Anda di halaman 1dari 63

PERHITUNGAN MIKROORGANISME DALAM BAHAN

PANGAN

Perhitungan mikroorganisme sangat penting untuk:


1. Mengetahui mutu bahan pangan
2. Melakukan proses pengawetan yang akan
ditetapkan pada bahan pangan tersebut.
LANJUT

METODE-METODE PERHITUNGAN MIKROORGANISME


A. Perhitungan jumlah sel :
1. Hitungan mikroskopik
2. Hitungan cawan
3. MPN (Most Probable Number)
B. Perhitungan massa sel :
1. Kekeruhan (Turbidimetri)
2. Volumetrik
3. Gravimetrik

1. Hitungan Mikroskopik
a. Metode Breed
 Luas areal pandang (field) mikroskop yang digunakan harus
dihitung dulu
Cara perhitungan mengukur diameter areal pandang
menggunakan mikrometer yang dilihat
melalui lensa minyak imersi.
CONTOH PERHITUNGAN BAKTERI DALAM SUSU:

 Dengan pipet breed diambil susu sebanyak 0,01 ml sebarkan di


atas obyek glas dengan luas 1 cm2, kemudian diamkan sampai
kering, lalu difiksasi, terakhir warnai dengan methilen blue.
 Rata-rata jumlah bakteri per areal pandang mikroskop
ditentukan setelah mengamati 10 sampai 60 kali areal
pandang, tergantung jumlah bakteri per areal pandang.
 Sel-sel yang mengumpul adalah jumlah sel dalam kelompok
tersebut.
 Micrometer yang digunakan adalah micrometer gelas objek yang
mempunyai skala terkecil 0,01 mm. areal pandang mikroskop
biasanya mempunyai ukuran 14 – 16 skala atau 0,14 – 0,16 mm.
Caranya :
Luas areal pandang mikroskop = r2 mm2
r 2
 cm 2
100
Dimana r = jari-jari (mm) areal pandang mikroskop

Contoh : Susu 0,01 ml disebarkan pada obyek gelas seluas 1 cm2


Hasil perhitungan jumlah susu per areal pandang mikroskop adalah

luas areal pandang mikroskop  r 2 r 2


 0,01 ml  ml
100 10.000

Jadi 1 ml contoh susu dapat diperoleh dari :


jumlah bakteri per ml = 10.000 /r2 x jumlah bakteri areal pandang
mikroskop.
 Faktor mikroskop (FM) dan digunakan untuk mengubah
jumlah bakteri per areal pandang mikroskop menjadi jumlah
bakteri per ml.
 Jumlah bakteri per areal pandang dihitung dari rata-rata
pengamatan areal pandang. Jumlah areal pandang yang
harus diamati tergantung dari jumlah rata-rata bakteri per
areal pandang dan ditentukan sebagai berikut:
 Tabel Perhitungan Bakteri pada Mikroskop

Jumlah rata-rata bakteri per Jumlah areal pandang yang


areal pandang harus diamati
> 0.5 50
0.5 - 1 25
1 - 10 10
10 - 30 5
< 30 TBUD
B. METODE PETROFF – HAUSER
 Pada metode ini, hitungan mikroskop dilakukan
dengan pertolongan kotak-kotak skala. Dalam setiap
ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak
besar dengan luas 0,04 mm2, dan setiap kotak besar
terdiri dari 16 kotak kecil.
 Tinggi contoh yang terletak antara gelas objek dengan
gelas penutup adalah 0,02 mm.
 Jumlah sel dalam beberapa kotak besar dihitung, kemudian dihitung
jumlah sel rata-rata dalam satu kotak besar (nyatakan dalam jumlah
sel/ml)

 Contoh perhitungan:

1
Jumlah sel per ml contoh =
Jumlah sel/kotak besar x 25 kotak x  10 3
0.02

Jumlah sel/mm2

Jumlah sel/mm3

Jumlah sel/cm3 (ml)

 Jumlah sel per ml contoh = jumlah sel per kotak x 25 x 50 x 103


= jumlah sel x 1,25 x 106 per kotak besar
 Keuntungan metode Petroff – Hauser : : cepat dan murah

 Kelemahan metode Petroff – Hauser:


a. Sel mati tidak dapat dibedakan degan sel hidup (terhitung
semuanya).
b. Sel-sel berukuran sangat kecil sukar dilihat di bawah
mikroskop sehingga kadang-kadang tidak terhitung.
c. Untuk mempertinggi ketelitian maka jumlah sel dalam
suspensi harus cukup tinggi, misalkan bakteri = 106 sel/ml.
d. Tidak boleh digunakan untuk menghitung mikroorganisme
di dalam makanan, banyak mengandung ekstrak makanan.
2. Hitungan Cawan
 Prinsip :
Mikroorganisme Hidup Medium Agar

Koloni dapat dilihat langsung dan


dihitung dengan mata
("quebec colony counter" )

Keuntungan :
Yang dihitung hanya sel yang masih hidup
Beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus
Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroorganisme
karena
koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroorganisme yang
mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik.
KELEMAHAN
 Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang
sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan
mungkin membentuk satu koloni.
 Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda sehingga
menghasilkan nilai yang berbeda pula.
 Mikroorganisme yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh
pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak
dan jelas,serta tidak menyebar.
 Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relative lama
sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
CARA PERHITUNGAN:
 1) Diperkirakan jumlah mikroorgnaisme pada bahan
pangan > 300 sel/ml (jika diambil pada permukaan
contoh)

 2) Memerlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan


pada medium agar di dalam cawan petri.
Pengenceran dilakukan secara desimal yaitu: 1 : 10;
1 : 100; 1 : 1000; dan seterusnya.
Larutan untuk pengenceran berupa larutan buffer
fosfat atau larutan NaCl 0,85%.

 3) Jumlah mikroorganisme terbaik untuk dihitung


adalah diantara 25 sampai 250 koloni (metode BAM)
- Contoh cara pengenceran bahan pangan menggunakan pengenceran 1:10

Contoh padat 1 ml 1 ml 1 ml
pengenceran
1:10 9 ml 9 ml 9 ml
(5 g dalam 45
ml)
10 -1 10 -2 10 -3 10 -4

1 ml 1 ml 1 ml

- Contoh cara pengenceran bahan pangan menggunakan pengenceran 1 : 100

Contoh cair 1 ml 1 ml 1 ml
tanpa
pengenceran 99 ml 99 ml 99 ml

10 -2 10 -4 10 -6

1 ml 1 ml 1 ml

10 -2 10 -4 10 -6
1 ml 1 ml 1 ml

10 -3 10 -5 10 -7
Cara pemupukan dalam metode cawan dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1) Metode tuang (pour plate)


2) Metode permukaan (surface/spread plate)
METODE TUANG (POUR PLATE)

1) Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak (1 ml/0,1 ml) larutan tersebut


dimasukkan ke dalam cawan Petri steril, kemudian ditambah agar cair steril
yang telah diinginkan (47 – 50oC) sebanyak 15 – 20 ml, selanjutnya
digoyangkan supaya contoh menyebar rata, inkubasi dalam incubator
dengan posisi terbalik

2) Suhu inkubator dilakukan pada suhu dan waktu sesuai dengan jenis
mikroorganisme yang diinkubasi. Selama inkubasi sel-sel yang masih hidup
akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung dengan
mata, setelah akhir inkubasi koloni dihitung

3) Perhitungan koloni dapat dilakukan menggunakan Quebec Colony Counter.

4) Untuk ketelitian dilakukan duplo

5) Jumlah koloni dalam contoh dapat dihitung sebagai berikut:

 Koloni per ml atau per gram = jumlah koloni x 1/ faktor pengenceran


METODE PERMUKAAN (SURFACE/SPREAD PLATE)

* Agar (media) disterilkan dulu, lalu dituangkan ke dalam


cawan petri dan biarkan membeku.

* Sebanyak 0,1 ml contoh yang telah diencerkan dipipet pada


permukaan agar tersebut dan diratakan dengan batang gelas
melengkung yang steril.

* Sebelumnya batang gelas dicelupkan ke dalam alkohol 95%


dan dipijarkan sehingga alkoholnya habis terbakar.

* Inkubasikan dan hitung jumlah mikroba seperti metode tuang.

INGAT! Jumlah contoh 0,1 ml harus dimasukkan dalam


perhitungan Total Count.
Cara menghitung koloni :
1
Koloni per ml / gr  Jumlah koloni per cawan 
faktor pengenceran

Contoh : Penetapan jumlah koloni dalam susu


Pengenceran awal adalah 1:10 = 10-1 , (1ml sampel dalam
9 ml BF). Pengenceran lebih tinggi adalah 10-4
Faktor pengenceran (FP) = peng. Awal x peng. Seterusnya x jumlah y

1  1 1 1 
      1,0
10  10 10 10 
 10  4
Jumlah koloni/ml/gr = jumlah koloni x 1
FP
1
 62 
10  4
 62 10 4
 6,2 105

Laporan hitung cawan sebagai berikut :


Cawan yang dipilih jumlah koloni 25 -250
Koloni bergabung dihitung satu koloni
Satu deretan rantai koloni dihitung satu koloni
PERHITUNGAN TOTAL MIKROORGANISME MENGGUNAKAN
METODE BAM ( BACTERIOLOGICAL ANALYTICAL MANUAL )

Rumus :
∑C
N = -------------------------------------
[(1 x n1) + (0,1 x n2)] x (d)
Dengan :
 N = jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml

atau koloni per g.


 ∑C = jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung

 n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung

 n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung

 d = pengenceran pertama yang dihitung.


PERSYARATAN
 Jumlah koloni yang dilaporkan pada cawan petri harus
berjumlah 25-250
 Jika jumlah koloni tidak memungkinkan untuk dihitung
maka dilaporkan sebagai too numeruous too count (TNTC)
 Jika koloni pada cawan petri menyebar sehingga menjadi
berukuran besar, apabila ukurannya >25% dari luas cawan,
maka dilaporkan sebagai Spreader/SPR dan tidak dianggap
memenuhi 25-250
 Jika ukurannya <25% dari luas cawan, maka dianggap 1
koloni dan jika terdapat beberapa koloni spreader (<25%)
maka dihitung sesuai jumlahnya dengan tetap menghitung
koloni-koloni tunggal pada cawan petri.
 Jika seluruh total koloni pada cawan memenuhi jumlah 25
– 250 , maka jumlah koloni pada seluruh cawan digunakan
dalam perhitungan ∑C dan jumlah cawan pada n1 dan n2
sebanyak 2.

Jumlah koloni per pengenceran


10-7 10-8
239 225 41 71

(239 + 225 + 41 + 71)


N = -------------------------------------
[(1 x 2) + (0,1 x 2)] x (10-7)

= 576 / [(2 + 0,2) x (10-7) ]

= 2.6 x 109 CFU/ml


LANJUT

 Jika hanya pada cawan pengenceran terendah total koloni


memenuhi jumlah 25- 250 maka total koloni pada pengenceran
tertinggi tidak digunakan dalam perhitungan ∑C sehingga n2
nilainya sebesar 0 karena jumlah cawan yang digunakan pada
pengenceran tertinggi tidak digunakan.
Jumlah koloni per pengenceran
10-7 10-8
53 29 13 5

(53 + 29)
N = -------------------------------------
[(1 x 2) + (0,1 x 0)] x (10-7)

= 82 / [2 x (10-7) ]

= 4,1 x108 CFU/ml


LANJUTAN

 Jika hanya pada cawan pengenceran tertinggi total koloni


memenuhi jumlah 25-250 maka total koloni pada pengenceran
terendah tidak digunakan dalam perhitungan ∑C sehingga n1
nilainya sebesar 0 karena jumlah cawan yang digunakan pada
pengenceran terendah tidak digunakan.

Jumlah koloni per pengenceran


10-7 10-8
327 SPR 59 49

(59 + 49)
N = -------------------------------------
[(1 x 0) + (0,1 x 2)] x (10-8)

= 108 / [0,2 x (10-8) ]

= 5,4 x109 CFU/ml


 Jika salah satu cawan (dari duplo) pada pengenceran terendah
dan tertinggi terdapat jumlah koloni yang tidak memenuhi
jumlah25-250, maka pada perhitungan ∑C, jumlah koloni yang
tidak memenuhi jumlah 25-250 tidak digunakan dalam
perhitungan baik pada pengenceran terendah maupun tertinggi
sehingga nilai dari n1 dan n2 sebesar 1 karena hanya 1 cawan
yang digunakan pada masing-masing pengenceran.

Jumlah koloni per pengenceran


10-7 10-8
216 284 47 19
(216 + 47)
N = -------------------------------------
[(1 x 1) + (0,1 x 1)] x (10-7)

= 263 / (1,1 x (10-7) )

= 2,4 x109 CFU/ml


 Jika hanya terdapat 1 cawan petri yang memenuhi jumlah 25-
250, maka pada perhitungan ∑C hanya total koloni dari cawan
tersebut yang digunakan dalam perhitungan, sehingga nilai n1
sebesar 1 dan n2 sebesar 0. Hal tersebut berlaku jika jumlah
koloni yang masih memenuhi syarat 25-250 terdapat pada cawan
petri pada pengenceran terendah. Jika hal tersebut terjadi pada
cawan petri pengenceran tertinggi maka nilai n1 sebesar 0 dan
n2 sebesar 1.
Jumlah koloni per pengenceran
10-7 10-8
TNTC 95 21 13

(95)
N = -------------------------------------
[(1 x 1) + (0,1 x 0)] x (10-7)
= 95/ [1 x (10-7) ]
= 9,5 x108 CFU/ml
ESTIMATED PLATE COUNT ATAU JUMLAH YANG DIPERKIRAKAN

Pada kondisi tertentu perhitungan total bakteri menggunakan


metode BAM dinyatakan sebagai EPC CFU/ml, misalnya :

(a) Jika seluruh koloni cawan petri dengan pengeneran terendah


maupun tertinggi menghasilkan jumlah >250 , maka dipilih jumlah
yang mendekati 250 kemudian dikalikan dengan faktor
pengencerannya.

JUMLAH KOLONI PER PENGENCERAN


10-7 10-8
TNTC 560 332 375

Perhitungannya menjadi :
332 x 108 = 3,3 x 1010 EPC CFU/ml
 Untuk perhitungan lainnya adalah sebagai berikut :
JUMLAH KOLONI PER PENGENCERAN
SAMPEL
10-7 10-8
A TNTC TNTC TNTC TNTC
B 20 24 7 5
C 17 21 0 2
D 0 0 0 0
(b) Jika seluruh koloni pada cawan petri baik pengenceran terendah
maupun tertinggi menghasilkan jumlah TNTC (sampel A) maka
dilaporkan : >1 x 109 EPC CFU/ml
(c) Jika seluruh koloni pada cawan petri pada pengenceran
terendah maupun tertinggi menghasilkan jumlah < 25 (sampel B
dan C) , maka dilaporkan : <25 x 107 EPC CFU/ml = <2,5 x 108 EPC
CFU/ml
(d) Jika seluruh koloni pada cawan petri pada pengenceran
terendah maupun tertinggi tidak terdapat koloni (sampel D), maka
dilaporkan : < 1 x 107 EPC CFU/ml
PEMBULATAN ANGKA
Pembulatan total koloni mengikuti syarat :
jika digit ke tiga > = 6 (6,7,8,9) maka dibulatkan ke atas,
jika digit ke tiga < = 4 (4,3,2,1) maka dibulatkan ke bawah.
Bila digit ke tiga adalah 5 maka dibulatkan ke atas jika digit ke dua
adalah ganjil dan dibulatkan kebawah jika digit ke dua adalah
genap.
Contoh tabel hasil perhitungan total koloni beserta pembulatannya.

