Anda di halaman 1dari 12

PANDANGAN MAHASISWA

TERHADAP ABORSI
• Nicholas Chaidir (1751030)
• Kathleen Leoni (1751011)
• Felive Ran Duvan Coberlino Pasaribu (1751057)
• Gabriella Romauli N. Hutagaol (1751041)
APAITU ABORSI ?

• Pengertian Aborsi
• Pengertian aborsi dalam bahasa Latin dinamakan abortus atau gugur
kandunganadalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
menginjak waktu 20 minggu yang akhirnya mengakibatkan terjadinya
kematian pada janin. Apabila janin lahir dengan selamat atau hidup
sebelum kehamilan 38 minggu namun setelah melewati 20 minggu masa
kehamilan, maka ini disebut sebagai kelahiran prematur.
• Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
• Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau usia kehamilan sebelum 20 minggu (terakhir
oleh WHO/FIGO tahun 1998 adalah sebelum 22 minggu)
JENIS-JENIS ABORSI
• Abortus spontanea
• Pengertian abortus spontanea adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan,
dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
• Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.
• Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus.
• Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
• Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
SEJARAH ABORSI
• Aborsi berasal dari istilah Latin Abortus provocatus yang berarti dengan
sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita
hamil. Karena itu, abortus provocatus harus dibedakan dari abortus
spontaneus yang berarti keguguran. Sepanjang sejarah aborsi bukan hanya
diartikan sebagai penguguran kandungan tapi
juga infanticide (pembunuhan anak kecil) ditemukan diberbagai tempat
dan kebudayaan.
• Filsuf yang menentang tindakan aborsi adalah pengikut Pythagoras (582-496
SM) menurut mereka, nyawa manusia sudah masuk sejak pembuahaan,
kapanpun aborsi dilakukan itu berarti penghilangan nyawa makhluk hidup.
Hippocrates (460-370 SM) juga menolak metode aborsi karena berbahaya
karena kandungan racun selain bisa membunuh janin juga dapat
membahayakan ibunya. Hal ini juga terdapat dalam sumpahnya yang
menjadi sumpah kedokteran hingga kini “ Aku tidak akan memberikan obat-
obatan yang mematikan , meskipun diminta dan memberikan nasehat
seperti itu. Dengan cara yang sama aku juga tidak akan memberikan obat-
obatan kepada perempuan yang mengakibatkan aborsi”.
ALASAN UNTUK MELAKUKAN
TINDAKAN ABORSI

• Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
• Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
• Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
• Kehamilan di luar nikah.
• Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
• Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
• Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
• Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
TANGGAPAN PEMERINTAH
• Atas dasar alasan untuk melindungi Ibu dan bayi, maka keluarlah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 61/2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang
langsung di tanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam PP itu ada juga mengatur tentang korban kekerasan seksual dan
penanganan dampaknya.
• Lebih lanjut dalam PP itu disebutkan, aborsi bisa dilakukan oleh perempuan
dengan alasan darurat medis maupun alasan perkosaan yang
menyebabkan trauma. Namun, tindakan aborsi akibat perkosaan ini hanya
dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat
puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
• “Dalam PP nomor 61/2014 tersebut memang diatur kejadian kehamilan
karena hal-hal yang tidak diinginkan, khususnya perkosaan yang memang
harus diakhiri kehamilannya karena pertimbangan ibu dan anak. Ini yang
harus dipahami, jadi bukan melegalkan aborsinya. Karena pasal tersebut
juga mengatur tentang hal-hal apa saja yang harus dipatuhi sebelum
memutuskan untuk melakukan aborsi,” kata drm Anung Sugihantono di
Jakarta, Selasa (12/8), dilansir Beritsatu.
• Korban perkosaan diperbolehkan melakukan aborsi gugurkan janin dalam
kandungan adalah merupakan salah satu dari isi PP No 61 Tahun
2014 mengenai kesehatan reproduksi wanita. Aborsi atau abortus adalah
adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin.
RESIKO ABORSI
• Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap
kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis berikut merupakan resiko
kesehatan dan resiko gangguan psikologis pada wanita yang melakukan
aborsi
RESIKO KESEHATAN
• Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
• Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
• Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
• Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
• Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
• Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
• Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
• Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
• Kanker hati (Liver Cancer).
• Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan
pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
• Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
• Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
• Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
RESIKO PSIKOLOGIS
• Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai