Anda di halaman 1dari 16

DORSAL ROOT SYNDROM

Disusun oleh :
CHAIRUNNISA
71170891132

PEMBIMBING
dr. Hj.Sumarnita Tarigan,Sp.s
Rumah Sakit Haji Medan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLSM SUMATERA UTARA
2019
DORSAL ROOT

A k a r posterior (dorsal root) adalah salah satu dari dua "akar" yang muncul dari
sumsum tulang belakang. Ini muncul langsung dari sumsum tulang belakang, dan
perjalanan ke ganglion akar posterior. Serabut saraf dengan akar anterior kemudian
bergabung untuk membentuk saraf tulang belakang. Akar posterior mengirimkan
informasi sensorik, membentuk akar sensorik aferen dari saraf tulang belakang
ANATOMI
DORSAL ROOT SYDROM
DEFENISI

Dorsal Root syndrome atau gangguan radiks posterior adalah suatu kumpulan
gejala akibat kerusakan primer ganglion radiks posterior dan penjalarannya.
Degenerasi dari ganglion radiks posterior akan mengakibatkan terjadinya defisit
sensoris dengan pola multifocal.
ETIOLOGI Berdasarkan Letak Lesi

Akibat proses kompresif


Akibat proses inflammatori
 Lumbal
Akibat proses degeneratif  Servical
 Torakal
FAKTOR RESIKO

Gangguan degeneratif vertebra dan diskusintervertebralis


Usia tua
Kelainan struktur dan kompresi yang disebabkan oleh pertumbuhan
korpus alienum pada foramen vertebra
Posisi tubuh yang tidak benar seperti sering mengangkat benda berat dan
mengangkang
PATOGENESIS

Serabut sensorik dari radiks posterior disebut dermatome. Pada permukaan thorax dan abdomen,
dermatome itu selapis demi selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen
medulla spinalis C3-C4 dan T3-T12. pada permukaan lengan dan tungkai, dermatome tumpang
tindih oleh karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan menyusun
plexus dan fasikulus terlebih dahulu baru kemudian menuju lengan dan tungkai. Karena itulah
penataan lamelar dermatome C5-T2 dan L2-S3 menjadi agak kabur.
LANJUTAN

Segala sesuatunya yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan
foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang
berpangkal pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang
kawasan dermatome radiks posterior yang bersangkutan.Sebagai permulaan
hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi terberat, lainnya mengalami nasib
yang sama karena adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam
penekanan, penjepitan dan lain sebagainya. Maka nyeri radikuler akibat iritasi
terhadap radiks posterior dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
neurogenik terdiri atas nyeri yang tajam dan paraestesia.
MANIFESTASI KLINIS

NYERI PARESTHESIA HIPESTHESIA


KRITERIA DIAGNOSTIK

 Pada segmen servikal  Pada segmen lumbal


 Anamnesis  Anamnesis
 Pemeriksaan / tes  Pemeriksaan / tes khusus
khusus 1. Lasegue’s test
1. Tes provokasi 2. Tes Lasegue silang
3. Tes Naffziger
2. Tes distraksi kepala
3. Tindakan valsava
C

LASEQUE NAFFZIGER

TES
VALSAVAH
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Rontgen
 MRI/CT-Scan
 Myelografi
 Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography
PENATALAKSANAAN

 Farmakologi
 Pada pasien dengan gangguan nyeri dapat diberikan golongan obat non opioid
seperti paracetamol atau obat anti non steroid. Pasien juga dapat diberikan
obat golongan opoid seperti codein, tramadol, fentanyl atau morfin.
 Pemberian anti depresan seperti amitriptyline dapat bekerja membantu proses
toleransi nyeri. Obat-obat antikonvulsan seperti phenytoin, carbamazepine,
lamotigrindapat mengurangi nyeri pada pasien melalui efek diproses
modulasi nyeri.

 Non farmalogi
 Fisioterapi
Pada pasien dengan gangguan proprioseptif menyebabkan terjadinya ataxia dapat
dilakukan fisioterapi Untuk mencegah terjadinya ataxia yang lebih berat.

Anda mungkin juga menyukai