Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN GERONTIK

PROGRAM PERCEPATAN RPL DIPLOMA


III KEPERAWATAN

1. HADI SUPONCO 6. TRISTYA SUSILA


2. AGUS SUSENO 7. SUPREHATIN
3. IRWAN 8. DALIMAN
4. EKO BUDI SISWANTO 9. M.HATTA
5. NELLI ASMAWATI 10. YULIUS
A.LATAR BELAKANG

 Lanjut usia adalah dimana individu yang


berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya
memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan
fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
ekonomi. Proses penuaan penduduk tentunya
berdampak pada berbagai aspek kehidupan,
baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan,
karena dengan semakin bertambahnya usia,
fungsi organ tubuh akan semakin menurun
baik karena faktor alamiah maupun karena
penyakit.
TINJAUAN UMUM

 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan


bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan seseorang telah mengalami
proses menua yang berlangsung secara
nyata. Konteks kebutuhan tersebut
dihubungkan secara biologis, sosial, dan
ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai
paling tidak saat masa puber dan prosesnya
berlangsung sampai kehidupan dewasa
(Depkes RI, 1999).
Batasan Lansia Menurut World Health Organization
(WHO) ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age ) : 45 – 59 tahun


2. Usia lanjut (fiderly) :60 – 74 tahun
3. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) : > 90 tahun

Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :


1. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun
atau lebih
 Pendirian Panti Sosial didasarkan atas Undang-Undang RI no.4
Tahun 1965 tentang “Pemberian Bantuan Kehidupan bagi
Orang-Orang Jompo”; Keputusan Mentri Sosial RI
No.3/1/50/107/1979 tentang “Pemberian kehidupan bagi
Orang-orang usia Lanjut”; Undang-Undang RI No.6 tahun
1998, tentang “Kesejahteraan Lanjut Usia”.

 Dasar Hukum Panti Wreda


Beberapa produk hukum telah dikembangkan, dan yang terbaru
adalah Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia. Produk hukum tersebut dapat
dijadikan pedoman guna memperbaiki kinerja para pelaksana
sehingga diperoleh kegiatan yang lebih terarah, terpadu,
efektif dan efisien dengan tujuan akhirnya, yaitu membuat lansia
dan keluarganya sejahtera.
Tujuan Panti Wreda

 Adanya panti jompo ini, bertujuan untuk


meningkatkan kemampuan lansia dalam
rangka / upaya mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri dan
mewujudkan derajat kesehatannya secara
optimal.
Syarat-Syarat Penitipan Lansia

1. Kondisi fisik dan psikis orang tua yang sudah lanjut usia adalah
sama seperti melihat bayi.
2. Orang tersebut sama-sama membutuhkan perawatan dan
perhatian khusus.
3. Karena kondisi medis yang sudah sangat lemah sekali, tentunya
sangat memerlukan sekali bantuan dari orang lain yang benar-
benar telah berpengalaman dalam merawat orang tua yang
sudah berusia lanjut.
4. Orang tua merasa lebih berbahagia berada di Panti Jompo
misalnya karena banyak teman-temannya yang seusia dan
tentunya komunikasinya “nyambung”.
5. Panti Jomponya baik, artinya selain sarananya memadai juga
para perawatnya melakukan tugas dengan penuh kasih sayang.
6. Tidak ada komunikasi terputus antara orang tua artinya
keluarga sering-sering berkunjung.
Masalah Yang Sering Dihadapi Lansia Yang Hidup
Di Panti Wreda
1. Lansia yang tinggal di panti umumnya kurang merasa hidup bahagia, banyak lansia
yang merasa kesepian tinggal di panti padahal banyak lansia atau penghuni panti
disekeliling mereka.
2. Lansia yang tinggal di panti merasa sedih karena keterbatasan ekonomi, meskipun
kebutuhan mereka sehari-hari terpenuhi.
3. Lansia yang tinggal di panti tercukupi kebutuhan fisik (pangan, sandang dan papan)
namun mereka tetap merindukan dapat menikmati sisa hidupnya dengan
tinggal bersama keluarga.
4. Lansia yang tinggal di panti, pada umumnya adalah lansia terlantar yang jauh dari
anak dan cucu, akan cenderung kurang dapat memaknai hidup, mereka menjalani
hidup kurang semangat, kurang optimis, dan merasa kesepian atau hampa, kurang
memiliki tujuan yang jelas baik jangka pendek maupun jangka panjang,
kurang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan dan masyarakat.
5. Lansia yang tinggal di panti cenderung merasa kurang bebas menentukan pilihan
dalam hidupnya, mereka lebih senang tinggal di panti karena ada yang
mengurusnya walaupun mereka merasa terkekang, dan mereka merasa tidak dapat
bertindak sesuainilai-nilai yang diyakininya.
6. Para lansia yang tinggal di panti kurang beraktifitas, baik aktifitas fisik
maupunaktifitas kognitif dan juga kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat.
7. Lansia penghuni panti banyak yang mengalami underweight (penurunan
berat badan).
8. Beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa lansia yan tingga di
panti lebih beresiko mengalami gangguan kognitif.
Fasilitas
 Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam
Peraturan Perundang- Undangan dan
Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12,
Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 yang mencangkup
akses ke dan dari dalam bangunan, pintu,
tangga, lift, tempat parkir, toilet dan beberapa
lainnya dalam aksebilitas pada bangunan umum.
Dalam Departemen Sosial manula dimasukkan
kedalam kategori penyandang cacat, mental
maupun fisik.
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Kesehatan
Lansia Di Panti Wreda

 PROMOTIF
 PREVENTIF
 KURATIF
 REHABILITATIF
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai