Anda di halaman 1dari 16

“Comparison of pyogenic spondylitis and

tuberculous spondylitis”
Pembimbing :
dr. Hj. Suginem Mudjiantoro Sp.Rad (K)

Mehdi Bennet
2013730103

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
2019
Pendahuluan

 Spondylitis pyogenic dan spondylitis tuberkulosis penyebab umum


dari infeksi spinal.
 Tuberkulosis spine terjadi 1% dari semua infeksi tuberkulosis,dan 25-
60% infeksi pada tulang dan sendi yang disebabkan oleh
tuberkulosis.
 Penting untuk membedakan spondylitis tuberkulosis dan spondylitis
pyogenic secara klinis dan radiologi
 Tujuan diskusi ini untuk menemukan gejala klinis, temuan
laboratorium, evaluasi MRI dan penatalaksaan menurut literature
terbaru.
Klasifikasi

Ada berbagai metode untuk klasifikasi infeksi spine.


 Pemeriksaan Histologi
 Lokasi anatomi primer/ rute penyebaran
Insiden

 Berbagai laporan didapatkan bahwa spondylitis pyogenic relative


jarang angka kejadian 0,15%-3,9% dari semua kasus.
 Daerah toraks dan servikal (kurang dari 10%)
 Keterlibatan tulang dan sendi berkembang sekitar 10% pada pasien
tuberkulosis
Etiologi dan Bakteriologi

 Staphylococcus aureus adalah pathogen dominan


 Streptokokus (tipe viridans dan streptokokus beta hemolitikus,
terutama kelompok A dan B)
 Organisme gram negative yang paling sering Escherichia coli,
spesies pseudomonas dan spesies proteus.
 Spondylitis tuberculosis paling sering disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.
Patogenesis dan patologi

 Infeksi spondylitis merupakan hasil dari penyebaran secara


hematogen.
 Bakteri dapat dengan mudah menyebar secara hematogen ke
daerah metaphyseal tulang vertebra
 Setelah mikroorganisme masuk infeksi menyebar
 Diskus dihancurkan oleh bakteri
Prevalensi dan manifestasi klinis
Diagnosis

 Diagnosis definitif spondylitis spinal dapat dilakukan pemeriksaan


mikroskopis atau bakteriologis, dan kultur jaringan terinfeksi. Namun
diagnosis harus dipertimbangkan dengan manifestasi klinis, temuan
radiologi, darah dan kultur jaringan dan temuan histopatologis.
Evaluasi laboratorium

 Erythrocyte sedimentation rate (ESR) , pewarnaan gram dan kultur


merupakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
diagnosis infeksi spine pyogenic.
 CRP dan ESR secara signifikan ditemukan lebih tinggi pada pasien
dengan spondylitis pyogenic dari pada spondylitis tuberous.
Evaluasi Radiologi

 Penyempitan ruang diskus pada spondylitis pyogenic


gambaran di atas menunjukkan gambaran Sagital T1 – weighted
image yang menunjukkan adanya hipointens pada korpus vertebra L4
– L5 pada spondylitis pyogenic.
 Gambaran di atas menunjukkan gambaran sagittal T2 –
weighted image yang menunjukkan gambaran isointens
pada korpus vertebra L4 – L5 dengan normal vertebra
lainnya pada spondylitis pyogenic.
Gambaran pada tuberculosa spondylitis, menunjukkan
adanya gambaran hipointens heterogen pada T1 di korpus
vertebra T8 – T9.
 Gambaran pada tuberculosa spondylitis, menunjukkan adanya
gambaran hiperintens heterogen apada T2 di korpus vertebra T8 –
T9.
Penatalaksana

 Konservatif
- Terapi antimikroba dan farmakologi
- Fisioterapi
- Imobilisasi
- Antibiotik dosis maksimal selama 6 minggu

 Pembedahan
- Pembedahan dilakuakan untuk pemeriksaan bakteriologi dan
histologi
Kesimpulan

 Spondylitis tuberkulosis dan spondylitis piogenik memerlukan


berbagai jenis tindakan klinis
 Pemeriksaan klinis dan radiologi sangat penting digunakan untuk
diferensial diagnosis
 Sebelum dilakukan pemeriksaan kultur dan patologi
 Pemeriksaan kultur dan patologi hanya dilakukan pada kondisi
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai