Anda di halaman 1dari 51

MMRS, 2019

KODE ETIK RUMAH SAKIT


&
PRINSIP-2 ETIKA BISNIS
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
• Terdiri dari :
 Mukadimah
 Isi terdiri dari 23 pasal yang terbagi dalam 6 bab, yaitu :
• Bab I : kewajiban umum Rumah Sakit;
• Bab II : kewajiban Rumah Sakit terhadap masyarakat &
lingkungan;
• Bab III : kewajiban RS terhadap pasien;
• Bab IV : kewajiban RS thd Pimpinan, Staf & Karyawan;
• Bab V : Hubungan RS dengan lembaga terkait;
• Bab VI : Lain-lain
MUKADIMAH
KODERSI memuat rangkuman nilai-2 dan norma-2
perumahsakitan sbg pedoman “Moral” bagi
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di
Indonesia.

Nilai-nilai dasar perumahsakitan al:


Kemurnian rasa kasih sayang;
Kesadaran sosial dan naluri utk saling tolong-menolong
diantara sesama manusia;
Semangat keagamaan yg tinggi dlm kehidupan umat
manusia.
 Perlu dipertahankan kemurniannya.
RS bukan sekedar “unit sosio-ekonomi” yg majemuk.
Azas perumahsakitan Indonesia : Pancasila dan UUD 1945.
Kewajiban Umum RS
(Pasal 1 – 5)
1. RS harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI);
2. RS harus dpt mengawasi serta bertanggungjawab thd semua
kejadian di RS. (termasuk KTD dr dokter tamu  kasus : Sp.OG
mbrk anestesi sendiri, pasien mati).
3. RS hrs mengutamakan pelayanan yg baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya. (anak 5
tahun dengan tumor paha, post op cardiac arrest  vegetatif 
MBO, pasien membayar biaya perawatan ICU).
4. RS hrs memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun non
medik secara baik.
5. RS hrs mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
 Pasal 2, 3 & 4 tercantum dalam UU No.44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
• Pelanggaran terhadap pasal 2, 3 dan/atau 4 menjadi
pelanggaran etikolegal.
Kewajiban RS thd Masyarakat & Lingkungan
(Pasal 6 – 8)
6. RS hrs jujur dan terbuka, peka thd saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya
menjangkau diluar RS.
7. RS hrs senantiasa menyesuaikan kebijakan
pelayanannya pd harapan & kebutuhan masyarakat
setempat (primer, sekunder, tertiair).
8. RS dlm menjalankan operasionalnya bertanggung
jawab thd lingkungan agar tidak terjadi
pencemaran yg merugikan masyarakat.
Kewajiban RS thd Pasien
( pasal 9 – 12 )

9. RS harus mengindahkan hak-hak asasi pasien;


10. RS harus memberikan penjelasan apa yg diderita pasien,
dan tindakan apa yg hendak dilakukan.
11. RS harus meminta persetujuan pasien (informed
consent) sebelum melakukan tindakan medik.
12. RS berkewajiban melindungi pasien dari
penyalahgunaan teknologi kedokteran. (Indikasi
pemeriksaan penunjang dan terapi harus jelas 
melakukan praktik melebihi kebutuhan medis  tindak
pidana)
Kewajiban RS thd Pimpinan, Staf, dan
Karyawan (pasal 13- 18)
13. RS hrs menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya
senantiasa mematuhi etika profesi masing-
masing.(KODEKI, kode etik perawat, etika bisnis, dll).
14. RS hrs mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat,
dan tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma, dan standar
ketenagaan.
15. RS harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yg
baik antara seluruh tenaga di RS dpt terpelihara.
Kewajiban RS thd Pimpinan, Staf &
Karyawan (pasal 16 – 18)
16. RS harus memberi kesempatan kpd seluruh tenaga RS
utk meningkatkan dan menambah Ilmu Pengetahuan
serta keterampilannya.
17. RS harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan
dilakukan berdasarkan standar profesi yang berlaku
(IDI, PPNI, IBI).
18. RS berkewajiban memberi kesejahteraan kepada
karyawan dan menjaga keselamatan kerja sesuai
dengan peraturan yg berlaku (hukum
ketenagakerjaan).
Kewajiban RS dg Lembaga Terkait
( pasal 19 – 22)
19. RS harus memelihara hubungan yg baik dengan pemilik
berdasarkan nilai-2, dan etika yg berlaku di
masyarakat Indonesia;
20. RS harus memelihara hubungan yg baik antar RS dan
menghindarkan persaingan yg tidak sehat (etika bisnis
 prevensi : “boutique hospital”).
21. RS harus menggalang kerjasama yg baik dg instansi
atau badan lain yg bergerak di bidang kesehatan.
22. RS hrs berusaha membantu kegiatan pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian dlm bidang Ilmu
Pengetahuan dan teknologi kedokteran dan
kesehatan. (etika penelitian ?)
Bab VI: lain-lain
(pasal 23)
RS dlm melakukan promosi pemasaran hrs bersifat
informatif, tidak komparatif, berpijak pd dasar yg
nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia.
Nilai-nilai yg terkandung dlm KODERSI ini merupakan
nilai-nilai etik yg identik dg nilai-2 akhlak atau moral,
yg mutlak diperlukan guna melandasi dan menunjang
berlakunya nilai-nilai atau kaidah-2 lainnya dlm bidang
perumahsakitan, seperti perundang-undangan, hukum
dsb, guna tercapainya pemberian pelayanan kesehatan
oleh RS yg baik, bermutu, dan profesional.
KASUS
• Berita dikutip dari Kompas.com :
2 polisi, sopir bajaj, dan sopir angkot yg dinaiki Icha
membawanya ke RS Pluit. Tapi pihak RS tidak mau
melakukan tindakan operasi, karena pihak keluarga tidak
memiliki dana 12 juta rupiah saat itu, seperti yg diminta
pihak RS. Icha akhirnya dibawa ke di RS Koja. Kemudian
korban dirawat hingga akhirnya meninggal Minggu
(10/2/2013) sekitar pk.03.30 WIB di RS Koja…….
• Sebelumnya juga ada kasus bocah umur 7 tahun bernama
Ayu Tria di RS Harapan Kita yg seharusnya masuk ICU
tetapi ruangan ICU dipakai syuting sinetron Love in Paris,
sehingga akhirnya pasien meninggal.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

MMRS 2017
PENDAHULUAN
• Dg adanya RS yang berbentuk PT, tidak dapat
dipungkiri adanya “nuansa” bisnis dalam
penyelenggaraan RS.
• Pengaturan dalam pengelolaan bisnis tidak hanya
mengatur bagaimana bisnis dapat memperoleh
kemajuan dan keuntungan saja.
• Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana tujuan
itu harus dicapai tanpa merugikan pihak lain (tidak
menghalalkan segala cara).
• Oki, perlu ada acuan dalam melaksanakan bisnis
yang harusnya berlandaskan prinsip-2 etika bisnis.
Prinsip-prinsip etika bisnis
• Beberapa prinsip etika bisnis antara lain :
1. Prinsip Otonomi
2. Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Keadilan
4. Prinsip Saling Menguntungkan
5. Prinsip Tidak Berniat Jahat/ Prinsip Integritas
Moral
6. Prinsip Hormat pada Diri Sendiri
• Bandingkan dengan asas-asas etika medis :
1. Beneficence
2. Non mal-eficence
3. Otonomi dan
4. Justice.
Prinsip Otonomi
• Merupakan sikap dan kemampuan manusia utk
mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik utk dilakukan.
Oki, seorang Direktur RS harus menjalankan RS
sbg perusahaan yang bebas memiliki
kewenangan dalam pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan visi dan misi yang dipunyainya
dengan menjunjung tinggi KODERSI (nilai-nilai
dasar perumahsakitan) yaitu :
Kemurnian rasa kasih sayang;
Kesadaran sosial dan naluri utk saling tolong-
menolong diantara sesama manusia;
Semangat keagamaan yg tinggi dlm kehidupan umat
manusia.
Prinsip Kejujuran
• Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar
dalam mendukung keberhasilan kinerja RS sbg
perusahaan.
• Ada 3 lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara transparan dan didasarkan atas kejujuran, yaitu :
1. Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak (Informed consent).
2. Kejujuran dlm penawaran jasa dengan mutu dan harga
yg sebanding (kualitas tenaga kesehatan yg
memberikan pelayanan  kredensial).
3. Jujur dalam hubungan kerja intern dalam perusahaan
(kewenangan masing-masing tenaga kesehatan).
Prinsip Keadilan

• Prinsip ini menuntut agar setiap orang


diperlakukan secara sama sesuai dg aturan yg
adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif,
serta dapat dipertanggungjawabkan.
• Dalam penyelenggaraan RS prinsip ini
diwujudkan dengan bekerja sesuai standar
profesi, standar pelayanan medis dan standar
prosedur operasional, yang berlaku sama pada
pasien dari semua strata sosial maupun kelas
perawatan.
Prinsip saling menguntungkan
(Mutual Benefit Principle)
• Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak.
• Dalam bisnis RS, RS untung, pasien juga untung.
• Keuntungan pasien : sembuh tanpa penyulit (cacat),
mis. Terhindar dari tindakan tenakes yang tidak
profesional, tidak mengalami infeksi nosokomial, dsb.
• Keuntungan RS : dapat memberikan kesejahteraan yang
memadai utk seluruh jajaran RS, dapat memelihara
performance gedung, penyediaan peralatan medis yang
optimal, dsb.
• Jangan sampai terjadi : RS maju, untung, tetapi pasien
mengalami penyulit, mis. fistel post op, anaphylactic
shock, dsb.
• Contoh : RS memperoleh keuntungan 400 juta per
bulan, tetapi ruang rawat inap tidak standar.
Prinsip Tidak Berbuat Jahat
(prinsip Integritas Moral)
• Perlu penghayatan dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan.
• Tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis harus
mengacu kepada kepentingan masyarakat umum dan
menjaga nama baik semua jajaran karyawan maupun
perusahaan.
• Setiap pelaku bisnis harus mengutamakan tujuan yang
baik dan positif, tidak sedikitpun terlintas niat jahat
yang dapat merugikan masyarakat penerima jasa
karena mengharapkan keuntungan diri sendiri.
• Niat jahat akan merusak nama baik perusahaan.
• Contoh : karena harus membayar angsuran Bank,
pasien tidak ada kelainan dilakukan operasi cyste
ovarium.
Prinsip Hormat pada diri sendiri
• Prinsip ini harus dijunjung tinggi oleh manajer RS
untuk mempertahankan harkat dan martabat
pelayanan kesehatan.
• Jika bisnis memberikan kontribusi yang
menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat
memberikan respons yang sama.
• Demikian juga RS sbg bisnis. Jika manajemen RS
ingin memberikan respek kehormatan thd
perusahaan (RS), maka lakukan respek terhadap
semua pihak yang berkepentingan.
• Contoh : bila manajer RS + team worknya memiliki
falsafah kerja yang ber-orientasikan “patient safety”
serta memberikan kepuasan pasien sbg pelanggan,
maka pasien akan menjadi pelanggan yang fanatik
kepada RS tsb.
Profesionalisme Direktur RS sbg Pelaku
Bisnis
• Ciri-ciri orang yang profesional :
 selalu memiliki komitmen pribadi yang tinggi, serius
dalam menjalankan pekerjaannya dan bertanggung
jawab atas pekerjaannya agar tidak merugikan pihak-
pihak yang memberikan kepercayaan kepadanya,
 Menjalankan pekerjaannya secara tuntas dengan hasil
yang sangat baik dan mutu yang tinggi karena
komitmen dan tanggung jawab moral pribadinya.
• Citra negatif akan timbul, ketika pelaku bisnis hanya
mengejar keuntungan yang tinggi, tanpa mempedulikan
pihak-pihak lain yang merasa dirugikan.
• Maka direktur RS yang profesional adalah direktur RS
yang memiliki pengetahuan yang baik, keahlian dan
keterampilan yang tinggi serta komitmen moral yang
mendalam terhadap RS yang di amanahkan kepadanya.
Kasus di India
New Delhi, Kompas.com (Senin, 2 Maret 2015):
Dalam sebuah laporan, 78 dokter membeberkan kesaksian kepada
SATHI (Support for Advocacy and Training to Health Initiatives)
tentang komersialisasi RS swasta sehingga maksimalisasi
keuntungan menjadi dasar tiap aspek pengobatan.
Contoh:
 CEO RS mewajibkan dokter memenuhi nilai konversi (referensi
pasien rawat jalan yang disarankan untuk menjalani operasi)
sebesar 40%, atau dipecat dari RS swasta ybs.
 Permintaan foto sinar X, MRI, histerektomi yang tidak
diperlukan.
 44% dari 12.500 pasien yang disarankan menjalani operasi
pemasangan stent, operasi lutut, kanker, dan infertilitas,
justru dianjurkan agar tidak melakukan saran itu oleh
konsultan second opinion.
Pelanggaran etika

• Keluhan dari masyarakat terhadap pelayanan RS


saat ini sering diberitakan di media.
• KODERSI saja tidak cukup digunakan sebagai
pedoman bagi penertiban pelayanan RS
• Diterbitkan UU No.44 tahun 2009 tentang RS,
dimana bila ada pelanggaran kewajiban RS atau
pelanggaran hak pasien, maka dapat diberikan
sanksi hukum
Meluruskan niat mencari penghasilan
dari profesi
• “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka didunia dengan sempurna
dan mereka didunia ini tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh diakhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah diakhirat itu apa yang telah
mereka usahakan didunia dan sia-sialh apa yang telah
mereka kerjakan.” (arti QS 11 : 15-16).
• Dari Abu Darda ra, Rasulullah saw bersabda :”Andai
saja kamu mengetahui, apa yg akan engkau lihat saat
kematianmu, tentulah engkau tidak akan makan
segigitanpun hidangan idamanmu, dan pula engkau
tidak akan meminum lagi minuman lezat utk
memuaskan rasa dahagamu yg tak terpuaskan.” (HR
Imam Ahmad).
Harta dalam Perjanjian Baru
• Matius 19 : 25 : “Lebih mudah seekor unta
melewati lubang jarum daripada seorang kaya
masuk kedalam Kerajaan Allah.”
• Matius 6 : 19 – 21 : “Janganlah kamu
mengumpulkan harta dibumi; di bumi ngengat
dan karat merusakkannya dan pencuri
membongkar serta mencurinya. Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga
ngengat dan karat tidak merusakkannya dan
pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena dimana hartamu berada, disitu juga
hatimu berada.”
Layananmu Ibadahmu
• Jadikan layanan di RS sebagai lahan amal untuk
kekayaan didunia & akhirat.
• Sejahtera di dunia
• Sejahtera di akhirat
• Bebas dari api neraka.
• Arti QS al ‘Ashr : “Demi masa! Sesungguhnya
manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-
orang yang beriman dan beramal soleh dan
saling mengingatkan dengan kesabaran dan
kebenaran.”
Tanggung Jawab Hukum
Direktur dan/atau
Rumah Sakit
MMRS 2019
Kuliah II
Dasar Hukum
• UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• Hukum yang khusus mengatur ttg pelayanan kesehatan
(apa saja?)
• Hukum ketenagakerjaan (BPJS Kesehatan & BPJS
Ketenagakerjaan).
• Hukum ttg Badan Hukum RS (PT, Yayasan)
• Hukum Perjanjian (KUH Perdata)
• Hukum Lingkungan
• Hukum Perlindungan Konsumen
• Hukum ttg Nuklir (UU No.10/1997 ttg Ketenaganukliran)
dan peraturan dibawahnya.
Tanggung Jawab Perdata RS
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di RS. (pasal 46 UU No.44
tahun 2009 ttg Rumah Sakit).
• Jenis Gugat Perdata:
Wanprestasi (pasal 1239 KUH Perdata), mis.penundaan operasi.
PMH (pasal 1365 KUH Perdata), mis.pembiusan oleh perawat.
Kelalaian (pasal 1370 jo pasal 1371 KUH Perdata), mis. Patah
tulang karena terpeleset lantai RS terlalu licin.
• Pasal 1371 KUH Perdata :”Menyebabkan luka atau cacat
anggota badan seseorang dg sengaja atau karena kurang
hati-hati, memberi hak kepada korban selain utk menuntut
biaya pengobatan, juga utk menuntut penggantian kerugian
yg disebabkan oleh luka atau cacat badan tsb. Juga
penggantian krugian ini dinilai menurut kedudukan dan
kemampuan kedua belah pihak dan menurut keadaan…..”
Tanggung Jawab Pidana Direktur RS
• Dalam semua peraturan perundang-undangan sbgm disebutkan
dlm slide 2 ada ketentuan pidananya.
• Pidana bagi Direktur dlm hukum positif bagi yankes :
1. UU No.29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran:
mempekerjakan dokter tanpa memiliki SIP (pasal 80).
2. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan: tidak
memberikan pertolongan pada pasien Gadar/Bencana
(pasal 190 ayat 1 & 2).
3. UU No.44 tahun 2009 tentang RS: menyelenggarakan RS
tanpa izin (pasal 62 jo pasal 63).
4. UU BPJS Kesehatan & Ketenagakerjaan
Ketentuan dalam UU Rumah Sakit
• Asas & Tujuan penyelenggaraan RS (pasal 2 & 3).
• Tugas & fungsi RS (pasal 4) : memberikan yankes perorangan
secara paripurna.
• Persyaratan (pasal 7) : lokasi, bangunan, prasarana, SDM,
kefarmasian, dan peralatan.
• Sanksi terhadap pelanggaran persyaratan (pasal 17).
• Jenis dan klasifikasi RS (pasal 18 – pasal 24).
• Perizinan (pasal 25 – 28)
• Kewajiban dan Hak (pasal 29 – pasal 32).
• Penyelenggaraan (pasal 33 – pasal 47)
• Pembiayaan (pasal 48 – pasal 51)
• Pembinaan dan Pengawasan (pasal 54 – pasal 61)
• Ketentuan Pidana (pasal 62 – pasal 63 ).
Penyelenggaraan RS
(Bab IX UU Rumah Sakit)
• Td :
1. Pengorganisasian (pasal 33 – pasal 35)
2. Pengelolaan Klinik (pasal 36 – pasal 39)
3. Akreditasi (pasal 40 – pasal 42)
4. Keselamatan pasien (pasal 43)
5. Perlindungan Hukum RS (pasal 44 – 45)
6. Tanggung jawab hukum (pasal 46)
7. Bentuk (pasal 47).
Pengorganisasian (pasal 33 – pasal 35)
• Pasal 33 :
(1) Setiap RS harus memiliki organisasi yg efektif, efisien, dan
akuntabel.
(2) Organisasi RS paling sedikit td : Kepala RS atau Direktur RS,
unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan.
• Pasal 34 :
(1) Kepala RS harus seorang tenaga medis yg mempunyai
kemampuan dan keahlian dibidang perumahsakitan.
(2) Tenaga struktural yg menduduki jabatan sbg pimpinan hrs
berkewarganegaraan Indonesia.
(3) Pemilik RS tidak boleh merangkap menjadi kepala RS.
• Pasal 35 : Pedoman organisasi RS ditetapkan dg Peraturan
Presiden.
Pengelolaan Klinik (pasal 36-39)
• Pasal 36 : setiap RS harus menyelenggarakan tata kelola
RS dan tata kelola klinis yg baik.
• Pasal 37 :
(1) Setiap tind. kedokt yg dilk. di RS hrs mdpt
persetujuan pasien atau keluarganya.
(2) Ketentuan mengenai persetujuan
tind.kedokt.dilakukan sesuai ketentuan perat.per UU
an.
• Pasal 38 : ttg wajib simpan rahasia kedokteran.
• Pasal 39 : ttg audit kinerja dan audit medis.
Akreditasi
(pasal 40)
(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali.
(2) Akreditasi RS dilakukan oleh suatu lembaga independen
baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan
standar akreditasi yg berlaku.
(3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi RS sbgm
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur dg Peraturan
Menteri.
Jejaring dan Sistem Rujukan
(pasal 41 & pasal 42)
• Pasal 41: ttg pembentukan jejaring oleh Pemerintah dan
asosiasi RS.
• Pasal 42:
(1) Sistem rujukan merup.penyelenggaraan kesehatan yg
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun
struktural dan fungsional thd penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan.
(2) Setiap RS mempunyai kewajiban merujuk pasien yg
memerlukan pelayanan diluar kemampuan pelayanan RS.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dg Peraturan
Menteri.
Keselamatan Pasien (pasal 43)
(1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
(2) Std.keselamatan pasien sbgm dimaksud ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa dan
menetapkan pemecahan masalah dlm rangka menurunkan
angka KTD.
(3) RS melaporkan kegiatan sbgm dimaksud pada ayat (2) kpd
komite yg membidangi keselamatan pasien yg ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sbgm dimaksud ayat
(2) dibuat secara anonim dan ditujukan utk mengkoreksi
sistem dlm rangka meningkatkan keselamatan pasien.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai std.keselamatan pasien
sbgm ayat (1) dan (2) diatur dg Permen.
Perlindungan Hukum RS
(pasal 44 – 45)
• Pasal 44 :
(1) RS dpt menolak mengungkapkan segala informasi kpd publik
yg berkaitan dg rhs.kedokt.
(2) Pasien dan/atau keluarga yg menuntut RS dan meng-
informasikannya melalui media massa, dianggap tlh
melepaskan hak rhs.kedokt.nya kpd umum.
(3) Peng-informasian kpd media massa sbgm dimaksud ayat (2)
mbrk kewenangan kpd RS utk mengungkapkan rhs.kedokt.sbg
hak jawab RS.
• Pasal 45 :
(1) RS tdk bertanggungjawab secara hukum apabila pasien
dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yg dpt berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yg komprehensif.
(2) RS todak dapat dituntut dlm melaksanakan tugas dlm rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
Kewajiban RS (pasal 29 ayat 1 UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit)
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan RS
kpd Masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yg aman, bermutu, anti
diskriminasi, dan efektif mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dg standar pelayanan RS;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dg kemampuan pelayanannya;
d. Berperan aktif dlm memberikan yankes pada bencana,
sesuai dg kemampuan pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat
tidak mampu atau miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial a.l. dg memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat
darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan
korban bencana dan KLB, atau bakti sosial bagi misi
kemanusiaan.
Kewajiban RS (pasal 29 ayat 1 huruf g-n
UU Rumah Sakit
g. Membuat, melaksanakan, menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di RS sbg acuan dalam melayani
pasien;
h. Menyelenggarakan rekam medis;
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yg layak
a.l.sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana utk
orang cacat, wanita menyusui, anak-2, lanjut usia;
j. Melaksanakan sistem rujukan;
k. Menolak keinginan pasien yg bertentangan dg standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-
undangan;
l. Memberikan informasi yg benar, jelas dan jujur
mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. Melaksanakan etika Rumah Sakit.
Kewjajiban RS (pasal 29 ayat 1 huruf o-t UU
Rumah Sakit)
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang
kesehatan secara regional maupun nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yg melakukan
praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga
kesehatan lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal RS
(hospital bylaws);
s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi
semua petugas RS dalam melaksanakan tugas; dan
t. Memberlakukan seluruh lingkungan RS sbg kawasan
tanpa rokok.
Sanksi terhadap pelanggaran kewajiban RS
(pasal 29 ayat 2)
• Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
administratif berupa :
a. teguran;
b. Teguran tertulis; atau
c. Denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.
Hak Pasien (pasal 32 huruf a-f UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit)
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yg berlaku di RS;
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
pasien;
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi;
d. Memperoleh layanan kesehatan yg bermutu, sesuai dg
standar profesi dan standar prosedur operasional;
e. Memperoleh layanan kesehatan yang efektif dan
efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi (resep dokter : puyer dari campuran obat
rasionalkah? Kasus : asuransi tidak mau bayar karena
resep dokter tidak sesuai kebutuhan medis pasien)
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
Hak Pasien (pasal 32 huruf g-k UU
Rumah Sakit)
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dg
keinginannya dan peraturan yg berlaku di RS;
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yg dideritanya
kepada dokter lain yg mempunyai SIP baik didalam
maupun diluar RS;
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
j. Mendapat informasi yg meliputi diagnosa dan tatacara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yg mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yg dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yg akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yg dideritanya.
Hak Pasien (pasal 32 huruf l-q UU
Rumah Sakit)
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
(indikasi masuk ICU).
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yg dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lainnya;
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dlm perawatan di RS;
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan RS
terhadap dirinya;
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani ygb tidak
sesuai dg agama dan kepercayaan yg dianutnya;
q. Menggugat dan/atau menuntut RS apabila RS diduga
memberikan pelayanan yg tidak sesuai dg standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan
Hak Pasien (pasal 32 huruf r UU Rumah
Sakit)
r. Mengeluhkan pelayanan RS yg tidak sesuai dg
standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit
(pasal 46 UU aquo)
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yg ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
di Rumah Sakit.
Pelanggaran Hak Pasien dan
Kewajiban RS dan kelalaian
• Pelanggaran hak pasien yg diatur dalam Pasal 32 UU
Rumah Sakit, dapat mengakibatkan pasien meminta
ganti rugi dg dasar RS melakukan PMH karena
melanggar hak.
• Pelanggaran kewajiban RS terhadap pasien sbgm
tercantum dalam Pasal 29, dapat mengakibatkan pasien
meminta ganti rugi atas pelanggaran prestasi yg harus
diterima pasien. (pasal 1239 KUH Perdata).
• Bila pasien menduga ada kelalaian dlm penanganan
(mis.infeksi nosokomial), pasien berhak mendapakan
ganti rugi akibat kelalaian (pasal 46 UU RS jo pasal 32
huruf q UU Rumah Sakit).
Ketentuan Pidana dalam
UU Rumah Sakit
• Pasal 62 :”Setiap orang yg dg sengaja menyelenggarakan RS
tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125
ayat (1) dipidana dg pidana penjara paling lama 2 tahun dan
denda paling banyak 5 miliar rupiah.”
• Pasal 63 :
(1) dlm hal TP sbgm pasal 62 dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda thd pengurusnya, pidana yg dapat
dijatuhkan thd korporasi berupa pidana denda dg
pemberatan 3 x dr pidana denda sebgm dimaksud dlm Pasal
62.
(2) Selain pidana denda sbgm dimaksud pada ayat (1), korporasi
dapat dijatuhi pidana tambahan berupa :
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau
b. Pencabutan status badan hukum.
Tugas studi Banding
• Tugas dari Dr.Anny:
1. Kode Etik RS & penanganan pelanggaran Etik RS di
Malaysia (bandingkan dg Indonesia).
2. Hukum ttg RS (syarat bangunan , perizinan, jenis &
klasifikasi RS, kewajiban RS thd pasien, hak Pasien atas
pelayanan RS, informed consent, tanggung gugat Direktur
dan pidana bagi RS).
3. Akreditasi RS (bandingkan Indonesia &Malaysia ).
• Tugas dari dr.Eriko :
1. Pengorganisasian RS (peran komite medis, kredensialing,
syarat Direktur RS) & struktur organisasi RS.
2. Kewenangan klinis tenaga kesehatan RS.
Memohon bertambahnya Ilmu
• agar bermanfaat dan terhindar dari kesia-siaan, sertai dg
do’a.
• “………Ya Allah, tambahkanlah ilmu kepada hamba.” (arti
akhir QS Thaahaa ayat 114).
• Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Sesungguhnya
Rasulullah saw berdo’a :”Ya Allah, berilah manfaat
kepada hamba ilmu yang telah Engkau ajarkan kepada
hamba, dan ajarkanlah hamba ilmu yang bermanfaat
bagi hamba, dan segala puji bagi Allah SwT atas segala
keadaan.” (HR Tirmidzi & Ibnu Majah).

Anda mungkin juga menyukai