Anda di halaman 1dari 42

MUHAMMAD ZIKRA.

S,Ft
. Latihan penguatan fungsional dapat diartikan
sebagai latihan yang dilakukan oleh tubuh kita
guna menghasilkan suatu performance yang
lebih baik dari tipe gerakan yang kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari
Gerakan penguatan yang sering dilakukan
dalam kegiatan sehari-hari dan merupakan basic
atau dasar dapat dikategorikan dalam beberapa
kelompok, seperti: lifting, reaching, power, balance,
dan kombinasi dari yang tersebut diatas
 Latihan penguatan fungsional adalah latihan
penguatan dengan menggunakan beban dari
dalam tubuh sendiri. Namun agar dapat
memaksimalkan kontraksi dari otot tersebut
maka diperlukan beban eksternal. Dan terfokus
pada latihan beberapa otot (lebih dari satu otot
yang ikut bekerja) yang menggantikan kerja
dari otot yang diisolasi pada suatu jenis latihan
atau gerakan dan juga beberapa sendi. Selain
itu pada latihan ini juga harus
mengintegrasikan semua aspek dalam
melakukan gerakan.
Performa
Balance otot

Stabilitas FUNGSI Daya tahan


kardiopulm
onal
Mobiliti
Kordinasi fleksibiliti
NM Kontrol
 Balance  kemampuan tubuh dalam
menjaga keseimbangan statis dan dinamis
melawan gravitasi
 Performa otot adalah kapasitas kemampuan
otot dalam menghasilkan suatu power /
upaya melakukan gerakan terdiri dari
kekuatan, daya tahan dan power
 Kordinasi  adalah kemampuan untuk
ketepatan timing dan urutan dalam
menghasilkan gerakan dalam intensitas
yang sesuai
 Fleksibilitas  kemampuan melakukan
gerakan yang bebas tanpa hambatan
 Mobilitas  kemampuan dari struktur atau
segmen tubuh melakukan gerakan dalam ROM
yang penuh atau fungsional ROM baik
menyangkut jaringan kontraktil maupun
jaringan non kontrkatil
 Kontrol neuromuskuler  interaksi antara
sensoris dan motoris sistim yang
memungkinkan kerja yang sinergis dari agonis
dan antagonis dan menghasilkan gerak dengan
propeoceptic dan kinestetic yang benar
 Daya tahan kardio respirasi 
penyediaan energi yang memungkinkan
adanya gerakan dengan intensitas
rendah waktu lama
 Postural stability, postural kontrol dan
equileberum  kemampuan berubah
dari statik ke dinamis
 Stabilisasi kemampuan tubuh menjaga
posisi yang stabil dari proximal ke distal
 Prinsip I; Latihan dengan beban
lebih/over load. Dengan latihan over
load, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan kardiovaskular dan
kemampuan otot-otot skelet yang
berkembang terus.
 Prinsip II; Latihan yang khusus. Latihan
khusus ini ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan berolahraga.
Dalam cabang olah raga tertentu latihan
itu bisa disebut drill.
 Prinsip III; Latihan harus progresif.
Prinsip latihan yang progresif
menekankan atlet tersebut harus
memperpanjang latihannya secara
progresif yang dilakukan beberapa
minggu, beberapa bulan, beberapa tahun
sebelum pertandingan
 Prinsip IV; Latihan harus teratur 
seminggu minimal 3x untuk pemantapan
endurance dan pemeliharaan
penampilan keseluruhan
Prinsip VII ; Pembagian masa. Pada musim
tidak ada pertandingan latihan bersifat lebih
rendah dari pra musim, yaitu lebih kurang 2
minggu atau 3 minggu menjelang
pertandingan sehingga diarahkan kondisi
atlet sampai pada puncaknya pada hari “H”
pertandingan. Selanjutnya sesudah
pertandingan beri kesempatan untuk relax
dan latihan kembali seperti biasa (lebih
rendah).
 Prinsip VIII ;Individualitas. Prinsip
latihan meskipun dalam kondisi
pemantapan perlu diperhatikan
kecepatan kemajuan dan perkembangan
antar individu tidak sama. Untuk itu
perlu program individual walaupun
tujuannya sama yaitu meningkatkan atlet
pada kondisi prima/puncak saat
pertandingan.
 Sudah melewati fase impairment
 No pain
 Base of normal movement
 Good aligment
 Multi plane exercise
Disfungsi: Hilangnya fungsi normal dari jaringan
atau daerah. Disfungsi dapat disebabkan oleh
pemendekan adaptif dari jaringan lunak, adhesi,
kelemahan otot, atau kondisi apa pun yang
mengakibatkan hilangnya mobilitas normal.
Disfungsi sendi: kehilangan mekanik bermain
sendi normal pada sendi sinovial; umumnya
menyebabkan hilangnya fungsi dan rasa sakit.
Faktor pencetus mungkin trauma, imobilisasi,
tidak digunakan, penuaan, atau kondisi patologis
yang serius.
 Kontraktur: Pemendekan kulit yang adaptif,
fasia, otot, atau kapsul sendi yang
mencegah mobilitas atau fleksibilitas
normal dari struktur tersebut.
 Adhesi: Ketahanan abnormal serat kolagen
terhadap struktur di sekitarnya selama
imobilisasi, setelah trauma, atau sebagai
komplikasi operasi, yang membatasi
elastisitas normal dan meluncur dari
struktur yang terlibat.
 Pengendalian otot refleks: Kontraksi otot
yang berkepanjangan sebagai respon
terhadap stimulus yang menyakitkan. Lesi
penyebab nyeri utama mungkin berada di
jaringan di dekatnya atau di bawahnya,
atau mungkin merupakan sumber nyeri
yang dirujuk. Ketika tidak dirujuk, otot
yang berkontraksi berfungsi membelah
jaringan yang terluka melawan gerakan.
Penjaga berhenti ketika stimulus yang
menyakitkan hilang.
 Spasme otot intrinsik: Kontraksi otot yang
berkepanjangan sebagai respons terhadap
perubahan sirkulasi dan metabolisme lokal
yang terjadi ketika otot berada dalam keadaan
kontraksi terus menerus. Nyeri adalah akibat
dari lingkungan sirkulasi dan metabolisme
yang berubah, sehingga kontraksi otot menjadi
melanggengkan diri terlepas dari apakah lesi
primer yang menyebabkan penjagaan awal
kejang masih iritasi juga dapat menjadi respon
dari otot terhadap infeksi virus, dingin, periode
yang berkepanjangan dari imobilisasi,
ketegangan emosional, atau trauma langsung
ke otot.
 Kelemahan otot: Penurunan kekuatan
kontraksi otot. Kelemahan otot mungkin
disebabkan oleh lesi sistemik, kimiawi,
atau lokal dari saraf sistem saraf pusat
atau perifer atau sambungan mioneural.
Mungkin juga akibat penghinaan
langsung ke otot atau hanya karena tidak
aktif.
 Sindrom kompartemen myofascial:
Peningkatan tekanan interstisial dalam
kompartemen tertutup, nonexpanding,
myofascial yang mengganggu fungsi
pembuluh darah, otot, dan saraf. Ini
menghasilkan iskemia dan kehilangan otot
ireversibel jika tidak ada intervensi. Penyebab
termasuk, tetapi tidak terbatas pada, fraktur,
trauma berulang, cedera himpitan, traksi
skeletal, dan pakaian, pembungkus, atau gips
yang membatasi.
 Latihan diberikan untuk memperkuat kerja
otot otot setelah habis cidera
 Diberikan dengan beban
 Terdiri dari; isometrik, isotonik, eksentrik, dan
isokinetik
 Harus diberikan sesuai dengan kebutuhan dari
penderita
 Periode pemanasan
 Periode latihan Aerobik
1. Continus
2. Interval
3. Circuit
4. Circuit interval
 Cooling down
 Karakteristik atlit ; Umur, Karakteristik
personal, Pengalaman, Tingkatan latihan,
Tehnik, Kurangnya pemanasan, Kompetisi
yang intensif, Problem kesehatan, General
measures
 Alat dan Fasilitas; Alat pelindung, Fasilitas
olahraga, Penerangan, Kesesuaian cuaca
 Karakteristik Olahraga
 Fisioterapis olahraga berkontribusi terhadap
peningkatan kinerja seorang atlet dengan
mengevaluasi profil fisik dan performance
mereka dan mengintervensi untuk
mengoptimalkan kondisi untuk kinerja
maksimal dalam olahraga tertentu, dalam
pendekatan tim
 Memberikan program atlet untuk
mengembalikan fungsinya
 Mempersiapkan atlet untuk kembali cabang
olahraganya dengan optimal
 Mencegah munculnya cidera berulang
 Melakukan pemeliharan bagi atlet yang pernah
mengalami cidera
 Daya tahan Jantung Paru
Kesanggupan untuk melakukan kegiatan yang ringan
sampai dengan tingkat intensitas submaksimal, dengan
melibatkan kelompok otot-otot besar secara terus
menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti
 Kekuatan Otot
Kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan
satu kali kontraksi secara maksimal melawan
tahanan/beban
 Daya Tahan Otot
Kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus-
menerus pada tingkat intensitas submaksimal
 Fleksibilitas
Kemampuan sendi untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi secara maksimal
 Komposisi Tubuh
Sususnan tubuh yang digambarkan sebagai dua
komponen, yaitu : lemak tubuh dan tubuh tanpa
lemak.
Komposisi tubuh meliputi dua hal :
 Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (m)2
 Persentase lemak tubuh – Perbandingan antara
berat lemak tubuh dengan berat badan
 Komponen lainnya, antara lain :
- koordinasi
- Keseimbangan
- Kecepatan Reaksi (Reaction Time)
- Kecepatan
- Tenaga ledak (Power)
- Kelincahan (Agility)
 -Jumps adalah salah satu gerakan dasar
pelatihan plyometrik (hop and bounds)
titik penting dalam latihan plyometrik adalah
pada saat melakukan lompatan dan
mendarat dengan benar
Goal
 -Tingkatkan kekuatan eksplosif atlet
- melatih atlet agar lebih baik melakukan reaksi
pada saat melompat dan mendarat
- Agar dapat mentolerir dan menggunakan
beban peregangan yang lebih besar agar
kemampuan tubuh untuk menyimpan dan
menggunakan kembali energi secara elastis
 latihan inti yang mempersiapkan atlet untuk
sprint dengan postur tubuh adalah keselarasan
dinamis tubuh. Posisi tubuh sebelum gerakan
mendikte seberapa baik gerakan yang
dijalankan. Untuk berlari dengan efisien,
dengan menggunakan semua kelompok otot
yang diperlukan, postur yang tepat harus
dipertahankan setiap saat
 Ladder drill adalah suatu bentuk alat latihan melompat menggunakan satu atau dua
kaki dengan melompati tali yang berbentuk tangga yang diletakkan dilantai atau
tanah. Ladder drill biasa digunakan para atlet untuk meningkatkan kelincahan
maupun koordinasi. Latihan ini tidak terlepas dari kekuatan otot tungkai karena
latihan ini banyak menggunakan otot tungkai selain menggunakan otot kaki saja.

 berfokus pada gerakan cepat dan reaksi cepat. Ladder adalah salah satu bentuk
latihan fisik yang fungsinya melatih kelincahan kaki dan sinkronisasi gerak
secara seimbang. Untuk berlatih gerak ini yang dibutuhkan adalah alat berupa
tali lentur yang meyerupai anak tangga yang berukuran 50 cm x 520 cm, dengan
jarak antar bilah 50 cm, dan kemudian di letakkan pada bidang datar atau
lantai. Latihan Ladder drill membantu kita dalam improvisasi berbagai aspek
gerakan., meningkatkan keseimbangan, daya tahan otot, waktu, reaksi dan
koordinasi antara berbagai bagian tubuh, dan agar pemain dapat mengubah arah
lebih cepat, meski dalam kecepatan tinggi (saat sprint). Selain manfaat fisik, latihan
dengan alat ini juga dapat meningkatkan
sistem saraf dan kelompok otot yang terkait. Latihan menggunkaan alat ladder drill
dapat diterapkan pada semua cabang olahraga, dan karenanya telah menjadi salah
satu program pelatihan yang cukup populer di dunia olahraga
 Latihan cone drills adalah latihan dengan menggunakan benda
berbentuk kerucut sebagai patokan untuk tujuan akhir mengubah
gerakan. Dimana pada saat melakukan latihan ini memerlukan
kecepatan, power, stabilisasi, kordinasi, gerakan eksplosip yg
dapat melakukan perubahan arah secara cepat. Terdapat berbagai
macam variasi latihan cone drill, di antaranya15-yard turn drill,
20-yard square, X-pattern multi-skill, figure eights, Z-pattern run,
zigzag, Z-pattern cuts, star drill, five-cone snake drill, S-drill, V-
drill, A-movement, E-movement, H-movement dan berbagai
macam variasi latihan cone drill lainnya yang dapat dimodifikasi.
 Lari sprint atau lari jarak pendek adalah lari yang menempuh jarak antara 50 meter
sampai dengan jarak 400 m. Oleh karena itu kebutuhan utama untuk lari jarak
pendek adalah kecepatan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil
kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang diubah menjadi gerakan halus
lancer dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan
kecepatan yang tinggi. Seorang pelari jarak pendek (sprinter) yang potensial bila
dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot persentase serabut otot cepat (fast
twitch) lebih besar atau tinggi dengan kemampuan sampai 40 kali perdetik dalam
vitro dibanding dengan serabut otot lambat (slow twitch) dengan kemampuan
sampai 10 kali perdetik dalam vitro. Oleh karena itu seorang pelari jarak pendek
itu dilahirkan /bakat bukan dibuat. Suatu analisis struktural prestasi lari jarak
pendek dan kebutuhan latihan dan pembelajaran untuk memperbaiki harus dilihat
sebagai suatu kombinasi yang kompleks dari proses-proses biomekanika,
biomotor, dan energetic. Lari jarak pendek bisa dilihat dari tahap-tahap berlari
terdiri dari beberapa tahap yaitu :
 tahap reaksi dan dorongan (reaction dan drive)
 tahap percepatan (acceleration)
 tahap transisi/perubahan (transition)
 tahap kecepatan maksimum (speed maximum)
 tahap pemeliharaan kecepatan (maintenance speed)
 finish Tujuan lari jarak pendek adalah untuk memaksimalkan kecepatan
horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan.
 Kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah
langkah persatuan waktu). Oleh karena itu, seorang pelari jarak pendek harus
dapat meningkatkan satu atau kedua-duanya.
 Fisioterapis menangani gerak dan fungsi
 Terapi latihan adalah seperti obat yang
membutuhkan resep
 Perlu dibuat disain latihan yang tepat
 Untuk pengembalian fungsi dilakukan latihan
fungsional
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai