan
atau jamuan dengan menggunakan piring dan sendok emas. Ini merupakan politik Mercusuar
Kerajaan Majapahit (politik kemegahan) supaya Majapahit terkenal di kancah dunia
Mancanegara. 4) Candi Jedong merupakan pintu masuk awal ke tanah perdikan yang sekarang
menjadi Kerajaan Majapahit. 5) Candi Kedaton merupakan candi yang menunjukkan adanya
sebuah pemukiman yang digunakan sebagai tempat tinggal para pejabat atau bangsawan
Kerajaan Majapahit. 6) Sumur Upas yang dapat diintrepretasikan sebagai tempat untuk melatih
mental spiritual para ksatria Majapahit. Ini dibuktikan dengan air sumur mengandung kadar
racun. Di kawasan candi ditemukan binatang-binatang yang berbisa (jenis ular, katak,
kalajengking). 7) Candi Berahu merupakan tempat pembakaran mayat atau pendupaan atau
pemujaan, sekaligus tempat para biksu dan biksuni agama Buddha dibuktikan puncak dari candi
berbentuk stupa. 8) Candi Gentong dahulu difungsikan sebagai bangunan yang beraliran
Buddha, yakni sebagai tempat kegiatan spritual aliran ini.

Bagian ke-4 (Pemaparan tentang Punden)

Narator : (ditampilkan gambaran dari jalan masuk ke arah Punden sampai ke Punden)
Kebesaran Kerajaan Majapahit meninggalkan banyak situs bersejarah yang masih ada sampai saat
ini. Tidak hanya bangunan candi, tetapi ada juga yang berwujud punden. Peninggalan inilah yang
belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Peninggalan tersebut bernama Punden
Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharmma Mangrva”.

Secara lahiriah Punden Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharmma Mangrva” ini merupakan
bagian peninggalan dari Kerajaan Majapahit. (ditampilkan tulisan Bhinneka Tunggal Ika “Tan
Hana Dharma Mangrva” yang ada di dalam pendopo)

Punden ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang mencerminkan semboyan
Kerajaan Majapahit, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Punden ini dijadikan sebagai bukti nyata bahwa wujud kebhinekaan yang diterapkan sejak masa
Kerajaan Majapahit. (ditampilkan benda-benda yang ada di pendopo yang masih berhubungan
dengan Kerajaan Majapahit)

Punden Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharma Mangruwa” terletak di kawasan Desa Seduri,
Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Punden atau yang biasa disebut pendopo ini sudah
berdiri sejak zaman Mpu Sendok. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharma
Mangruwa” dilontarkan pada masa Majapahit. Sesungguhnya Bhineka Tunggal Ika telah dimulai
sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi
perkembangannya. Oleh karena itulah, Nararyya Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di
Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat Budha. Juga putra mahkota Kertanagara
(Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA (Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra). Inilah
fakta bahwa Singasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan
kerajaan Majapahit. (ditampilkan gambaran sekeliling punden)

Di punden lambang dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika sendiri diwujudkan dengan selendang
kuning yang wajib diikatkan dipinggang sebelum memasuki punden sebagai tanda bahwa jiwa
kemakmuran dan kesatuan menyertai kita. (ditampilkan gambar zoom selendang kuning yang
sedang dipakai).

Sementara arti dari “Tan Hana Dharma Mangruwa” sudah ada di dalam kitab Sutasoma.
(ditampilkan animasi Kitab Sutasoma/gambar yang di dalamnya terdapat tulisan “Tan Hana
Dharma Mangruwa”) Kitab Sutasoma merupakan salah satu kitab pada masa Kerajaan Majapahit
dan menjadi buku panduan Kerajaan Majapahit pada waktu itu. Makna kalimat tersebut
adalah “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua”. Yang hingga saat ini digunakan sebagai
semboyan Lambang Pertahanan Nasional (LemHamNas) (ditampilkan gambar Lambang
Pertahanan Nasional).

Untuk itulah Punden ini diberi nama Punden Bhinneka Tunggal Ika “Tan Hana Dharma Mangrva”,
sebagai wujud kesatuan dan persatuan yang dimiliki oleh Kerajaan Majapahit untuk
mempertahankan kerajaannya agar tetap kokoh.
Sungguh menakjubkan, inilah misteri yang belum terungkap di masyarakat luas bahwa Punden
juga merupakan peninggalan penting yang diwariskan oleh Kerajaan Majapahit.

Bukti nyata bahwa situs Punden Bhineka Tunggal Ika “Tan Hana Dharma Mangrwa” adalah
peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu terdapatnya simbol yang dahulu digunakan pada
masa Majapahit seperti: Patung Tribuana Tunggal Dewi, Lingga dan Yoni, Dewi Srigati dan Singa
Menggala, serta Pelataran Surya Majapahit. (Ditampilkan kembali gambar-gambar simbol
Majapahit yang terdapat di pendopo)

*)Wawancara dengan Cak Khiar ~> (ditampilkan adegan Cak Khiar sedang berkeliling sekitar
Punden untuk menjelaskan makna pada masing-masing simbol yang ada di pelataran punden)

Bagian ke-5 (Tradisi Surya Majapahit)

Narator : Kerajaan Majapahit tidak hanya mewariskan simbol-simbol bersejarah tetapi juga budaya. Budaya
yang diwariskan oleh Kerajaan Majapahit memiliki unsur kebhinekaan, yakni setiap orang boleh
ikut serta dalam tradisi ini. Budaya peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih ada sampai
sekarang adalah Macapatan, Meditasi, Energi Surya Putar, Mandi Jamasan, dan Ruwatan.
(ditampilkan secara keseluruhan kegiatan di punden, misalnya ada orang yang sedang melakukan
pemujaan)

Budaya seperti ini masih tetap dilakukan, tetapi hanya golongan masyarakat tertentu saja.

*) Wawancara narasumber UGM tentang satu-persatu budaya tradisi peninggalan Kerajaan


Majapahit)

(sembari narasumber menyampaikan jawaban, diselingi dengan gambar atau video Macapat,
Meditasi, Mandi Jamasan, dan Ruwatan. Waktu tampilan disesuaikan dengan durasi penyampaian
narasumber)

Macapatan memiliki arti membaca sifat tahu asal-usul kehidupan dan kematian, tahu dan
memperhatikan dalam hidup di dunia juga dalam kehidupan batin. (ditampilkan gambar
Macapatan)

Meditasi adalah kegiatan untuk memusatkan perhatian kepada sang pencipta melalui keheningan.
Energi surya putar adalah energi hasil yang diperoleh dari meditasi berupa enegri positif untuk
menolak energi negatif. Hal ini bermanfaat untuk menolak segala jenis marabahaya sakit-penyakit
yang menyerang rakyat Majapahit pada waktu itu. (ditampilkan gambar cucu buyut dari Punden
yang sedang melakukan meditasi/gambar kegiatan meditasi)

Mandi Jamasan adalah kegiatan mandi dengan menggunakan media aneka macam bunga (bunga
setaman) yang bertujuan untuk membersihkan diri dari kotoran yang bersifat jasmani ataupun
rohani sehingga segala tujuan hidup bisa tercapai. Sekarang ini, kegiatan mandi jamasan sering kita
jumpai dalam rangkaian upacara pernikahan, yaitu adanya siraman sebelum mempelai
melaksanakan aktivitas yang bersifat lebih sakral. (ditampilkan cuplikan adegan siraman yang ada
di Jolotundo)

Ruwatan merupakan upacara tradisi yang bertujuan menolak segala bentuk sengkala yang
menghambat dalam perjalanan hidup manusia baik yang bersifat maupun adikodrati atau kodrati.
Ruwatan ada yang bersifat personal dan komunal. Contoh ruwatan yang bersifat personal adalah
terdapat anak lima anak kembar, ada anak yang berambut gimbal, anak “ontang-anting” atau
semata wayang. Secara komunal, ruwatan dapat dicontohkan dengan “merti desa”. “Merti Desa”
yakni sebuah upacara untuk memohon kepada Tuhan supaya desa itu bebas dari marabahaya,
pagebluk, dan diberikan berkat atas kesuburan tanah dan bebas dari segala hama dalam pertanian.
(ditampilkan dokumentasi tentang kegiatan Ruwatan)

Selain kegiatan-kegiatan itu, terdapat juga tradisi di Punden yang selalu dilakukan, yaitu adanya
pemujaan terhadap para leluhur sebagai tanda ucapan syukur. (ditampilkan adegan cucu buyut di
Punden sedang melakukan pemujaan, termasuk ketika mengenekan selendang kuning, dan
persiapan sesajen)

Bagian ke-6 (Amanat)

Narator : Tradisi-tradisi inilah yang diwariskan dari oleh nenek moyang kita. Sangat disayangkan bila hal ini
hanya dianggap fiktif belaka. Kebanyakan anak-anak muda sudah mulai lupa akan jati dirinya
sebagai anak bangsa yang cinta tanah air. Kebanyakan mereka lebih suka dengan budaya asing
yang jelas-jelas tidak mencerminkan semboyan negara kita. Mereka lebih suka berkelompok dan
mulai saling melakukan penindasan terhadap kaum di bawahnya. Toleransi beragama juga mulai
punah. Inilah yang dapat membuat kebudayaan Indonesia lenyap bahkan termasuk semboyan
Bhineka Tunggal Ika pun akan ikut hilang begitu saja karena tidak adanya kepedulian.
(ditampilkan foto-foto judul di koran yang menggambarkan anak muda yang suka budaya asing,
genk yang membuat kerusuhan, termasuk permasalahan agama yang ada di Indonesia)

*)Wawancara narasumber Dinas Pendidikan tentang Pelestarian budaya Lokal

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. (ditampilkan
gambaran suku; foto close up siswa-siswa TK, SD, SMA, Mahasiswa, Masyarakat umum yang
memiliki perbedaan asal-usul. Agama; gambar tempat-tempat ibadah. Budaya; cuplikan gambar
budaya yang ada di Punden dengan backsound Satu Nusa Satu Bangsa)

Tidak heran jika Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang dilambangkan dengan
burung garuda. (ditampilkan gambar binneka tunggal ika di Benteng Pancasila)

Bhineka Tunggal Ika seharusnya bukan hanya sebagai semboyan negara, tetapi haruslah hidup di
tengah masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan keberagaman, keberagaman bukan menjadi
hambatan bagi kita semua untuk bersatu. (ditampilkan dokumentasi kegiatan PLA di SMA TNH)

Tetapi justru adanya perbedaanlah yang membuat kita satu. Satu bangsa, Satu bahasa, dan satu
tanah air itu lah yang harus selalu diingat seluruh rakyat Indonesia bahwa kita adalah satu dan tiada
yang dapat memisahkan kita ketika kita bersatu. KITA INDONESIA. (ditampilkan video upacara,
siswa sedang menghormati bendera, fokus ke bendera, adegan tegap grak. Backsound paduan
suara Indonesia Raya)

~(Kata Bijak)~
Penutup:

Narator : Penanggung Jawab : Y. Puthut Baskoro, S.Pd.


Produser :
Sutradara :
Penulis Naskah : Christina NH.
Kamerawan : Syamsul Huda, S.Pd.
Jonathan Revandi
Editor : Syamsul Huda, S.Pd.
Jonathan Revandi
Narator : Christina NH.
Clarissa Grace T.
Narasumber : .... (Dosen ... Universitas Gadjah Mada)
.... (Dosen ... Universitas Sanata Dharma)
... (.... Kepala Pusat.. purbakala)
... (.... Kepala Cabang Dinas .....)
Cak Khiar (.... Punden Bhinneka...)

Terima Kasih kepada:

Tuhan Yang Maha Esa


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
... (Purbakala)
www.google.com
mojokerto.go.id...... tolong dicek kebenarannya
seluruh pihak yang ikut serta terlibat dalam menyukseskan produksi film ini.

Produksi:
(ditampilkan logo SMA TNH)
SMA Taruna Nusa Harapan
Mojokerto
2017

(tampilkan Logo LKAS)

Anda mungkin juga menyukai