Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN RISIKO

INSTALASI LABORATORIUM
Curiculum Vitae

Nama : dr. Suswanto MSc. Sp.PK


Email : suswantoms@gmail.com
Tempat/ tgl lahir : Blora, 4 Februari 1963.
Alamat : Perum RSI no 8. Klaten. 57436

Riwayat Pendidikan :
1. Pendidikan Dokter Umum FK Universitas Sebelas Maret, th 1989
2. Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik FK Univ. Gajah Mada,
2011

Riwayat Pekerjaan :
⁻ Puskesmas Ampel II Boyolali th 1997- 2000
⁻ Ka. Inst. Laboratorium RSI Klaten : th 2001 – 2014
⁻ Direktur RSKB Cawas: Th 2012 – 2014
⁻ Dirut RSI Klaten Th 2014 – 2017
⁻ Direktur RS Kumalasiwi Kudus th 2018 -
Manajemen Risiko Laboratorium
SNAR edisi 1
 Program tentang manajemen risiko di
laboratorium sesuai dengan MFK2, MFK4,
MFK5 dan PPI1

 MFK 2 : B3, proteksi kebakaran, peralatan


medik yg aman, penunjang utilitas (listrik,
air)  mengurangi resiko kegagalan
operasional.
 MFK 4 : Keselamatan dan Keamanan

 MFK 5 : Penyimpanan dan pengelolaan


limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 101 tahun
2014 tentang pengelolaan Limbah B3 )

 PPI 1 : Program PPI untuk menurunkan


risiko tertular infeksi pada : pasien, staff
klinis dan non klinis.
PENDAHULUAN
Manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang
diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek
yang tidak diharapkan atau kegiatan terkoordinasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko

Manajemen risiko bertujuan untuk minimalisasi kerugian


dan meningkatkan.kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat
terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai. Kejadian kerugian
tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun ‘accident’.
PENDAHULUAN
risiko yang berpeluang kemungkinan terjadi karena aktifitas di
laboratorium ini sangat beragam, seperti needlestick injuries, back
injuries, latex allergy, violence, dan stres. Walaupun hal ini sangat
mungkin dicegah, namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi.
Upaya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan
berkala selama bekerja belum banyak dilakukan. Menurut WHO, dari 35
juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya terpajan oleh
bloodborne pathogen, dengan 2 juta diantaranya tertular virus
hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS.
PENDAHULUAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program
yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya
penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta
metode pengembangan program kesehatan dan keselamatan
kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya : pasien dan staf untuk
kemudian secara proaktif melakukan analisis risiko dengan FMEA
(Failure Mode and Effect Analysis) .
LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan medik spesialis penunjang di rumah sakit
adalah laboratorium . Dimana laboratorium rumah sakit terdiri dari
laboratorium klinik, laboratorium mikrobiologi dan Bank Darah yang
dalam aktivitas pelayanannya banyak peluang resiko yang dapat terjadi
baik dari resiko infeksi nosokomial, resiko kecelakaan kerja, resiko
kesalahan hasil.
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya risiko (potensi risiko klinik – nonklinik) tidak
dapat dihindari dari setiap aktivitas kegiatan perumah sakitan, oleh
karenanya diperlukan suatu manajemen risiko yang cukup komprehensif
untuk mengelolanya karena Rumah Sakit sebagai corporat dan sebagai
pengelola pasien, penuh dengan risiko. Oleh karena itu Rumah Sakit
perlu melaksanakan program manajemen risiko di tiap unit melalui
tahapan : Identifikasi Daftar Risiko, Penyusunan Prioritas Risiko, Melakukan
Analisis, pengelolaan risiko unit dan evaluasi,Pengumpulan laporan
managemen Risiko unit ke komite PMKP dan rapat koordinasi dengan
komite PMKP, PPI dan K3 mengenai risiko dirumah sakit.
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Meningkatkan keselamatan  Instalasi Laboratorium mampu

pasien dengan pengendalian, melakukan identifikasi risiko unit.

meminimalisasi dan meniadakan  Instalasi Laboratroium mampu

risiko yang dapat ditimbulkan dari melakukan analisis risiko unit.

berbagai potensi risiko yang ada di  Instalasi Laboratroium mampu

Instalasi laboratorium. melakukan evaluasi risiko unit.

 Instalasi Laboratorium mampu


melakukan kelola risiko unit.

 Instalasi Laboratorium mampu


melakukan pelaporan pelaksanaan
program manajemen risiko unit ke
komite PMKP.
RINCIAN KEGIATAN

Identifikasirisiko

Analisisrisiko

Pengelolaanrisiko

Evaluasirisiko
1. Identifikasi risiko
Proses identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang
dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial.
Identifikasi risiko bisa diperoleh dari :

a. Laporan Kejadian (KTD, KNC, Kejadian Sentinel, dan lain-lain)

b. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa


dan mencari penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan
prosedur)

c. Pengaduan (Complaint) pelanggan

d. Survey atau Self Assesment, dan lain-lain


Proses Identikasi risiko

Risk Register
Identifikasirisiko DaftarrisikoUnit
(olehkomitePMKP)

Risk Register terdiri dari :


a) Risiko yang teridentifikasi dalam 1 tahun
b) Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain,
investigasi eksternal dan internal, asesmen eksternal dan Akreditasi
c) Informasi potensial risiko maupun risiko aktual (menggunakan RCA &
FMEA).
Sasaran Manajemen Risiko

KeamananlingkunganRS

KeamananPasien

KeamananPetugas
2. Analisis risiko
TabelAnalisisrisikoberdasarkannilaidampak

TabelAnalisisrisikoberdasarkannilaifrekwensi/probabi
litas

TabelAnalisisrisikoberdasarkannilaidetektabilitas

Penentuanskorresiko

TabelhasilanalisisNilairesikoinstal
asilaboratorium
Penentuan Skor Resiko

Nilai dampak x Probabilitas x detektabilitas


a. Resiko keselamatan dan keamanan
rumah sakit
N JENIS risiko CARA PELAKSANAAN
O
1 risiko penularan infeksi dari limbah Dibungkus plastik kuning dan di
sisa sample pemeriksaan laborat sterilisasi menggunakan autoclaf
(darah, serum, pemeriksaan sebelum dibuang ke incenerator
mikrobiologi),

2 risiko kerusakan lingkungan karena Menampung sisa limbah B3 pada botol


pencemaran limbah B3 sisa tertutup rapat dan diserahkan ke IPSRS
pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke pihak ke 3
a. Resiko keselamatan dan keamanan
rumah sakit
No Jenis risiko Cara pelaksanaan

3 risiko pembuangan sisa benda Memonitor pelaksanaan spo


tajam tidak pada tempatnya pembuangan limbah dilaboratorium,
yang dilakukan oleh supervisor pada
setiap harinya.

4 risiko pembuangan sampah Dengan memonitor pelaksanaan SPO


infeksius tidak pada tempatnya pembuangan limbah dilaboratorium,
yang dilakukan oleh supervisor pada
setiap harinya.
b. Resiko Keamanan Petugas
 Pemeriksaan kesehatan terhadap  Monitoring pelaksanaan SPO
semua petugas laboratorium penggunaan alat pelindung diri
secara berkala secara rutin setiap (APD) laboratorium oleh kepala

1 tahun sekali untuk ruang dan tim PPI rumah sakit

memonitoring jika terjadi infeksi  Menyediakan fasilitas peralatan


keamanan untuk menangani jika
nosokomial akibat kerja.
terjadi insiden yaitu berupa Eye
whaser, Savety shower, spillkit,
Apar
b. Resiko Keamanan Petugas
 Monitoring pelaksanaan  Melakukan pendidikan pelatihan dan
hand hygiene cucitangan orientasi tentang K3 laboratorium

para petugas sesuai five tentang pengelolaan limbah laboratorium,


pengelolaan bahan B3 laboratorium,
moment oleh kepala ruang
Penanganan bahan percikan atau
dan tim PPI rumah sakit
tumpahan bahan diinstalasi laboratorium
 Melakukan pelatihan staf terutama pada karyawan baru dan

tentang prosedur penangan sosialisasi ulang pada karyawan lama.


Jarum suntik yang telah dipakai tidak
alat dan reagent baru.
tutup lagi tetapi langsung dibuang pada
tempat pembuangan jarum.
c. Resiko Tahap Pre Analitik
NO JENIS risiko CARA PELAKSANAAN
1 risiko terhadap kesalahan monitoring kepatuhan identifikasi laboratorium yang
identifikasi pasien dilakukan oleh supervisor
laboratorium
2 risiko terhadap kesalahan pengecekan terhadap semua sampel yang masuk ke
jenis sampel darah laboratorium dengan mencatat pada buku monitoring
sampel masuk oleh semua petugas laboratorium.
3 risiko kesalahan melakukan verifikasi ulang kesesuian administrasi pasien
pembacaan blangko dan jenis permintaan pemeriksaan oleh petugas lain.
permintaan pemeriksaan
4 risiko kesalahan entri LIS verifikasi ulang jenis pemeriksaan yg telah diinput oleh
pemeriksaan lab. petugas.
5 risiko kesalahan melakukan verifikasi ulang identitas pasien sebelum
pemberian label identitas menempelkan label LIS.
pasien
c. Resiko Tahap Analitik
NO JENIS risiko CARA PELAKSANAAN
1 risiko Kesalahan entri melakukan verifikasi ulang jenis pemeriksaan yg telah
pemeriksaan pada alat diinput oleh petugas.
2 risiko Kesalahan verifikasi prosedur pencampuran reagent dengan
pencampuran reagen petugas lain.
3 risiko kesalahan recek ulang apakah alat dapat melakukan pemeriksaan
pengoperasian alat setelah melakukan input pemeriksaan pada alat.
4 risiko kesalahan validasi ulang terhadap pemeriksaan golongan darah
pemeriksaan golongan dengan petugas lain.
darah
5 risiko kesalahan validasi hasil interpretasi yang sudah dilakukan dengan
interpretasi pembacaan petugas lain.
hasil
6 risiko tidak konfirmasi oleh petugas pemeriksa ke petugas
terlaporkannya hasil kritis supervisor untuk pelaksanaan pelaporan hasil kritis.
c. Resiko Tahap Post Analitik
NO JENIS risiko CARA PELAKSANAAN
1 risiko kesalahan validasi terhadap hasil pemeriksaan yang sudah di print
menginput hasil sebelum diserahkan kepada pasien oleh petugas lain.
2 risiko kesalahan verifikasi validasi terhadap hasil pemeriksaan yang sudah di print
hasil sebelum diserahkan kepada pasien oleh petugas lain.
3 risiko kesalahan verikasi ulang identitas pasien pada saat penyerahan
penyerahan hasil hasil pemeriksaan.
4 risiko kejadian Trali uji crossmatch sesuai SPO dan melakukan koordinasi
karena reaksi transfusi dan monitoring semua darah yg telah dikeluarkan bank
darah ada tidaknya kejadian reaksi tranfusi
c. Resiko Tahap Post Analitik
NO JENIS risiko CARA PELAKSANAAN
5 risiko Kesalahan penulisan melakukan verikasi ulang surat permintaan darah
jenis komponen darah sebelum melakukan penulisan jenis komponen pada
pada label darah/kartu kartu darah.
darah
6 risiko Kesalahan verikasi ulang surat permintaan darah sebelum
pemberian jenis melakukan pembuatan komponen dan sebelum
komponen darah menyerahkan darah kepada perawat
7 risiko Keterlambatan segera melakukan pemeriksaan crossmatch setelah
Penyediaan Darah permintaan darah datang ka Bank Darah (Khususnya
kasus pasien obsgyn ponek)
8 risiko tidak terpenuhinya dengan mencarikan darah ke PMI luar manapun di
kebutuhan permintaan sekitar rumah sakit dengan penggunakan bantuan kurir
darah tranfusi rumah sakit sehingga tidak membebani keluarga pasien.
4. Evaluasi risiko
 evaluasi bulanan monitoring  evaluasi bulanan monitoring
pelaksanaan pengelolaan pelaksanaan pembuangan
limbah sisa darah, sisa limbah benda tajam
pemeriksaan mikrobiologi. dilaboratorium
 evaluasi bulanan monitoring  Evaluasi bulanan monitoring
dan serah terima pelaksanaan terlaksananya Cek Up
pembuangan limbah B3 kesehatan karyawan
laboratorium. laboratorium 1 tahun sekali
 evaluasi bulanan monitoring pada bulan agustus dengan
pelaksanaan pembuangan item pemeriksaan : Darah
limbah infeksius rutin, LED, Anti HBsAg Titer,
dilaboratorium Anti HCV, Anti HIV, Anti
Salmonella dan Gall kultur
dan untuk terapi lanjutan
apabila ada hasil yang tidak
baik.
4. Evaluasi risiko
 Evaluasi bulanan monitoring  Evaluasi monitoring pelaksanaan
penggunaan APD dan pelaksanaan kepatuhan identifikasi
Handhygeine sesuai five moment di
laboratorium.
laboratorium
 Evaluasi monitoring kesesuaian
 Evaluasi terlaksananya pelatihan staf
jenis sampel pemeriksaan
tentang prosedur penangan alat dan
reagent jika ada alat dan reagent laboratorium.
baru.  Evaluasi monitoring ketidaksesuaian
 Evaluasi tahunan monitoring pembacaan surat permintaan
terlaksananya sosialisasi tentang K3 laboratorium dengan administrasi
laboratorium kepada staf
laboratorium.
laboratorium.
4. Evaluasi risiko
 Evaluasi monitoring  Melakukan evaluasi
pelaksanaan verifikasi bulanan monitoring
kesesuaian identitas, pelaksanaan angka
kesesuaian label, kesalahan pemeriksaan
kesesuaian entri jenis golongan darah
pemeriksaan pada LIS,  Melakukan evaluasi
pada alat , pada lembar
hasil. bulanan monitoring
pelaksanaan tidak
 Evaluasi monitoring terlaporkannya hasil
pelaksanaan hasil uji kritis
fungsi alat berupa
kalibrasi dan quality  Melakukan evaluasi
control dan kalibrasi bulanan monitoring
untuk menjamin ke Kesalahan menginput
akuratan hasil hasil
pemeriksaan
4. Evaluasi risiko
 Melakukan evaluasi bulanan  Melakukan evaluasi
monitoring Kesalahan bulanan monitoring
verifikasi hasil Kesalahan pemberian
 Melakukan evaluasi bulanan jenis komponen darah
monitoring Kesalahan
penyerahan hasil  Melakukan evaluasi
 Melakukan evaluasi bulanan
bulanan monitoring
monitoring Kejadian reaksi Keterlambatan
transfusi Penyediaan Darah
 Melakukan evaluasi bulanan  Melakukan evaluasi
monitoring Kesalahan bulanan monitoring
penulisan jenis komponen Tidak terpenuhinya
darah pada label kebutuhan permintaan
darah/kartu darah darah tranfusi
Pelaporan insiden
 Pelaporan insiden yang  Pelaporan Kecelakaan Kerja
menggunakan format antara lain laporan tertusuk
pelaporan yang telah baku jarum, yang dilaporkan ke
(dikeluarkan dari PMKP RS. K3RS dan Unit SDM untuk
Sesuai dengan SPO yang sudah dilakukan tindak lanjut.
ada dan dilaporkan kepada
komite PMKP
Pencatatan, Pelaporan dan
Evaluasi Kegiatan
Pencatatan dilakukan saat pelaksanaan kegiatan. Pelaporan dilakukan
paling lambat 1 minggu setelah pelaksanaan kegiatan. Evaluasi
dilakukan paling lambat 1 minggu setelah laporan diterima

Anda mungkin juga menyukai