Anda di halaman 1dari 39

Athi’ Linda Yani

PERILAKU
KEKERASAN
PERILAKU KEKERASAN

Keadaan seseorang yang menunjukan perilaku yang aktual


melakukan kekerasan ditunjukan pada diri sendiri/ orang lain
baik secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungannya
Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaan
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.
Karakteristik Perilaku Kekerasan

• Mata melotot • Menyerang


• Tangan mengepal • Meluakai diri sendiri

Fisik • Rahang mengatup • Merusak lingkungan


• Wajah memerah
Perilaku • Amuk/agresif
• Tubuh kaku

• Mengancam • Mendominasi

Verba • Mengumpat • Bawel


• Suara keras Intelektua • Sarkasme

l l
• Bicara kasar • Berdebat
• Meremehkan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Faktor predisposisi

Psikoanalisis Psikologis
Teori ini menyatakan Berdasarkan teori frustasi-
bahwa perilaku agresif agresif, agresivitas timbul
adalah merupakan sebagai hasil dari
peningkatan frustasi.
hasil dari dorongan Tujuan yang tidak tercapai
insting dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan
BIOLOGIS

• mengatur dorongan • Organ yang


dasar dan ekspresi berfungsi
emosi serta perilaku sebagai bagian
seperti makan,
agresif, dan respons Lobus pemikiran yang
Limbik seksual. Selain itu,
frontal
logis, serta
pengelolaan
mengatur sistem
informasi dan emosi dan
memori alasan berpikir

• Beberapa
• Organ yang neurotransmiter
berfungsi sebagai yang berdampak
Lobus penyimpan
memori dan Neurotra pada agresivitas
adalah serotonin
tempora melakukan nsmiter (5-HT), Dopamin,
interpretasi Norepineprin,
l pendengaran Acetylcholine, dan
GABA
Perilaku (behavioral)

Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar


mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
terhadap frustasi

Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-


anak atau godaan (seduction) orang tua memengaruhi
kepercayaan (trust) dan percaya diri (self esteem) individu

Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada


anak (child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam
keluarga memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping
Sosial kultural
Norma merupakan Budaya asertif di Ketidakmampuan
kontrol masyarakat masyarakat memenuhi
pada kekerasan. Hal membantu kebutuhan hidup,
ini mendefinisikan
individu untuk Status dalam
ekspresi perilaku
kekerasan yang berespons perkawinan, orang
diterima akan terhadap marah tua tunggal (single
menimbulkan sanksi. yang sehat parent),
Kadang kontrol sosial Pengangguran
yang sangat ketat
(strict) dapat
menghambat
ekspresi marah yang
sehat dan
menyebabkan
individu memilih cara
yang maladaptif.
Faktor Presipitasi

• Kelemahan
• Rasa percaya menurun
Internal • Takut sakit
• Hilang kontrol

• Penganiayaan fisik
Eksterna • Kehilangan orang yang
dicintai
l • Kritik
Diagnosis
Keperawatan
 Risiko mencederai diri
sendiri orang lain dan
lingkungan
berhubungan dengan
perilaku kekerasan
 Perilaku kekerasan
berhubungan dengan
harga diri rendah
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
• Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
• Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
• Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
• Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
• Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
• Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
Tindakan Keperawatan
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

• Identifikasi penyebab, • Evaluasi kegiatan


tanda dan gejala, PK latihan fisik 1 dan
yang dilakukan, akibat 2. Beri pujian
PK • Latih cara

S
• Jelaskan cara mengontrol PK
S mengontrol PK: fisik,
obat, verbal, spiritual
dengan obat
(jelaskan 6 benar:
P
• Latih cara mengontrol
P
jenis, guna, dosis,
PK fisik 1 (tarik nafas
dalam) dan 2 (pukul
frekuensi, cara,

2
kontinuitas
1
kasur atau bantal)
• Masukkan pada jadual minum obat)
kegiatan untuk latihan • Masukkan pada
fisik jadual kegiatan
untuk latihan fisik
dan minum obat
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

SP 3

SP 4

SP 5
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PADA KELUARGA
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PADA KELUARGA

1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih


pasien fisik 1, 2 dan memberikan obat, verbal dan
spiritual. Beri pujian.
SP 5 2) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian

1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam


merawat/ melatih pasien fisik 1, 2 dan
SP 6 memberikan obat, verbal dan spiritual
dan follow up. Beri pujian.
2) Nilai kemampuan merawat pasien
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal: S: (pasien dan keluarga)
Data
Pasien: O: (pasien dan keluarga)
Keluarga:
A:
Diagnosis Keperawatan
Tindakan Keperawatan P:
Pasien: P pasien:
Keluarga:
Rencana Tindak Lanjut P keluarga:
Pasien (Topik , waktu, dan tempat)
Keluarga Perawat

(namaperawat)
Jadwal kegiatan harian
Jadwal kegiatan Tanggal
27-9-17 28-9-17 29-9-17
Latihan mengontrol marah 07.00 12.00 19.00 07.00 12.00 19.00 07.00 12.00 19.00

cara fisisk 1 dengan tarik


nafas adalam

Latihan mengontrol marah


marah cara fisisk 2 dengan
memukul bantal

Keterangan :
M : Mandiri
B : Bantuan
T : Tidak melakukan
STRATEGI KOMUNIKASI

Fase Orientasi
a.    Salam Terapeutik
“Selamat  pagi  Pak.  Perkenalkan  nama  saya toni, panggil 
saja perawat toni. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00.
Saya yang akan merawat bapak  Nama Bapak siapa  dan  suka 
dipanggil  apa?  Baiklah  mulai  sekarang  saya  akan  panggil Bapak 
Jono saja, ya”
b. Evaluasi/validasi
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak Jono di sini ?
 Apakah Bapak Jono masih ingat siapa yang membawa kesini ? 
bagaimana perasaan Bapak saat ini? Saya lihat Bapak sering tampak 
marah dan kesal, sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ?”
Lanjutan...
C.Kontrak :
• Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat 
Bapak Jono marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Pak?”
•  Waktu

Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan


saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
• Tempat
Bapak senangnya kita berbicaranya dimana?Dimana saja boleh kok, 
asal Bapak merasa nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di teras ruangan ini 
saja ya,Pak”
• Tujuan
Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu 
dengan latihan fisik 1 : teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian 
untuk diri sendiri maupun orang lain.
Fase Kerja
Ada  beberapa  cara,  bagaimana  kalau  kita  belajar  1  cara  dulu? Namanya 
teknik napas dalam”
”Begini Pak,  kalau  tanda-tanda  marah  tadi  sudah   Bapak 
 rasakan, maka Bapak berdiri atau duduk dengan rileks, 
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –
lahan melalui mulut”
“Ayo Pak coba lakukan  apa  yang  saya  praktikan  tadi,  bapak  berdiri  atau 
duduk  dengan  rileks  tarik  nafas  dari  hidung,  bagus..,  tahan,  dan  tiup 
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Bapak  sudah bisa melakukannya”
“  Nah..  Bapak  Jono   tadi  telah  melakukan  latihan  teknik  relaksasi  nafas 
dalam,sebaiknya  latihan  ini Bapak lakukan  secara  rutin,  sehingga  bila 
sewaktu-waktu  rasa  marah  itu  muncul Bapak  sudah  terbiasa 
melakukannya”
Fase Terminasi
a. Evaluasi
•Subyektif
“Bagaiman  perasaan  Bapak setelah kita  berbincang-bincang 
dan melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam tadi? 
Ya...betul, dan kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”.
• Obyektif
”Coba Bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu apa 
yang  Bapak  rasakan  dan  apa  yang  akan  Bapak  lakukan  untuk 
meredakan  rasa  marah”.  Coba  tunjukan  pada  saya  cara  teknik  nafas 
dalam yang benar.
“Wah...bagus, Bapak masih ingat semua...”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan 
di tulis dalam jadwal kegiatan harian Bapak.
Lanjutan.....

c. Kontrak yang akan datang
• Topik :
“ Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 
nya saja. Masih ada cara yang bisa digunakan untuk 
mengatasi marah Bapak. Cara yang ke-2 yaitu dengan 
teknik memukul bantal .
• Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini 
besok, Bagaimana kalau 15 menit lagi saja?
• Tempat :
“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja 
lagi Pak”. “ok, Pak. 
Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik:

• Identifikasi pemimpin tim krisis


• Bentuk tim krisis.
• Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja yang
menjadi tugasnya selama penanganan klien.
• Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.
• Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien.
• Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan unhtuk kerja sama.
• Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera
mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan klien dan
timnya.
• Berikan obat jika diinstruksikan.
• Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien.
• Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.
• Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.
• Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan lingkungan.
SECLUTION

• Merupakan tindakan keperawatan yang


terakhir.
• Ada dua macam,
– Pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan
manset, sprei pengekang)
– Isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan
dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya
sendiri).
Jenis pengekangan mekanik:

• Camisoles (jaket pengekang)


• Manset untuk pergelangan tangan
• Manset untuk pergelangan kaki
• Menggunakan sprei
Indikasi pengekangan:

• Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau


orang lain
• Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan
pengobatan
• Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan
dengan penolakan klien untuk istirahat, makan, dan
minum
• Permintaan klien untuk pengendalian perilaku
eksternal. Pastikan tindakan ini telah dikaji dan
berindikasi terapeutik.
ISOLASI

• Menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana


klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri.
Tingkatan pengisolasian
• Ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai
• Ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di lantai
• Kesempatan berkomunikasi yang dibatasi
• Klien memakai pakaian RS dari kain terpal yang berat.
Indikasi penggunaan:

• Pengendalian perilaku amuk


• Reduksi stimulus lingkungan,
• Jika diminta oleh klien.
Kontraindikasi

• Kebutuhan untuk pengamatan


masalah medik
• Risiko tinggi untuk bunuh diri
• Hukuman
Evaluasi

• Mengukur apakah tujuan dan


kriteria sudah tercapai. Perawat
dapat mengobservasi perilaku
klien.
Perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang positif:

• Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien


• Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
• Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada
yang lain
• Buatlah komentar yang kritikal
• Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
• Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya
• Mampu mentoleransi rasa marahnya
• Konsep diri klien sudah meningkat
• Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai