Anda di halaman 1dari 37

PATOFISIOLOGI NYERI

Definisi Nyeri
• IASP mendefinisikan nyeri sebagai
pengalaman sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan itu sendiri atau
ancaman kerusakan jaringan.
• Komponen objektif dan subjektif
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan sumber nyeri
• Nyeri somatik luar :
 berasal dari kulit, jar. Subkutan, mukosa
 spt terbakar, tajam dan terlokalisasi
• Nyeri somatik dalam :
 otot, tulang, sendi, jaringan ikat
 tumpul, tdk terlokalisasi
• Nyeri viseral :
Rangsangan organ viseral
Terlokalisasi , nyeri alih
Berdasarkan jenisnya
• Nyeri nosiseptif Karena kerusakan jaringan
baik somatik maupun viseral
• Nyeri neurogenik Nyeri yang didahului atau
disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer
pada sistem saraf perifer
• Nyeri psikogenik  Nyeri ini berhubungan
dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas
dan depresi
Berdasarkan Klasifikasi yang dikembangkan
oleh IASP didasarkan pada lima aksis
• Aksis I : regio atau lokasi anatomi nyeri
• Aksis II : sistem organ primer di tubuh yang
berhubungan dengan timbulnya nyeri
• Aksis III : karakteristik nyeri atau pola
timbulnya nyeri (tunggal, reguler, kontinyu)
• Aksis IV : waktu mula/onset terjadinya nyeri
• Aksis V : etiologi nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri (Latief 2001):
a. Nyeri akut
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung
sementara. Nyeri ini ditandai dengan adanya
aktivitas saraf otonom seperti : takikardi,
hipertensi, hiperhidrosis, pucat, midriasis dan
perubahan wajah seperti menyeringai atau
menangis. Bentuk nyeri akut dapat berupa:
1. Nyeri somatik luar
2. Nyeri somatik dalam
3. Nyeri viseral
b. Nyeri kronik
Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan
tanpa tanda-tanda aktivitas otonom kecuali
serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa
nyeri yang tetap bertahan sesudah
penyembuhan luka (penyakit atau operasi) atau
awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh :
1. kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut
saraf
2. non kanker akibat trauma, proses degenerasi
Berdasarkan derajat nyeri
a. Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul,
terutama saat beraktivitas sehari-hari dan
menjelang tidur.
b. Nyeri sedang nyeri terus menerus, aktivitas
terganggu yang hanya hilang bila penderita
tidur.
c. Nyeri berat adalah nyeri terus menerus
sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur
dan sering terjaga akibat nyeri.
Anatomi dan Fisiologi Nyeri
• Sistem saraf  menyampaikan informasi ttng
ancaman kerusakan tubuh
• Nociception  saraf yg dpt mendeteksi nyeri
• Nociception  menyampaikam informasi
perifer dari reseptor khusus pd jaringan
(nociseptor) kpd struktur sentral pd otak
Beberapa komponen sistem nyeri
• Nosiseptor : Reseptor khusus pd sistem saraf perifer
• Saraf aferen primer (saraf A delta dan C) :
mentransmisikan stimulus noxious ke CNS
• Kornu dorsalis medula spinalis : tempat dimana
terjadi hubungan antara serat aferen primer dan
neuron kedua
• Traktus asending nosiseptik (traktus
spinothalamikus lateralis dan ventralis) :
menyampaikan signal kpd area yg lbh tinggi pd
thalamus
• Traktus thalamo-kortikalis : menghubungkan
thalamus sbg pusat relay sensibilitas ke
korteks cerebralis pd girus post sentralis
• Keterlibatan area yg lebih tinggi pd perasaan
nyeri, komponen afektif nyeri yg dihubungkan
dg respon motoris
• Sistem inhibitor desenden : mengubah impuls
nosiseptik yg datang pd level medula spinalis
Patofisiologi Nyeri
• Kerusakan jaringan  menghasilkan sel-sel
rusak  mengeluarkan zat kimia algesik 
nyeri
• Terjadi pelepasan jenis mediator spt zat algesik,
sitokin  menimbulkan efek melalui
mekanisme spesifik
• Rangkaian proses perjalanan antara kerusakan
jaringan sampai dirasakan nyeri  proses
elektrofisiologis
Proses yg mengikuti proses nosisepsis
• Transduksi
• Transmisi
• Modulasi
• Persepsi
Transduksi
• Adalah perubahan rangsang nyeri (noxious
stimuli) menjadi aktifitas listrik pada ujung-ujung
saraf sensoris. Zat-zat algesik akan mengaktifkan
atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri
• Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung
bebas serat-serat aferen A delta dan C yang
mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri
dari perifer ke sentral ke susunan saraf pusat.
• Interaksi antara zat algesik dengan reseptor
nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri.
Transmisi
• Adalah proses perambatan impuls nyeri
melalui A-delta dan C serabut yang menyusul
proses tranduksi.
• Oleh serat aferen A-delta dan C impuls nyeri
diteruskan ke sentral, yaitu ke medula spinalis,
ke sel neuron di kornu dorsalis  dilanjutkan
mll sistem kontralateral spinothalamikus 
thalamus  korteks serebri
Modulasi
• Merupakan interaksi antara sistem analgesik
endogen (endorfin, NA) dengan impuls nyeri yang
masuk ke kornu posterior.
• Impuls nyeri yang diteruskan oleh serat-serat A-
delta dan C ke sel-sel neuron nosisepsi di kornu
dorsalis medulla spinalis tidak semuanya
diteruskan ke sentral lewat traktus
spinotalamikus.
• Didaerah ini akan terjadi interaksi antara impuls
yang masuk dengan sistem inhibisi, baik sistem
inhibisi endogen maupun sistem inhibisi eksogen.
Persepsi
• Impuls yang diteruskan ke kortex sensorik
akan mengalami proses yang sangat kompleks,
termasuk proses interpretasi dan persepsi
yang akhirnya menghasilkan sensibel nyeri
• Proses yg subjektif
• Faktor psikologis, emosional juga muncul sbg
respon dlm mempersepsikan pengalaman
nyeri
Respon Tubuh terhadap Nyeri
• Impuls nyeri oleh serat efferen diteruskan ke sel
neuron nosisepsi di kornu dorsalis, kornu
anterolateral dan kornu anterior medula spinalis
• Memberikan respon segmental spt peningkatan
muscle spasme, vasospasm dan menginhibisi
fungsi organ visera
• Respon suprasegmental  kompleks hormonal,
metabolik dan imunologi
• Respon psikologis  marah dan takut
• Impuls  ke sel neuron di kornu anterolateral
 sistem simpatis aktif  organ2 aktif
• Nyeri memberikan efek pada tubuh
a. Sistem respirasi
pe ↗ laju metabolisme, reflek segmental dan
hormon bradikinin dan prostaglandin  pe
↗ kebutuhan 02 dan produksi C02  pe ↗
ventilasi  kerja pernafasan ↗
b. Sistem Kardiovaskuler
Vasokonstriksi pembuluh darah  gangguan
perfusi  hipoksia jaringan
c. Sistem gastrointestinal
Tahanan spincter ↗, motilitas sal cerna ↙ 
ileus
d. Sistem urogenital
Tahanan spincter sal kemih ↗, motilitas sal
kemih ↙  retensi urin
Dimensi Nyeri
1. Dimensi fisiologi
• Terdiri dari penyebab organik dari nyeri tsb
• Terdapat dua karakteristik
Durasi
Pola nyeri
2. Dimensi Afektif
• Mempengaruhi respon individu thdp nyeri yg
dirasakan
• Identik dg sifat personal tertentu dari individu
• Pasien depresi  nyeri ↗
3. Dimensi Sosio-kultural
• Kultur atau budaya memiliki peran yg kuat utk
menentukan faktor sikap individu thd nyeri
• Sikap individu berkaitan dg faktor usia, jenis
kelamin dan ras
• McGuire  wanita berkulit non putih nyeri
lebih rendah
4. Dimensi Sensori
• Berhubungan dg lokasi dimana nyeri timbul
dan bagaimana rasanya
• 3 komponen spesifik : lokasi, intensitas dan
kualitas nyeri
5. Dimensi Kognitif
• Pengaruh nyeri yg dirasakan thdp proses
berfikirnya  kemampuan individu
menghadapi nyeri
• Barkwell  nyeri sbg tantangan  Nyeri ↙
• Pengetahuan ttng nyeri mempengaruhi respon
individu thdp nyeri dan penanganannya
6. Dimensi perilaku
• Seseorang yg mengalami nyeri
memperlihatkan perilaku tertentu
• Cara yg dirasakan atau cara
mengkomunikasikan thdp lingkungan
Faktor yg mempengaruhi Nyeri
• Usia
• Jenis kelamin
• Budaya
• Faktor fisik
• Faktor psikososial
• Faktor lingkungan
Pengukuran Intensitas Nyeri
• Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang
seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu.
• Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda.
• Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
• 0 :Tidak nyeri
• 1-3 : Nyeri ringan : dapat berkomunikasi dengan baik dan
memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi.
• 4-6 : Nyeri sedang : mendesis,menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mengikuti perintah
dengan baik. Memiliki karateristik adanya peningkatan
frekuensi pernafasan , tekanan darah, kekuatan otot, dan
dilatasi pupil.
• 7-9 : Nyeri berat : terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas
panjang dan distraksi. Memiliki karateristik muka klien
pucat, kekakuan otot, kelelahan dan keletihan
• 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
Visual Descriptif Scale (VDS)
Visual Analog Scale (VAS)
Penanganan Nyeri
Istilah-istilah
• Referred pain/nyeri alih
• Ambang nyeri
• Toleransi nyeri
• Hiperalgesia
• Allodynia

Anda mungkin juga menyukai