Pembimbing :
dr. Suko Basuki, M.kes, Sp.An, FiPM
Disusun oleh :
M. Dony Hermawan J510185089
Moch. Iqbal Maulana J510185110
Fairuz Majid J510185115
K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U A N E S T E S I D A N R E A N I M A S I
RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FA K U LTA S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA
2019
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. G
Usia : 56 tahun
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 168 cm
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Letjend S. Parman
Tangal masuk RS : 9 januari 2019
Tanggal Pemeriksaan : 10 januari 2019
Tanggal Operasi : 10 januari 2019
No. CM : 4198 XX
ANAMNESA
Keluhan utama
Nyeri pangkal paha kanan dan tidak bisa berjalan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kontrol ke Poli Orthopedi RSUD DR Harjono Ponorogo tanggal
9Januari 2019 dengan keluhan nyeri pangkal paha kanan dan tidak bisa berjalan sejak 2
bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus dan bertambah apabila tungkai
digerakkan. Pasien masih bisa merasakan sentuhan di kaki kanan. 2 bulan lalu pasien
masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Pasien mengaku terjatuh dari sepeda
motor. Mekanisme kecelakaan tersebut tidak diketahui pasien dengan baik. Pada saat
itu pasien sudah mengeluhkan nyeri pada kedua kakinya dan tidak bisa berjalan. Pasien
saat itu mendapatkan tindakan operasi di RSUD DR Harjono Ponorogo pada kaki kiri,
namun belum dilakukan operasi pada kaki kanan pasien waktu itu dan direncanakan
untuk operasi kembali pada kaki kanan bulan ini.
Pasien sempat kejang 1x di Rumah Sakit 1 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat
epilepsy kurang lebih 1 tahun yang lalu, kontrol rutin, namun semenjak operasi yang
pertama pasien tidak kontrol di poli syaraf dan tidak mengkonsumsi obat anti
apilepsinya.
Keluhan tidak disertai dengan pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK
dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat kejang : diakui, pasien memiliki riwayat epilepsy namun 2 bulan
setelah kecelakaan tidak kontrol poli syaraf dan tidak
minum obat anti-epilesinya
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat operasi : diakui, operasi pada paha kiri 2 bulan lalu
Riwayat kelainan darah : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Anamnesis Sistem
Cerebrospinal : kejang (+) satu hari lalu, nyeri kepala (-), pusing (-)
Cardiovascular : akral dingin (-), sianosis (-)
Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)
Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), sulit BAB (-)
Musculoskletal : nyeri gerak (+), atrofi (-)
Integumentum : gatal (-), ruam (-)
Urogenital : dysuria (-), hematuria (-), sulit BAK (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernafasan : 20 x/menit
SPO2 : 99%
BB : 50 kg
TB : 168 cm
ASA : III
Kepala
Kepala : Mesocephal ; jejas ( - )
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
reflek cahaya (+/+)
Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, sekret (-/-)
Hidung : Tidak ada deviasi septum, sekret (-/-)
Mulut dan gigi : Tidak ada pembesaran tonsil, karies (+)
Leher : Trakea ditengah, tidak ada pembesaran kelanjar tiroid dan
kelenjar getah bening, JVP tidak meningkat.
Thorax
Cor : Suara jantung S1 > S2 reguler, gallop (-), murmur (-), ictus cordis ( - ), tidak kuat
angkat.
Pulmo : Suara paru vesikuler; ronkhi -/- ; wheezing -/-Simetris kanan dan kiri
Tidak ada retraksi
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, supel, distensi ( - )
Palpasi : masa (-), hepar dan lien tidak ada kelainan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstermitas
Akral dingin : -/- I -/-
Edema : -/- I -/-
Sianosis : -/- I -/-
Capillary refill : <2”/<2” I <2”/<2”
Pemeriksaan turgor kulit : baik
Status lokalis
Regio : Femur Dextra
Inspeksi : Terbalut bandage dan terpasang skin traksi, deformitas (-),
rembes darah (-),
Palpasi : Nyeri takan (+), CRT <2”, pulasasi a. tibialis (+),
sensibilitas (dbn)
ROM : Terbatas (+), Nyeri gerak (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium (Tanggal 10 Januari 2019)
KESAN ANESTESI
• Laki-laki56 tahunmenderitaClose Fraktur Collum Femur Dextra dengan ASA III
PENATALAKSANAAN
• Intravena fluid drip (IVFD) RL 20 tpm
• Pro Hemiarthroplasty
• Informed Consent Operasi
• Konsul ke Bagian Anestesi
• Informed Consent Pembiusan
• Dilakukan operasi dengan general anestesi dengan status ASA III
KESIMPULAN
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka :
• Diagnosis pre operatif : Close Fraktur Collum Femur Dextra
• Status Operatif : ASA III
• Jenis Operasi : Hemiarthroplasty
• Jenis Anastesi : General Anastesi
STATUS ANESTESI
Persiapan Alat Peralatan Anestesi Umum
(S) : Stetoskop, laringoskop
(T) : Endotracheal Tube
(A) : Oral airway (Guedel)
(T) : Plester
(I) : Mandrin/Stilet (pada pasien ini tidak dipakai)
(C) : Connector
(S) : Suction
Balon/pump
Mesin anestesi
EKG monitor
Sfigmomanometer digital
Oksimeter/saturasi
Infuse set
Spuit 10cc
Gel
Sungkup muka
Persiapan Obat
• Antiemetik : Ondansetron
• Analgetik : Fentanil, Petidine, Ketamin
• Gasinhalasi : Sevoflurane, N2O, O2
• Obat emergency : Propofol, Neostigmin, Atracurium Besylate, Sulfas Atropine, Efedrin
• Sedasi : Propofol, Midazolam, Ketamin
• Pelumpuh Otot : Atracurium Besylate
• Analgetik post op : Ketorolac, Petidine
• Diagnosis pre operasi : Close Fraktur Collum Femur Dextra
• Diagnosis post operasi : Close Fraktur Collum Femur Dextrauu
• Jenis operasi : Hemiarthroplasty
• Rencana teknik anestesi : General anestesi
• Status fisik : ASA III
• Premedikasi dengan :Sulfas Atropine
Diagnosis pre operasi : Close Fraktur Collum Femur Dextra
Inhalasi
• O22 liter/menit
• N2O 2 liter/menit
• Sevoflurane MAC 2-3%
Intravena:
• Fentanyl
• Propofol
• Atracurium
Pernapasan : Kendali
Posisi : LLD
11.20 WIB Induksi Anestesi dimulai dengan pemberian Fentanilsebagai Analgetik secara
intravenasebanyak 1-2 ug/KgBB
11.22 WIB Pasien diberikan Propofol secara perlahan sebagai Sedatif melalui intravena sebanyak 2-2,5
mg/KgBB
11.25 WIB Pasien diberikan Atracurium Besylate 0,5-1 mg/KgBB sebagai pelemas otot untuk
merelaksasikan pernapasan,Pemasangan Endotracheal Tube agar pasien dapat dianestesi
sekaligus bernapas dengan adekuat.
11.28 WIB Pasien disungkup dengan sungkup muka yang telah terpasang pada mesin anestesi yang
menghantarkan gas (Sevofluran) dengan ukuran 6-8 vol% bersamaan dengan O26
liter/menit dari mesin ke jalan napas pasien dengan melakukan bagging selama kurang lebih
3 menit untuk menekan pengembangan paru dan juga menunggu kerja dari pelemas otot
sehingga mempermudah dilakukan pemasangan Endotracheal Tube.
11.33 WIB Setelah pasien diintubasi dengan menggunakan Endotracheal Tube, maka dialirkan
Sevofluran 1-2 vol% bersamaan dengan O2 2 liter/ menit serta N2O 2 liter / menit. Ventilasi
dilakukan dengan kendali mesin dengan frekuensi 12 x/menit. Setelah beberapa saat setelah
induksi, tekanan darah pasien mulai turun oleh karena obat-obat induksi ini menandakan
anestesi yang dijalankan sudah dalam.
11.45 WIB Operasi dimulai
13.15 WIB Operasi selesai dengan tekanan darah 110/70mmHg, nadi 90 dan saturasi
oksigen 100%. Kondisi terkontrol.
13.16 WIB Diberikan neostigmine 0,06 mg/kgBB untuk me-reverse pasien yang telah
mendapat pelumpuh otot non depolarisasi. Efek muskarinik yang ditimbulkan
(bradikardi) dinetralisir dengan obat antikolinergik yaitu sulfas atropin
13.20 WIB Pemeliharaan inhalasi pasien. Pernafasan pasien mulai spontan, sistem ventilasi
kendali diubah menjadi sistem ventilasi spontan. Ventilasi spontan sudah
adekuat, aliran sevoflurane dimatikan, dilakukan oksigenasi dengan O26
liter/menit. Kemudian dilakukan suction untuk mengeluarkan saliva, setelah itu
ekstubasi Endotracheal Tubedan digantikan dengan sungkup muka.
12.25 WIB Pasien sadar dipindahkan ke ruang pemulihan dan dipasang kanul oksigen.
Terapi Cairan
• BB : 50 kg
• EBV : 70cc (laki-laki) /kgBB =70cc x 50 = 3500 cc
• Jumlah perdarahan :
• Puasa: 2-3cc / KgBB/ jam= 2cc x 50 x 8= 800cc
• Perdarahan: 2-4 cc x jumlah perdarahan (kasa + vol. suction tube)
= 2 x {(8 kasa x20) + 1000cc}
= 2 x 1160c
= 2320cc
• Luas Operasi: Besar ( 8 x BB x lama operasi)
= 8 x 50 x 1,5 jam
= 600 cc
• Total Perdarahan: 800 + 2320 + 600 = 3720 cc
• Urine 350 cc
Kebutuhan cairan :
• Maintenance = 2 x 50= 100 cc
• Stress operasi = 6 x 50 = 300 cc
• Defisit puasa = 6 x 100 = 600 cc
Total kebutuhan cairan durante operasi
• Jam I : M + SO + ½ DP = 100 + 300+300 = 700 cc
• Jam II : M + SO + ¼ DP = 100 + 300+150= 550 cc
Pemberian cairan
Perdarahan : 3720 cc
Warna Merah muda (pink) tanpa O2, SaO2> Pucat atau kehitaman perlu O2 agar Sianosis dengan O2 SaO2 tetap < 90%
92 % SaO2> 90%
Respirasi Dapat napas dalam, Batuk Napas dangkal Apnu atau obstruksi
Sesak napas
• Mekanisme terjadinya fracture collum femur biasanya terjadi akibat jatuh, tetapi pada
orang yang menderita osteoporosis, kecelakaan yang sangat ringan sekalipun sudah dapat
menyebabkan fraktur, mislanya akibat kaki yang tersandung karpet dan menyebabkan sendi
panggul mengalami exorotasi
DIAGNOSIS
• Anamnesis
– terdapat riwayat jatuh
– berusia lanjut dengan riwayat jatuh dan ketidak mampuan untuk berjalan
• Pemeriksaan Fisik
– Inspeksi: gejala klasik pasien dengan displaced fraktur adalah ekstremitas yang
memendek dan dari luar tampak terputar, edema, deformitas
– Palpasi: adalah nyeri tekan tulang setempat
– ROM: flexi, extensi, abduksi, adduksi, endorotasi serta eksternarotasi hip joint terbatas,
nyeri gerak
• Pemeriksaan Penunjang
• Foto X-ray AP Lateral pelvis: Adanya formasi tulang periosteal, sklerosis, kalus,
atau garis fraktur memberi petunjuk terjadinya stress fracture
TATALAKSANA
• Operatif: Hemiarthroplasty
• Konservatif: Skin Traksi
• Medikamentosa: NSAID
KOMPLIKASI
• Komplikasi Umum: Karena proses imobilisasi yang lama dapat terjadi deep vein thrombosis,
emboli pulmonal, pneumonia, dan ulkus decubitus
• Nekrosis Avaskular
• Non-Union
• Osteoartritis
PROGNOSIS
• Diagnosis dan penatalaksanaan awal yang tepat dapat mencegah terjadinya
displaced pada fraktur dan memperbaiki prognosis yang akan terjadi.
• Anestesi umum ialah suatu keadaan
yang ditandai dengan hilangnya
Definisi persepsi terhadap semua sensasi
Anestesi akibat induksi obat. Anestetik umum
ditandai dengan analgesia, amnesia,
Umum hilangnya kesadaran, hambatan
sensorik, diikuti dengan hilangnya
refleks dan relaksasi otot rangka.
Persiapan Tanyakan kepada pasien riwayat operasi dan anestesi yang terdahulu,
penyakit serius yang pernah dialami, juga tanyakan mengenai malaria,
Pasien penyakit kuning, hemoglobinopati, penyakit kardiovaskuler atau penyakit
Sebelum sistem pernapasan.
Operasi
Apakah pasien memakan obat tertentu secara teratur? Obat obatan
yang berbubungan secara nyata dengan anestesi adalah obat
antidiabetik, antikoagulan, antibiotika, kortikosteroid dan antihipertensi,
dimana dua obat terakhir harus diteruskan selama anestesi dan operasi,
tetapi obat-obat lainnya harus dimodifikasi seperlunya.
Indikasi :
• Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)
• Keadaan umum baik (ASA I – II)
• Lambung harus kosong
Prosedur :
• Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
• Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)
• Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat penenang)
• Inhalasi : Sungkup haruslah menutup wajah pasien dengan rapat selagi manuver jalan nafas
dilakukan. Hal ini lebih mudah dilakukan oleh 2 orang, namun dapat dilakukan dengan 1
tangan.
Pemeliharaan
Keadaan relaksasi bisa terjadi pada anestesi yang dalam, sehingga bila kurang
relaksasi salah satu usaha untuk membuat lebih relaksasi adalah dengan
mendalamkan anestesi, yaitu dengan cara menambah dosis obat.
ada tehnik tertentu agar tercapai trias anestesi pada kedalaman yang ringan,
yaitu penderita dibuat tidur dengan obat hipnotik, analgesinya menggunakan
analgetik kuat, relaksasinya menggunakan pelemas otot (muscle relaxant) tehnik
ini disebut balance anestesi.
Stadium anastesi
Stadium I
• Disebut juga stadium analgesi atau stadium disorientasi. Dimulai sejak diberikan
anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini operasi kecil bisa dilakukan.
Stadium II
• Disebut juga stadium delirium atau stadium exitasi. Dimulai dari hilangnya
kesadaran sampai nafas teratur. Dalam stadium ini penderita bisa meronta ronta,
pernafasan irregular, pupil melebar, refleks cahaya positif gerakan bola mata tidak
teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi, reflex fisiologi masih ada, dapat terjadi
batuk atau muntah, kadang-kadang kencing atau defekasi. Stadium ini diakhiri
dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata dan selanjutnya nafas menjadi
teratur.
Stadium III
Hal yang perlu diperhatikan ketamin memiliki dua stereoisomer, yag mana S
lebih poten dan memiliki efek samping tidak
diinginkan yang lebih sedikit, jarang digunakan
sebagai pemeliharaan IV karena recovery yang
tidak menyenangkan.
Phenol : Propofol (2,6 di-isopropylphenol)
Pada pasien yang dianestesi dengan respirasi spontan tanpa menggunakan pipa
endotrakeal maka tinggal menunggu sadarnya penderita
1. Kesadaran:
2
Sadar penuh
1
Bangun bila dipanggil
0
Tidak ada respon
2. Respirasi:
2
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk
1
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan
0
Apnoe
3. Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi
2
Perbedaan +- 20
1
Perbedaan +- 50
0
Perbedaan lebih dari 50
4. Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:
2
4 ekstremitas
1
2 ekstremitas
0
Tidak dapat
5. Warna kulit
2
Normal
1
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik
0
Cyanotic
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini, pasien seorang laki-laki usia 56 tahun dilakukan operasi hemiarthroplasty pada
fraktur collum femur dextra dengan menggunakan general anestesi. Anestesi general dipilih
sebagai teknik anestesi yang dipakai pada kasus ini karena pasien memiliki riwayat epilepsy.
• Premedikasi pada pasien ini dilakukan tindakan pemberian sulfas atropine 0,6 mg IV untuk
mengurangi sekresi kelenjar faring dan bronchial. Induksi anestesi yang diberikan dimulai
dengan pemberian Fentanil sebagai Analgetik secara intravenasebanyak 1-2 ug/KgBB.
• Pasien diberikan Propofol secara perlahan sebagai Sedatif melalui intravena sebanyak 2-2,5
mg/KgBB. Selanjutnya pasien diberikan Atracurium Besylate 0,5-1 mg/KgBB sebagai pelemas otot
untuk merelaksasikan pernapasan
• Pemasangan Endotracheal Tube agar pasien dapat dianestesi sekaligus bernapas dengan adekuat.
Anestesi inhalasi dengan O2 2lpm, N2O 2 lpm dan sevoflurane MAC 2-3% sebagai
maintenance.
• Jumlah cairan yang dibutuhkan pada operasi yang berlangsung selama kurang lebih 90 menit
sebesar 5320 cc dengan jumlah kebutuhan cairan durante operasi 1250 cc, jumlah perdarahan
3720 cc dan volume urin keluar 350cc. Terapi cairan yang diberikan adalah ringer laktat 3000cc,
Koloid 500 cc.
• Setelah anestesi selesai dan keadaan umum serta tanda vital baik, pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan (Monitor tanda vital)
KESIMPULAN
• Pada pasien ini dipilih general anestesi dengan teknik intubasi endotracheal karena pasien
memiliki riwayat epilepsy sehingga pada saat operasi berlangsung relatif lebih aman
menggunakan general anestesi.
• Obat-obatan yang digunakan dalam operasi ini merupakan obat-obat yang dianggap rasional
dengan efek yang paling optimal yang bisa diberikan pada pasien ini.