PERHITUNGAN TOTAL PEMBULATAN PELAPORAN


BAKTERI
127 130 1,3 x102
124 120 1,2 x102
155 160 1,6 x102
145 140 1,4 x102
3. METODE MOST PROBABILITY NUMBER (MPN)
Menghitung jumlah mikroba di dalam sampel cair.
Untuk sample padat, buat suspensi dulu (10-1 ).
Metode ini menggunakan medium cair didalam tabung
reaksi, perhitungan mikroba dilakukan berdasarkan jumlah
tabung positif.
Tabung positif :
• Ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu.
• Timbul kekeruhan

• Terbentuk gas dalam tabung Durham


 Pada Metode MPN, pengenceran dilakukan pada
beberapa tabung yang berisi medium cair yang
diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran
tersebut mengandung satu sel mikroorganisme
yang lain lebih dari satu sel, sedangkan tabung
lainnya tidak mengandung sel, sehingga setelah
inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada
beberapa tabung positif, sedangkan tabung lainnya
negatif.
Cara pengenceran pada metode MPN (Most Probable Number)

Cat. Setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung



 Jika pengenceran 10-1 – 10-4 maka jumlah
tabung yang positif ditambahkan pada nilai
kombinasi ketiga.

10-4 Kombinasi Nilai Count per


10-1 10-2 10-3
MPN MPN ml

3 3 2 1 321 1,5 1,5 x 103


3 1 0 1 311 0,75 0,75 x 1
7,5 x 10-1
0 2 0 0 020 0.002 0,002 x 1
0,2 x10-2
 Cara Perhitungan MPN
Jumlah yang ditumbuhkan
Contoh Sampel Kombinasi
10-2 10-3 10-4
SUSU    321

 Cocokkan dengan tabel MPN (seri tiga tab.) menunjukkan nilai


MPN = 1,50
1
 Nilai MPN 
pengenceran tabung tengah
 “MPN Count”
1
 1,50 
103
 1,5  103
 Jika pengenceran 10-1 – 10-4 jumlah tab. pos.
ditambahkan pada nilai kombinasi ketiga

Contoh :

Kombinasi Nilai
10-1 10-2 10-3 10-4 “Count” per ml
MPN MPN
3 3 2 1 321 1,5 1,5x103
3 1 0 1 311 0,75 0,75 x 1
7,5 x 10-1
0 2 0 0 020 0,062 0,062 x 1
6,2 x 10-2
HITUNG MIKROBA METODA SNI 2008
1. CAWAN DENGAN JUMLAH KOLONI KURANG DARI 25

Bila cawan duplo dari pengenceran terendah


menghasilkan koloni kurang dari 25, hitung jumlah yang
ada pada cawan dari setiap pengenceran.
 Rerata jumlah koloni per cawan dan kalikan dengan
faktor pengencerannya untuk menentukan nilai TPC.

TPC per KETERANGAN


ml atau
10-2 10-3 10-4
gram
Jumlah koloni kurang dari 25 koloni
pada pengenceran terendah,
18 2 0 1.600* hitung jumlahnya dan kalikan
14 0 0 dengan faktor pengencerannya dan
beri tanda * (diluar jumlah koloni
25 sampai dengan 250)
2. CAWAN DENGAN JUMLAH KOLONI LEBIH DARI 250

 Bila jumlah koloni per cawan lebih dari 250, hitung


koloni-koloni pada cawan untuk memberikan
gambaran penyebaran koloni secara representatif.
Tandai penghitungan TPC dengan tanda bintang
untuk menandai bahwa penghitungannya diluar 25
koloni sampai dengan 250 koloni per cawan.

TPC per KETERANGAN


ml atau
10-2 10-3 10-4 gram
Jumlah koloni lebih dari 250 koloni,
hitung koloni yang dapat dihitung
=== ==== 523
5.100.000 atau yang mewakili beri tanda*
=== ==== 487 (diluar jumlah koloni 25 sampai
dengan 250)
3. SPREADERS
Koloni yang menyebar (spreaders) biasanya dibagi dalam 3
bentuk:
a) Rantai koloni tidak terpisah secara jelas disebabkan oleh
disintegrasi rumpun bakteri.
b) Terbentuknya lapisan air antara agar dan dasar cawan.
c) Terbentuknya lapisan air pada sisi atau permukaan agar.

Bila cawan yang disiapkan untuk contoh lebih banyak ditumbuhi


oleh spreader seperti (a), dan total area yang melebihi 25 % dan 50
% pertumbuhannya dilaporkan sebagai cawan spreader.

 Rerata jumlah koloni dari setiap pengenceran, kemudian


laporkan jumlahnya sebagai TPC
 Selain 3 (tiga) bentuk spreader, dapat dihitung sebagai satu
pertumbuhan koloni.
LANJUTAN SPREADES

 Untuk tipe a) bila hanya terdapat satu rantai, hitunglah sebagai


koloni tunggal. Bila ada satu atau lebih rantai yang terlihat dari
sumber lain, hitung tiap sumber itu sebagai satu koloni,
termasuk untuk tipe b) dan c) juga dihitung sebagai koloni.
 Gabungkan perhitungan koloni dan perhitungan spreader untuk
menghitung TPC.

TPC per KETERANGAN


ml atau
10-2 10-3 10-4 gram
Bila ada dua pengenceran
diantara jumlah koloni 25 sampai
=== 245 35 dengan 250, tetapi ada spreader,
290.000
=== 230 spreader hitung jumlahnya dan kalikan
dengan faktor pengenceran,
namun untuk spreader
4. CAWAN TANPA KOLONI

 Bila cawan petri dari semua pengenceran tidak


menghasilkan koloni, laporkan TPC sebagai
kurang dari 1 kali pengenceran terendah yang
digunakan. Tandai TPC dengan tanda bintang
bahwa penghitungannya diluar 25 koloni sampai
dengan 250 koloni
TPC per
ml atau KETERANGAN
10-2 10-3 10-4
gram
Bila cawan tanpa koloni,
jumlah TPC adalah kurang
0 0 0
100* dari 1 kali pengenceran
0 0 0
terendah yang digunakan
dan diberi tanda *
5. LANJUTAN

Cawan duplo, cawan yang satu dengan 25 koloni


sampai dengan 250 koloni dan cawan yang lain
lebih dari 250 koloni
 Bila cawan yang satu menghasilkan koloni antara
25 sampai dengan 250 dan yang lain lebih dari 250
koloni, hitung kedua cawan dalam penghitungan
TPC
TPC per
ml atau KETERANGAN
10-2 10-3 10-4
gram
=== 245 23 260.000 Jumlah koloni 25 sampai
=== 278 20 dengan 250, dan yang lain
lebih dari 250 koloni, hitung
kedua cawan petri termasuk
yang lebih dari 250 koloni,
dan rerata jumlahnya
6. LANJUTAN

 Cawan duplo, satu cawan dari setiap pengenceran


dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni
 Bila 1 cawan dari setiap pengenceran menghasilkan 25 koloni
sampai dengan 250 koloni, dan cawan lain kurang dari 25
koloni atau menghasilkan lebih dari 250 koloni, hitung
keempat dalam penghitungan.

TPC per
ml atau KETERANGAN
10-2 10-3 10-4
gram
Bila salah satu cawan dengan
jumlah 25 koloni sampai dengan
250 koloni dari tiap pengenceran,
=== 225 21
270.000 hitung jumlah dari tiap
=== 255 40
pengenceran termasuk yang
kurang dari 25 koloni, lalu rerata
jumlah yang sebenarnya
7. LANJUTAN

 Cawan duplo, dua cawan dari satu pengenceran dengan


25 koloni sampai dengan 250 koloni, hanya 1 cawan yang
lebih dari 25 koloni sampai dengan 250 koloni dan dari
cawan yang lain dengan 25 koloni sampai dengan 250
koloni
 Bila kedua cawan dari satu pengenceran menghasilkan 25
koloni sampai dengan 250 koloni, hitung keempat cawan
termasuk cawan yang kurang dari 25 atau yang lebih dari 250
koloni dalam penghitungan TPC.

TPC per
ml atau KETERANGAN
10-2 10-3 10-4
gram

=== 220 18 Bila hanya satu cawan yang


260.0000 menyimpang dari setiap
=== 240 48
pengenceran, hitung jumlah dari
tiap pengenceran termasuk yang
kurang dari 25 koloni atau lebih
=== 260 30
270.000 dari 250 koloni, kemudian rerata
=== 230 28
junmlah sebenarnya
PELAPORAN HASIL

 Bulatkan angka menjadi 2 angka yang sesuai, bila angka ketiga 6


atau di atasnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka kedua
naik 1 angka, misalnya 456 menjadi 460 (4,6 x 102).

 Bila angka ketiga 4 atau dibawahnya, maka angka ketiga menjadi 0


(nol) dan angka kedua tetap, misalnya 454 menjadi 450 (4,5 x 102).

 Bila angka ketiga 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0


(nol) dan angka kedua adalah angka genap, misalnya 445 menjadi
440 (4,4 x 102).

 Bila angka ketiganya 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan


menjadi 0 (nol) dan angka kedua naik 1 angka, misalnya 455
menjadi 460 (4,6 x 102).
PERHITUNGAN MASSA SEL :
a. KEKERUHAN (TURBIDIMETRI)

Digunakan utk memeriksa konsentrasi sel sejumlah biakan


Metode ini lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran biakan
dgn alat spektrofotometer
Data hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai konsentrasi
organisme, tapi utk ini diperlukan kurva standar yg menyatakan
hub antara kekeruhan biakan dgn jumlah organisma per ml
biakan.
Untuk organisme bakteri  suspensi koloid  menyerap atau
memantulkan sinar yang datang.
Sinar yang diserap atau dipantulkan oleh suspensi bakteri
berbanding lurus dengan konsentrasi sel bakteri yang terdapat
di dalam kultur tersebut
PRINSIP UMUM ALAT SPEKTROFOTOMETER

 Sinar yang datang mengenai suatu partikel ada


yang diteruskan (transmittan) dan ada yang
diserap (absorban), maka sinar yang diteruskan
digunakan sebagai dasar pengukuran.
 Sejumlah cahaya ditembakkan dari sebuah

sumber cahaya menuju monokromator.


 Monokromator akan menguraikan cahaya dan

meneruskannya menuju kuvet yang berisikan


suspensi sel
Ketika cahaya melewati kuvet :
1.Cahaya akan diserap sebagian oleh partikel
tersuspensi.
2. Sebagian cahaya diteruskan.
3. Sebagian lagi menyebar ke segala arah
Jumlah cahaya yang diserap akan sebanding
dengan jumlah partikel tersuspensi
(konsentrasi sampel).
LANJUTAN

MISAL :
Menentukan jumlah biomassa mikroba menggunakan metode
turbidimetri dengan bantuan spektrofotometer
Kultur bakteri biasanya merupakan suspensi koloid yang dapat
menyerap atau memantulkan sinar yang datang.
Pada batas tertentu, sinar yang diserap atau dipantulkan oleh
suspensi bakteri berbanding lurus dengan konsentrasi sel-sel
bakteri yang terdapat di dalam kultur tersebut.
 Dalam metode turbidimetri, kemampuan kultur untuk
mengabsorbsi sinar dapat dinyatakan dalam persen sinar
yang dilalukan yaitu :
 Persen transmittance (%T) atau nilai absorbansi (A).
LANJUTAN


 KELEBIHAN METODE TURBIDIMETRI
1. Digunakan untuk mengevaluasi dengan teliti
pertumbuhan mikroba selama waktu inkubasi.
2. Tidak memerlukan media/nutrisi.
3. Tidak memerlukan tabung reaksi dan cawan
petri selama pengujian.
 KEKURANGAN METODE TURBIDIMETRI
1. Sel yang mati ikut terhitung.
2. Hanya dapat digunakan pada kultur cair.
3. Lebih spesifik untuk bakteri.

KHAMIR
Pengamatan pada khamir harus dikalibrasi berdasarkan analisis
berat kering, karena khamir memiliki berat jenis lebih besar, sehingga
lebih mudah mengalami pengendapan
 PROSEDUR
Sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet.
Lakukan pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer pada λ 420 – 650 nm.
PROSEDUR YANG DILAKUKAN
1. Analisis jumlah sel mikroba berdasarkan analisis berat
kering, dimana 10 ml sampel diambil dari media
pertumbuhan, kemudian disentrifugasi, dilakukan
penyaringan dan pencucian dengan aquades.
Selanjutnya dikeringkan pada suhu 90oC selama 24 jam.
2. Sebelumnya dibuat kurva standar dengan menggunakan
sel mikroorganisme yang sudah diketahui konsentrasi
dan berat keringnya.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

 Jika sampel yang digunakan memiliki tingkat


kepekatan sel yang padat, maka sampel harus
diencerkan, hal ini dilakukan karena pada
konsentarsi sel yang terlalu tinggi OD tidak
lagi berbanding lurus dengan konsentrasi sel.
 Pada metode turbidimetri dapat digunakan
larutan standar dengan konsentrasi sel yang
diketahui, kemudian dibuat kurva standar
berdasarkan OD yang diketahui.
PERHITUNGAN MC FARLAN
 Prinsip kerja berdasarkan kekeruhan dengan
menggunakan larutan BaCl2 dan H2SO4
 Penyimpanan Mc. Farland pada suhu 4 derajat
mampu mempertahankan selama 12 minggu.
 Akurasi larutan standard Mc. Farland dapat
diukur dalam panjang gelombang 625nm
PERHITUNGAN MASSA SEL SECARA LANGSUNG :
 b. Gravimetri
 C. Volumetri
 Gravimetri dan volumetri merupakan metode analisis
kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui
Caranya :
 menimbang berat residu (gravimetri)/mengukur volume
larutan (volumetri) setelah melalui proses pemisahan.
 Dalam bidang mikrobiologi, kedua metode ini jarang
dilakukan karena memiki tingkat kesulitan yang tinggi
sehingga membutuhkan sarana dan prasarana.
PERHITUNGAN MASSA SEL SECARA TIDAK LANGSUNG

 a. Analisis komponen sel (protein, DNA, ATP)

 b. Analisis produk katabolisme (energi, metabolisme primer,

 metabolisme sekunder)

 c. Analisis konsumsi nutrien (karbon, N, O, asam amino, mineral)


GRAVIMETRI
 Analisis gravimetri adalah cara analisis
kuantitatif berdasarkan berat konstannya.
 Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang
dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang
dianalisis dan bagian terbesar dari analisis
gravimetri ini menyangkut perubahan unsur
atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi
senyawa lain yang murni dan mantap sehingga
dapat diketahui berat tetapnya.
 Pemisahan unsur murni yang terdapat
dalam senyawa berlangsung melalui
beberapa jalan, antara lain :
a. Pengendapan.
b. Penguapan atau pengeringan.
c. Pengendapan melalui listrik.
d. Serta cara-cara fisis lainnya.
 Kelebihan cara gravimetri dari cara volumetri
adalah bahwa penyusun yang dicari dapat
diketahui pengotornya, sehingga bila diperlukan
dapat dilakukan pembetulan.
 Kekurangannya adalah membutuhkan waktu
yang lama
CONTOH SOAL
• Hitung jumlah bakteri per ml :
5 ml sampel dimasukkan ke dalam 45 ml larutan
pengencer dan 1 ml diambil dari tabung tersebut
dimasukkan ke dalam 99 ml tabung larutan lainnya.
Setelah itu dari 100 ml larutan tersebut diambil 10 ml
dan dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan 90 ml
dan diplating secara simplo masing – masing diambil
1 ml dan 0,1 ml. Hasil setelah inkubasi 250 dan 50.
Hitung jumlah mikroba dengan menggunakan metode
BAM.
 2,5 x 10-6
 Hitung jumlah spora (koloni/10 gram), jika 10
gram tepung gandum dimasukkan dalam 100
ml larutan. Setelah itu, 20 ml suspensi
diambil lalu dimasukkan dalam 90 ml
DTBPA. Lalu hasilnya dituangkan dalam 5
cawan petri secara rata, Setelah diinkubasi
masing2 koloni berjumlah 8, 4, 7, 5 dan 3.
karena itu jumlah spora flat sour dalam 10
gram sampel tsb adalah .....

Anda mungkin juga menyukai